Aldin dan Nara keluar dari gudang secara beriringan. Nara lebih dulu keluar dan segera menuju pintu gerbang yang sudah sejak tadi terbuka. Kemudian berjalan menuju simpang empat jalan itu. Nara menunggu Aldin di sana sampai mobilnya tiba. Namun beberapa menit kemudian, Nara melihat mobil Shera berjalan menuju arah pabrik. Nara merasa ada yang aneh melihat Shera kembali ke pabrik setelah jam pulang. Nara segera menghubungi Aldin.
"Assalamu'alaikum Kak Aldin, sepertinya mobil Mbak Shera mau masuk ke pabrik, coba Kakak cegat saja."
"Waalaikumsalam, Ok. Aku akan coba tangani."
Setelah menerima telpon dari Nara, Aldin segera menghidupkan mobilnya dan keluar dari area parkir menuju pintu gerbang.
"Pak Sardi, jangan dulu buka pintunya!" perintah Aldin setelah di depan pos satpam. Pak Sardi manggut. Tidak berapa lama mobil Shera yang diceritakan Nara tadi, sudah berada di muka
gerbang.
"Shera!? Benar juga kata Nara. Ada apa dia kembali ke pabrik? Sangat mencurigakan." Aldin heran, turun, lalu mencegat Shera dari dalam gerbang.
"Shera, ada apa kamu kembali ke pabrik? Apakah ada yang tertinggal?"
"Pak Aldin!" Shera nampak terperangah.
Shera turun dan menghampiri Aldin.
"Saya mau ke pabrik lagi, Pak, kebetulan ada yang tertinggal."
"Apa yang tertinggal?" selidik Aldin.
"Anu, HP saya tertinggal," jawab Shera terlihat gugup.
"Kenapa bisa tertinggal?"
"Namanya juga lupa Pak," alasannya lagi. Namun sepersekian detik setelah Shera menjawab, tiba-tiba bunyi HP Shera terdengar. Lantunan Sang Dewi milik Lyodra berbunyi nyaring dari HP Shera. Seketika Shera sangat gelagapan dan wajahnya memerah.
"Bukankah itu bunyi HP kamu, kenapa kamu bisa bilang HP ketinggalan?" Aldin berhasil mempermalukan Shera dengan menghubungi HP Shera.
"A-anu, anu Pak, yang ketinggalan adalah HP saya yang lain. Bapak, kan, tidak tahu kalau saya punya HP dua." Shera memberikan alasan lagi. Aldin tersenyum sinis mendengar alasan Shera.
"Sampai mana Shera, kamu mau berniat mengkhianati perusahaanku? Silahkan kau lanjutkan sandiwaramu, aku akan biarkan kau terlena sampai aku menemukan banyak bukti yang bisa menyeretmu ke penjara," tekad Aldin dalam hati.
"Silahkan ambil Shera, aku tunggu kamu di depan gerbang, dan kita sama-sama keluar dari gerbang ini," ujar Aldin mempersilahkan. Shera nampak kikuk seakan segan untuk melangkah ke dalam pabrik setelah dengan santai Aldin mempersilahkannya masuk.
"*Gila cowok sombong sok kegantengan ini*, *rupanya sudah mulai mencurigai gelagatku. Lihat* *saja Aldin, kamu boleh tidak tertarik sama aku*, *tapi lihat apa yang akan aku lakukan padamu. Akan ku* *buat usahamu yang tidak seberapa ini bangkrut*, *dan setelah bangkrut kamu tidak punya apa-apa*, *kemudian tidak ada seorangpun perempuan yang* *ikhlas menerimamu setelah kau bangkrut*," kata hati Shera berapi-api penuh dendam.
"Baiklah, Pak Aldin, saya permisi dulu mau ambil Hpnya di ruangan saya."
"Silahkan Shera, hati-hati ya, jangan sampai salah meja!"
"Sialan, dia sedang menyindirku," guman Shera kesal seraya mengepalkan tangannya dan berjalan menuju pabrik.
"*Shera, Shera, dengan bersikap seperti itu*, *justru perlahan-lahan membuka kedokmu*." Aldin geleng-geleng kepala.
Tidak berapa lama Shera muncul dengan muka yang ditekuk, lebih jelasnya pura-pura ditekuk. "Kenapa, kok mukanya ditekuk begitu? Hpnya tidak ketemu atau memang tidak ketinggalan?" Pertanyaan Aldin baru saja langsung menohok ulu hati Shera. Shera langsung tersindir, sebab dia memang berbohong tidak sedang ketinggalan HP.
"HP saya memang ketinggalan Pak, tapi entah di mana. Tadi, saya pikir ketinggalan di pabrik, akan tetapi setelah dicari rupanya tidak di sini, mungkin di tempat lain," jawab Shera kikuk sembari menghampiri mobilnya yang terparkir di depan gerbang.
"Saya duluan, Pak!" pamit Shera membiaskan kekikukannya di depan Aldin, dengan hati yang dongkol. Shera sangat kesal dengan sikap Aldin. Kemudian dia menyalakan mobilnya dan melaju membelah jalanan kota itu dengan kasar.
