Dada dan Paha

Nara diantar Mira ke bagian gudang. Di sana sudah ada Dion yang bertugas mengatur letak kayu sesuai jenisnya.

"Bu Mira, siang Bu!" Dion menyapa sambil melihat Nara penasaran. Mungkin Dion bertanya-tanya siapa perempuan yang dibawa Mira ke gudang.

Mira hanya melihat sejenak ke arah Dion lalu matanya beralih ke kayu-kayu yang sudah tersusun rapi sesuai jenisnya.

Mira kembali berjalan menuju ruang pengeluaran dan pengiriman barang. Di sana ada Wira dan Doni. Sontak Wira dan Doni terkejut dengan kedatangan Mira.

"Bu Mira, siang Bu! Ada apa Bu? Dan ini siapa yang Ibu bawa?" Wira memberanikan diri bertanya.

"Ini pegawai baru yang akan ditempatkan di sini, tugas dia menghitung barang yang masuk maupun yang keluar." Seketika Wira dan Doni saling lempar tatap. Raut mukanya berubah tegang.

"Lho, kenapa? Di sini juga tidak kekurangan orang, Bu. Kenapa ditambah lagi?" Wira protes.

"Ini bukan wewenang saya, tapi ini keputusan Bos. Kalau kalian mau protes langsung ke Bos saja," ujar Mira tegas.

"Kami tidak berani protes sama Bos, Bu. Tapi apakah Ibu tidak melihat bahwa kami di sini sudah cukup orang. Jika dia ditempatkan di sini, lantas kerja kita apaan dong?" Wira protes lagi, sedangkan Doni nampak semakin tegang. Dia berpikir jika di gudang bagian pengeluaran barang ditambah lagi orang, maka keberadaan dia terancam digeser.

"Kalian jangan takut, kalian tetap bekerja seperti biasa sesuai tugas masing-masing," tegas Mira membuat Wira dan Doni sedikit lega.

"Ayo, Nara!" ajak Mira menuju sebuah ruangan yang sudah di persiapkan sebelumnya. Ruangan kecil bersekat yang hanya dihalangi kaca transparan. "Di sini meja kamu, mulai hari ini kamu bekerja. Setiap sore, kamu bersama Doni menghitung barang sisa pengiriman. Lalu kamu tulis laporannya di report yang sudah tersedia," intruksi Mira tegas dan jelas.

"Baik, Bu. Siap. Saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya dan sebisa saya."

Setelah itu, Mira meninggalkan gudang. Kini Nara sedang menyiapkan kertas report untuk sore nanti sebelum pulang. Tiba-tiba Shera datang menghampiri Nara. Tatapan matanya sinis dan tidak suka terhadap Nara.

"Dada atau paha yang kamu jual pada Bos kita sehingga kamu bisa segampang ini masuk ke perusahaan Adrian Wood dan bergabung di sini?" Nara yang sedang fokus menyiapkan report, tersentak dan kaget.

"Maaf, Mbak berbicara pada saya?" tanya Nara penasaran. Shera mendilak tidak senang.

"Terus gue ngomong sama tembok gitu?" ketusnya seraya duduk di atas meja Nara. Nara terperangah.

"Maaf Mbak, sebelumnya kita belum pernah kenalan, saya orang baru di sini. Jadi, saya mohon bimbingannya. Jika saya ada yang tidak paham, mohon bantuan dan kerjasamanya."

"Jangan sok mengajari deh. Sudah bisa gue tebak, elu datang ke sini dengan gampang hanya dengan terbaring dan ngangkang di ranjang Bos Aldin. Menjual aset yang ada di tubuhmu atas bawah hanya demi sebuah pekerjaan. Kalau tidak, buat apa Bos Aldin memasukkan kamu secara paksa sementara semua divisi tidak ada posisi yang kosong." Tuduhan Shera membuat Nara naik darah, dia yang tidak biasa marah tiba-tiba merasa tertantang kemarahannya, sehingga tanpa terkontrol tangannya melayang menuju pipi mulus bermake-up tebal Shera.

"Plakkkkk." Suara tamparan itu terdengar keras sehingga sampai ke ruang sebelah tempat Wira dan Doni berada. Wira dan Doni berdiri dan mendatangi meja Nara.

"Ada apa, kenapa Mbak Shera?" Wira dan Doni terkejut melihat muka Shera berubah menjadi lima jari. Shera menahan pipinya yang terasa sakit dan panas akibat tamparan keras Nara, dia tidak menyangka Nara membalasnya dengan sebuah tamparan.

