Shera menjadi ciut setelah Aldin mengetahui bukti CCTV. Dia tidak sadar kalau lorong itu terekam kamera CCTV. "Sialan," umpatnya pelan. Namun masih terdengar oleh Aldin dan Rifki sehingga Rifki menjadi sangat kesal.
"Kamu ini ya, mau dijebloskan ke neraka atau ke penjara, dasar perempuan bar-bar!" hardik Rifki yang memang sudah kesal sama Shera sejak awal karena Shera selalu bikin ulah.
"Rif, urus dia. Kalau bisa jebloskan dia ke penjara, segera!" putus Aldin seraya berlalu meninggalkan Shera yang berang. Kekesalan Aldin semakin menjadi setelah dia sudah beberapa kali menemukan bukti keterlibatan Shera dalam kecurangan di perusahaannya.
"Siap, Bos!" seru Rifki sembari beralih pada Shera.
"Jangan munafik kau Rifki. Mau menjebloskan gue ke penjara? Jangan main-main, gue bisa melakukan apa saja yang bisa bikin elu yang dipenjara!" Shera mengancam balik.
"Gue tidak munafik, selama Bos baik ke gue dan menggajinya benar, gue anti berkhianat. Daripada elu, cinta ditolak kecurangan pun merambat," oceh Rifki membuat Shera sedikit gugup.
"Apa maksud elu, kecurangan apa?" Shera bertanya penuh rasa heran.
"Alah, jangan ngelak. Ingat ya peringatan gue, jika elu masih betah di sini dan tidak mau masuk penjara, maka berhenti mengusik Nara atau perusahaan ini. Ini peringatan gue yang terakhir, camkan itu!" peringat Rifki menunjuk muka Shera. Shera menjauhkan wajahnya menghindari telunjuk Rifki, kini dia merasa mati kutu dibuatnya.
Shera sangat kesal, lantas dia masuk kembali ke ruangannya setelah merasa tidak ada yang bisa dia katakan lagi. Dadanya bergetar menahan emosi yang hampir meledak.
Setelah merasa puas menghardik Shera, Rifki berjalan menuju ruangan Aldin. Saat akan masuk, dia melihat Nara sedang menangis di sofa ruangan Aldin. Sementara Aldin berusaha menenangkan Nara.
"Bos, harus diapakan kira-kira Shera?" tanya Rifki langsung pada inti masalah sembari melirik ke arah Nara yang tadi sempat ia rangkul untuk menenangkannya.
"Nanti kita bicarakan Rif, aku urus dulu ini," ujarnya sembari menunjuk Nara dengan bibir dimonyongkan.
Rifki keluar dengan berat hati. Rasanya ingin memberi pelukan menenangkan seperti tadi kepada Nara, namun apa boleh buat, jika bosnya sudah memerintah maka tidak bisa dibantah.
"Tapi, Bos, saya ingin membantu meredam kesedihan Nara seperti tadi," ujarnya nyeplos membuat Aldin meradang seketika.
"Keluar, atau bulan ini bonusmu tidak ada!" ancam Aldin serius. Rifki ketakutan, dia segera beranjak dari ruangan Aldin.
Aldin menghampiri Nara yang masih menangis. Nara menghindar kemudian berlari menuju pintu keluar ruangan Aldin, namun sia-sia Aldin sudah mengunci otomatis ruangannya sehingga Nara sudah tidak bisa keluar.
"Nara mohon keluarkan Nara dari sini. Nara tidak mau lagi bekerja di sini," rengeknya sembari terisak. Bukan tanpa alasan, hinaan dan perbuatan Shera yang menjambak tadi bukan saja menyakiti hatinya melainkan fisiknya juga.
Aldin merangkul Nara dengan haru, dia merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Nara ini. Gara-gara kelakuan Shera, Nara tersakiti fisik dan juga batin. Aldin menarik tubuh Nara masuk ke dalam sebuah ruangan yang masih di dalam ruangan itu. Di sana sebuah kamar ukuran sedang. Rupanya kamar untuk beristirahat Aldin jika penat.
"Sudah, tenangkan hati dan pikiranmu dulu. Di sini, kamu istirahatlah dulu. Nanti sebentar lagi kita pulang," bujuk Aldin.
"Tidak, Nara ingin pulang sekarang. Nara ingin berhenti dari pekerjaan ini," cetusnya membuat Aldin terkejut.
"Tidak, kamu tidak boleh berhenti dalam pekerjaan ini, setidaknya sampai kecurangan dan penggelapan dana di perusahaan Adrian Wood terbongkar dalang utamanya."
"Nara ingin pulang, pulangkan Nara pada kedua orang tua Nara," mohonnya lagi membuat Aldin terkejut.
"Tidak, Sayang. Kamu tidak akan aku kembalikan pada orang tuamu. Aku minta maaf, jika dengan membawamu ke perusahaan ini membuat hatimu sakit dan tidak nyaman gara-gara ulah perempuan bar-bar itu," bujuk Aldin seraya merangkul Nara erat.
Nara masih menangis dan berusaha berontak. Namun Aldin merangkulnya erat sehingga Nara tidak bisa lepas.
Sementara di dalam ruangan Shera. Shera tengah menghubungi seseorang.
"Halo Om, untuk sementara waktu tunda dulu aksi kita. Di sini sepertinya aku sudah mulai dicurigai oleh Asistennya. Tunggu sampai aba-aba dariku datang. Om bersabarlah!" ujar Shera segera setelah itu dia mengakhiri sambungan teleponnya.
"Om, siapa yang dimaksud Shera?" Percakapan Shera di telpon dengan seseorang rupanya telah diketahui oleh seseorang yang sejak tadi mengawasi pergerakan Shera.
Jam empat sore tiba, Aldin yang tadi membiarkan Nara berada dalam kamar istirahatnya, kini masuk dan bermaksud mengajak Nara pulang. Namun Nara malah tertidur pulas. Mungkin cape setelah tadi lama menangis.
Ditatapnya lelap wajah sendu gadis kecilnya yang kini telah menjadi wanitanya setelah beberapa hari yang lalu. Aldin ikut terbaring di sisi Nara dengan tangan yang memeluk tubuh ramping wanitanya yang tengah sedih.
Satu jam berlalu, ketika Nara mulai melakukan pergerakan, tubuhnya terasa berat. Rupanya sebuah tangan kekar melingkar di pinggang Nara.
Aldin merasa terganggu, kemudian dia menoleh ke samping Nara, memeluknya semakin erat lalu mencium bibir Nara sekilas.
"Tunggu waktunya sampai aku bisa membongkar siapa dalang kecurangan itu, maka tidak lama dari itu aku akan membawamu ke pelaminan, menjadikan kamu istri yang sah di mata agama dan negara," ucap Aldin seraya mengecup pipi Nara tanda sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
ria
semangat nara..
semangat kuat..
2023-01-28
1