"Shera, Shera, kamu pikir aku bodoh," umpat Aldin seraya menyalakan mobilnya keluar gerbang. Tiba di simpang empat, mobilnya berhenti. Aldin mencari sosok Nara yang dia suruh menunggu di sana, akan tetapi Nara tidak kelihatan sama sekali.
Tiba-tiba HP Aldin berbunyi, tanda panggilan masuk. "Nara?"
"Nara, kamu di mana?"
"Nara sudah melewati dua simpang empat Kak, Nara sengaja menjauh dari simpang empat dekat pabrik untuk menghindari dilihat Mbak Shera."
"Ok, aku ke sana. Kamu tunggu di sana, jangan jalan lagi, nanti kamu cape," ujar Aldin perhatian seraya menutup sambungan telepon.
"Owwww, rupanya gadisku itu sangat cerdik dan pintar. Tidak sia-sia aku bisa menikahinya. Tunggu, Sayang, kejutan istimewa dariku akan segera kamu dapatkan. Kamu akan menjadi pengantin wanita yang paling bahagia di sisiku dalam waktu yang tidak lama lagi. Good job girl!" Aldin berkata-kata di dalam mobilnya pelan dengan rona bahagia.
"Masuklah!" titahnya menyuruh Nara masuk saat mobil Aldin tiba di simpang empat yang Nara maksud. Aldin menatap bahagia gadis yang kini sudah hampir 100 persen merasuk ke dalam hati dan jiwanya. Dilihatnya Nara sangat kelelahan.
"Bagaimana Kak, apa yang dilakukan Mbak Shera?"
"Duduklah yang cantik dulu, aku sedang menikmati keindahan wajahmu," ujar Aldin jujur dengan ucapan yang menggoda. Seketika Nara menjadi tersipu malu, menatap Aldin lalu membuang mukanya ke arah jendela.
"Kenapa buang muka? Tataplah wajah suamimu ini!" rayunya lagi semakin membuat Nara malu dan tidak berani membalikkan wajahnya.
"Nara, ayolah duduk yang betul, pasang sabuk pengamannya!" titah Aldin membuyarkan rasa malu Nara karena digoda Aldin.
"Baiklah aku tidak akan menggodamu. Duduklah yang betul dengan wajah lurus ke depan!" titahnya lagi. Nara yang betul-betul malu karena ulah Aldin, kini berusaha fokus dan menghilangkan rasa gugup karena digoda Aldin. Corolla Cross milik Aldin pun melaju membelah jalanan kota itu.
Sepanjang jalan yang kini dilewati Aldin, rupanya bukan ke arah apartemen Aldin. Nara terbengong-bengong, sebab jalanan ini sepertinya sudah tidak asing baginya.
"Ini mau kemana, Kak? Sepertinya Nara kenal?" Nara memperhatikan jalanan yang sudah sering dia lewati.
"Coba kamu tebak?" Aldin memberikan pilihan untuk ditebak Nara.
"Bukankah ini menuju tempat tinggal Nafa?" Aldin. tersenyum teka-tekinya berhasil ditebak Nara.
"Ya, betul sekali. Kamu memang pintar. Tidak sia-sia aku jadikan kamu istri," puji Aldin membuat Nara terpana.
"Kak Aldin." Nara tersipu malu.
"Kamu senang, kan, bisa menjumpai sahabat kamu?"
"Senang, Kak, Nara senang sekali." Nara sangat girang sehingga tanpa sadar dia spontan merangkul Aldin yang masih menyetir.
"Nara, kendalikan diri kamu, aku masih menyetir, Sayang!" peringatnya berubah mesra. Nara tersipu malu merasa terbuai dengan kata sayang yang diucapkan Aldin barusan. Perlahan Nara menjauh, kemudian dia kembali duduk dengan benar.
Akhirnya mobil Aldin tiba di depan gerbang rumah Nafa. Gerbang langsung terbuka lebar sehingga mobil Aldin bisa masuk dengan leluasa.
"Ayo, turunlah, tapi hati-hati! Aku takut kamu terjatuh sebab kamu sangat bahagia berkunjung ke sini."
"Nara bahagia, Kak, terimakasih telah membawa Nara ke rumah Nafa. Nara sudah sangat merindukan Nafa dan baby Tifana," ujarnya
berbinar bahagia, Aldin ikut tersenyum bahagia.
"Imbalan apa yang akan kamu berikan padaku atas pengertianku membawamu ke sini?" goda Aldin tersenyum jahil.
"Kak Aldin perhitungan sih. Jadi, Kak Aldin ingin dapat imbalan?" Aldin mengangguk seraya membisikkan sesuatu di telinga Nara.
"Imbalannya malam pertama kita," bisiknya membuat Nara menjerit dan berlari menuju pintu rumah Nafa yang rupanya di sana sudah ada Nafa.
"Nafaaaa, baby Tifana, tante datanggggg," ujarnya girang. Aldin hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan sederhana Nara gadis kecil kesayangannya.
Bersambung guys... tungguin ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
wah wah bau baunya mulai bucin nih
2023-10-10
1
Shopia Asmodeus
Andai saja namanya Nori 🤣👍
2023-01-31
1
Shopia Asmodeus
monohok itu sama saja menusuk ya kan?
2023-01-31
1