"Dia, pegawai baru ini menamparku tanpa sebab. Kurang ajar banget, baru masuk saja sudah belagu dan melakukan kekerasan. Gue tidak terima, harus ditindak lanjut. Laporkan pada pihak HRD biar dia langsung dipecat hari ini juga," ancam. Shera marah seraya masih memegangi pipinya yang masih terasa panas.

"Maaf, saya tidak memulai. Saya hanya tidak terima dengan omongan Mbak ini yang mengatakan bahwa saya diterima kerja di sini karena menjual dada dan paha saya pada Pak Aldin," ujar Nara melakukan pembelaan dengan mengatakan sejujurnya tudingan Shera tadi. Wira dan Doni sedikit seketika tertawa geli mendengar penuturan Nara yang dirasa lucu dan menggelikan.

"Apa yang kalian tertawakan? Ini semua tidak lucu!" pekiknya menggebrak meja. Sementara itu Aldin dan Rifki berdatangan setelah mendapat kabar dari Dion bahwa di gudang pengeluaran barang ada keributan.

Aldin dan Rifki melihat keadaan yang begitu semrawut, Shera terlihat awut-awutan dengan pipi yang memerah. Sementara Nara diam tertunduk, gadis kecil Aldin itu kini merasa takut saat kedatangan Aldin. Dia takut Shera berkata yang tidak-tidak pada Aldin.

"Ada apa ini? Shera, kenapa kamu berada di sini? Bukankah ini bukan ruangan kamu? Dan keributan apa yang kalian lakukan di sini, kalian baru saja bertemu dan kenal, lantas apa yang membuat kalian ribut?" tanya Aldin heran dan bertubi-tubi.

"Dia, pegawai baru ini tiba-tiba nampar saya tanpa sebab, Pak Aldin. Dia rupanya cewek bar-bar. Dia sudah berani kurang ajar pada senior. Kalau dibiarkan lebih lama, sangat berbahaya. Dia bisa melukai siapa saja." Shera berkata dengan ketus dan sengaja memancing Aldin supaya terprovokasi oleh ceritanya. Aldin sejenak tercengang mendengar penjelasan Shera.

"Nara, apa yang sebenarnya terjadi?" Aldin balik bertanya pada Nara. Nara perlahan mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk.

"Nara, eh ... saya hanya membela diri. Tadi Mbak ini menuding Nara menjual dada dan paha pada Pak Aldin, sehingga bisa masuk jadi pegawai di sini dengan gampang," ungkap Nara sejujurnya. Sontak Aldin dan Rifki saling lempar padang dan tertawa kecil.

"Pak Aldin jangan jadikan lelucon kejadian ini, saya mengalami kekerasan dalam lingkungan kerja. Dia harus dipecat," tandas Shera geram. Aldin mendekati Nara dan bertanya.

"Apa yang kamu lakukan sehingga membuat muka dia berubah lima jari?" tanya Aldin penasaran. Nara menatap Aldin dengan berani. Kali ini dia merasa kesal dengan sikap Shera juga Aldin yang seakan tidak mempercayainya.

"Mbak ini menuding saya menjual tubuh saya pada Pak Aldin, sehingga saya bisa dengan gampang diterima di perusahaan ini, sementara di semua divisi tidak ada posisi yang kosong. Saya tidak terima dengan tudingan hinanya. Jangankan jual tubuh, tidur dengan Pak Aldin saja tidak," cetusnya mengeluarkan unek-uneknya akibat tuduhan Shera.

"Tidak, semua itu tidak benar. Dia yang menampar duluan. Dasar cewek bar-bar!" sangkal Shera menunjuk muka Nara.

"Dia berbohong!" sangkal Nara memekik. Rasanya tudingan dan sangkalan Shera semakin membuat Nara sangat marah dan kecewa. Kemudian dengan keadaan marah Nara meninggalkan ruangan itu. Matanya berkaca-kaca dan sebentar lagi bulir bening itu berjatuhan.

Terpopuler

Comments

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

anak baru termasuk berani juga si nara

2023-10-09

2

Samsul Hidayati

Samsul Hidayati

good Nara jgn mau di hina sama org lain, cukup sj nikah mendadak yg jd bebanmu

2023-04-01

1

@Kristin

@Kristin

Hem rasain tuh dapat kue' lima jari👏👏👏

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!