Aldin berdiri di muka pintu dengan membawa sebuah map yang langsung di sodorkan ke muka Nara. Nara terkejut dan memundurkan tubuhnya satu langkah. "Ini apa, Kak?" tanyanya bingung.
Aldin mengajak Nara ke ruang tengah apartemen itu, lalu duduk disusul Nara yang juga ikut duduk.
"Tanda tangani surat kesepakatan ini!" sodornya dengan nada perintah.
"Untuk apa?" Kening Nara mengkerut tanda tidak paham.
"Kesepakatan antara kita, kamu dan aku harus menandatangani surat kesepakatan ini," tandas Aldin jutek. Kening Nara semakin mengkerut.
"Boleh Nara baca dulu poin-poinnya?" pinta Nara.
"Baca saja. Pahami sampai kamu paham!" tegasnya. Nara memulai membuka map kuning itu, lalu isi dari poin itu dibacanya. Poin itu tidak banyak hanya empat poin.
* Poin pertama; Nara harus mematuhi aturan di apartemen ini, yaitu bebas berkeliaran di dalam apartemen kecuali kamar Aldin.
* Poin kedua; melakukan tugas rumah tangga seperti ibu rumah tangga biasanya.
* Poin ketiga; tidak boleh keluar apartemen kecuali atas ijin Aldin.
* Poin keempat; menyembunyikan status pernikahan di depan orang lain jika sedang di luar rumah.
Selesai membaca kesepakatan, Nara duduk termenung. Nara memikirkan nasib pernikahan ke depannya. Apakah akan berlanjut sesuai janji Aldin atau hanya akan jadi permainan Aldin semata?
"Bagaimana, tidak ada kesepakatan yang memberatkan, bukan?" tanya Aldin membuyarkan lamunan Nara.
"Karena tidak ada yang memberatkan, maka segera tanda tangani surat kesepakatan itu, supaya cepat. Aku tidak suka yang lambat-lambat," lanjut Aldin tegas dan ketus. Nara menatap map itu lalu tanpa menunggu lama dia membubuhkan tanda tangan di atas materai.
Setelah Nara menandatangani surat kesepakatan itu, kini giliran Aldin. Tanpa menunggu lama, Aldin juga menandatangani surat itu di atas materai.
"Ok, kita deal. Dan jangan sampai kamu melanggar kesepakatan ini. Kalau tidak, maka aku akan menghukummu," ancam Aldin membuat Nara takut.
Waktu semakin larut, siang berganti malam dan malam berganti siang. Pagi itu, subuh sekali Nara sudah terbangun, sebelum kumandang azan Nara sudah terbiasa bangun untuk beres-beres terlebih dahulu. Apartemen ukuran sedang itu tidak terlalu menyita tenaganya bagi Nara.
Setelah sibuk dengan sedikit aktifitas di apartemen itu, Nara kini sudah siap dengan pakaian kerjanya di Supermarket besar tempat dia bekerja. Aldin menatap Nara heran. "Apakah kamu hari ini akan bekerja?" Aldin bertanya penuh selidik.
"Iya, Kak. Hari ini skorsing Nara selesai. Dan kebetulan hari ini Nara giliran shift pagi."
"Kalau aku tidak ijinkan kamu keluar, bagaimana?" Pertanyaan datar Aldin sontak membuat Nara terhenyak. Nara hanya menunduk penuh rasa cemas.
"Baiklah, baiklah. Untuk hari ini aku ijinkan kamu pergi ke tempat kerja, dengan catatan kamu hanya meminta surat pengunduran diri," tegas Aldin membuat Nara terhenyak.
"Pengunduran diri? Tapi Nara tidak berniat mengundurkan diri, Kak," Nara protes dengan muka ditekuk. Di saat seperti ini Aldin melihat Nara sungguh sangat cantik dan lucu membuat dia gemas dan ingin mencandainya.
"Jangan membantah, kamu sudah berada dalam tanggung jawabku, jadi jangan banyak protes!" tekan Aldin tidak peduli.
"Tapi, Kak." Nara ingin protes lagi namun tangan Aldin sudah mengayun di udara memotong ucapan Nara.
