Semua yang ada di sana terbelalak tidak percaya dan saling pandang satu sama lain. Bisa jadi mereka bertanya-tanya, benarkah atau seriuskah? Aldin berhasil membuat semua orang di ruangan tamu sana terdiam dan tenggelam dengan pikirannya masing-masing.
"Benarkah Nak Aldin, apa yang Nak Aldin katakan barusan?" Pak Kusuma seolah belum percaya.
"Benar, Pak. Saya serius. Dan tolong persiapkan segalanya," ujar Aldin memutuskan dengan suara yang tenang. Pak Kusuma saling pandang dengan istrinya. Pak RT juga yang lainnya saling pandang kembali, belum yakin akan keseriusan Aldin. Terlebih Nara, dia tidak percaya bahwa Aldin akan mengajaknya menikah secepat itu.
"Baiklah kalau begitu, untuk meredam kehebohan warga, maka proses pernikahan yang disetujui oleh saudara Aldin akan segera digelar. Kami sebagai saksi dari pihak perempuan akan mengikuti prosesnya sampai selesai. Persiapkanlah mulai sekarang, kami tunggu satu jam dari sekarang." Pak RT angkat bicara seraya beranjak meninggalkan kediaman Pak Kusuma.
Akhirnya pernikahan itu terjadi setelah semua syarat terpenuhi. Sah di mata agama. Namun belum sah secara hukum negara. Orang tua Nara paham betul akan hal ini, maka sebelum pernikahan siri itu terjadi Pak Kusuma mewanti-wanti kepada Aldin memberikan sebuah nasihat.
"Nak Aldin, pernikahan ini sah secara agama, akan tetapi belum sah secara hukum negara dan tidak tercatat di catatan sipil. Namun demikian pernikahan ini sakral, dan ikrar yang telah Nak Aldin ucapkan tadi, tidak untuk dipermainkan!" petuah Pak Kusuma sungguh-sungguh. Aldin menatap Pak Kusuma tegas, seolah dia menegaskan bahwa dia sungguh-sungguh dan tidak akan mempermainkan pernikahan ini. Walaupun belum sah secara hukum negara.
"Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan Nara sebagai istri saya," balas Aldin yakin.
"Dan yang terpenting, pernikahan ini jika Nak Aldin sungguh-sungguh, maka .... "
"Secepatnya akan saya urus pernikahan sah kami secara hukum negara dan tercatat dicatatan sipil," tegas Aldin memotong pembicaraan Pak Kusuma.
Pak Kusuma dan Bu Melati saling lempar pandang, mereka terlihat lega dan terpancar senyum di wajah keduanya. Sedangkan Nara, terlihat kaget tidak percaya. Dia masih shock dengan pernikahan sirinya serta ucapan Aldin barusan. Hatinya bertanya-tanya benarkah Aldin serius?
"Baiklah Pak, Bu, untuk mencegah kehebohan warga sekitar atas pernikahan kami. Maka, hari ini ijinkan saya membawa Nara ke rumah saya. Karena bagaimanapun Nara sudah menjadi tanggung jawab saya." Aldin meminta ijin kepada orang tua Nara untuk membawa Nara tinggal di rumahnya. Nara seketika terkejut, tapi tidak begitu dengan Pak Kusuma dan Bu Melati.
Menjelang siang, Aldin berpamitan pada kedua orang tua Nara. Nara, mau tidak mau terpaksa ikut, meski dalam hatinya belum siap untuk ikut Aldin, lelaki yang sudah menjadi suaminya meskipun hanya sah secara agama.
"Bu, Pak, saya pamit ya. Saya ijin membawa Nara, Ibu dan Bapak jangan khawatir dengan kami," ucap Aldin hormat, seraya menyalami kedua tangan orang tua yang kini sudah berganti nama menjadi mertua.
"Iya, Nak, kami percayakan anak kami pada Nak Aldin," ucap Pak Kusuma penuh harap. Nara kemudian menyusul melakukan hal yang dilakukan Aldin menyalami tangan kedua orang tuanya. Tidak kuasa menahan haru, akhirnya Nara menangis di bahu Bu Melati.
"Nara pamit ya, Bu, Pak!" Bersamaan dengan itu Nara melepaskan pelukannya. Bu Melati menatap dalam wajah anak gadisnya yang kini sudah menjadi seorang istri.
"Baik-baik ya, Nak! Ikuti suami kamu, dan patuhi suami kamu jika itu kebaikan," pesan Bu Melati dalam. Nara menunduk tidak kuasa menahan kesedihannya.
"Pergilah, Nak!" titah Pak Kusuma seraya memberi isyarat supaya Nara mengikuti Aldin yang sudah beranjak menuju mobil. Pak Kusuma mengantar Nara sampai mobil dengan tas besar di tangannya, berupa beberapa baju dan lain-lain yang penting bagi Nara. Nara masuk mobil, setelah Aldin membukakan pintu mobil untuknya.
"Tid, tid .... " suara klakson tanda isyarat berpamitan telah diperdengarkan oleh Aldin pada Bu Melati dan Pak Kusuma. Mobilpun melaju membelah jalanan kota itu menuju apartemen Aldin.
Sepanjang perjalanan, baik Nara maupun Aldin sama sekali tidak bersuara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Lima belas menit kemudian, *Corolla Cross* milik Aldin sampai di depan apartemen. Aldin turun dan memutar mengitari mobilnya lalu membuka pintu samping kiri yang diduduki Nara.
"Keluarlah," titahnya. Untuk pertama kali setelah dinyatakan suami istri, Aldin baru kali ini berbicara pada Nara. Nara mengikuti intruksi Aldin, dia menurunkan kakinya perlahan. Aldin membuka pintu belakang dan meraih tas besar milik Nara.
"Ikuti aku!" titahnya seraya berjalan duluan. Keduanya berjalan beriringan menuju pintu unit apartemen Aldin. Keduanya masuk lift sebelum sampai di depan pintu unit apartemen. Tidak berapa lama mereka sampai di lantai 10, keduanya keluar dari lift dan menuju apartemen Aldin yang beberapa saat lagi sampai. Nara masih setia mengekori Aldin.
Akhirnya mereka tiba di depan unit milik Aldin, ketika bunyi klik terdengar pintupun terbuka, Aldin segera masuk diekori Nara di belakangnya. Nara berdiri gugup menatap ruangan apartemen Aldin, lelaki yang kini telah menjadi suaminya.
"Kenapa masih berdiri di situ?" tanya Aldin datar. Nara yang ditanya terlihat bingung harus menjawab apa.
"Kamar Nara yang mana?" Tiba-tiba Nara bersuara hanya untuk menanyakan kamarnya. Aldin mengerutkan keningnya heran.
"Kamar kamu? Kamu sudah menjadi istri aku, itu artinya kamar kamu sama seperti kamar aku."
"Apa?" Nara ternganga tidak percaya. Aldin nampak tersenyum puas melihat Nara kaget seperti itu.
"Tapi .... "
"Kamu belum siap satu kamar dengan aku? Baiklah, jika itu maumu. Kamu boleh menggunakan kamar sebelah. Tapi jangan harap kamu bisa menolak jika aku menginginkannya," ucap Aldin penuh misteri.
"Maksud Kak Aldin?"
"Jangan banyak tanya sebelum aku berubah pikiran!" tegas Aldin membuat jantung Nara ciut dan segera berlari kecil menuju kamar yang satunya lagi sebagai kamar untuknya.
Di dalam kamar, Nara duduk sejenak di atas ranjang. Pikirannya kembali pada kejadian tadi saat dinikahkan secara agama oleh ayahnya sebagai wali dan Pak Ustadz sebagai orang yang menikahkan. "Saya terima nikah dan kawinnya Nara Asnara binti Kusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Ucapan ijab qobul Aldin tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Rasa tidak percaya masih menyelimuti dirinya.
"Benarkah aku sudah jadi istri? Duhhh bagaimana ini, kalau sudah jadi istri, itu artinya aku harus melakukan kewajiban sebagai istri," gumannya bingung.
Saat sedang bingung seperti itu, tiba-tiba pintu kamar diketuk. "Nara, apakah kamu tidak sedang tidur? Bukalah, kita harus bicara dan membuat kesepakatan, " ujarnya lantang. Tidak ada pilihan lain, perlahan Nara membuka pintu kamar dan melihat Aldin berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah map.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
OMG curiga sama yg dibawa Aldin... semoga bukan menikah kontrak
2023-10-02
1
🤗🤗
Kenapa sekalian aladin namanya
2023-02-08
0
Zhree
selamat menempuh hidup baru ya kaliaaan... heee
2023-01-27
1