"Sudah kubilang jangan membantah, kamu sekarang tanggung jawab aku," tegas Aldin sengit. Nara menjadi sangat takut melihatnya. Dengan terpaksa Nara mengikuti kemauan Aldin.
Nara memasuki Supermarket tempat dia bekerja. Akan tetapi bukan untuk bekerja seperti biasa yang dia lakukan. Dengan segera dia ke ruangan HRD, menghadap pihak HRD. Pihak HRD awalnya bertanya-tanya dan seakan menahan niat Nara yang ingin resign.
"Nara, kenapa kamu resign dari Supermarket ini, apa karena masalah skors kemarin?" Venti teman dekat satu profesinya di Supermarket itu heran.
"Aku ingin berhenti saja Ven, aku ingin mencari pekerjaan lain selain Kasir," jawab Nara sekenanya.
"Atau karena Supervisor *food court* itu yang selalu cari perhatianmu, sehingga kamu menyerah dan menghindarinya lalu keluar dari pekerjaan ini?"
"Tidak, Ven, bukan itu alasannya. Aku hanya ingin mencari suasana baru saja. Bayangkan, aku sudah empat tahun mengabdi di sini, aku bosan pengen cari suasana baru," alasan Nara lagi.
"Ok deh, Nar, kalau begitu. Aku sebagai teman tidak bisa menahan kamu lagi. Meskipun akan sepi tidak ada kamu. Semoga sukses di tempat baru." Nara dan Venti berpelukan melepaskan perjumpaan terakhir mereka.
Proses pengunduran diri Nara dari Supermarket sebagai Kasir terbilang cepat, pihak HRD yang tadi seakan menahannya untuk tidak resign karena belum ada pengganti Nara, kini dengan mulus meng-acc tanpa pikir panjang lagi. Sebetulnya tanpa Nara tahu, rupanya ada campur tangan Aldin di balik ini.
Dari jauh, Aldin melihat Nara yang sudah keluar dari kawasan Supermarket. Nara membelokkan tubuhnya ke arah parkiran motor, bermaksud mengambil motornya di parkiran. Nara yang hari ini datang ke Supermarket dengan diantar Aldin dari apartemen, sepertinya lupa bahwa dia kini sudah tinggal bersama Aldin di apartemen. Sehingga Nara merasa di parkiran motor ada motornya terparkir.
"Isss, gadis kecil ini pikun atau pelupa? Bukankah tadi pagi aku yang mengantar dia ke sini dengan mobil, dia pikir dia naik motor, huhhh." Aldin menggerutu kesal.
"Nara, mau ke mana?" cegah Aldin membuyarkan fokus Nara. Nara membalikkan badannya menuju Aldin.
"Kak Aldin!" pekiknya terkejut.
"Apa yang akan kamu lakukan di parkiran motor, bukankah dari sejak pagi kamu diantar aku?" Aldin menyadarkan kekeliruan Nara. Nara ternganga seakan baru menyadarinya.
"Lupa," alasannya sembari tersenyum malu.
"Ayo, apakah kamu mau aku kutuk menjadi patung di depan parkiran sana, berdiri sampai kena badai dan hujan."
"I-iya, Kak." Nara berlari kecil menyusul Aldin menuju mobilnya yang diparkir di pinggir jalan.
Tidak berapa lama mobil yang ditumpangi Aldin dan Nara melaju ke tempat yang Nara tidak tahu kemana tujuannya.
.
Hanya 15 menit, Corolla Cross memasuki kawasan pabrik Adrian Wood. Aldin turun memutari mobil dan membuka pintu samping kiri Nara. "Keluarlah!" titahnya. Nara keluar dengan jantung yang berdebar. Dia tidak tahu di mana ini, dan mau apa Aldin mengajaknya ke sini.
"Ingat ya gadis kecil, kesepakatan kita poin keempat. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahui hubungan kita yang sebenarnya," ujar Aldin seraya memberi isyarat dengan tangan untuk menutup mulut. Nara paham, sebab kesepakatan itu baru saja terjadi kemarin dalam hidupnya.
Aldin berjalan diikuti Nara di belakangnya. Memasuki lobby, sampai di ruang Resepsionis Aldin berhenti sejenak dan bercakap-cakap dengan seorang Resepsionis. Tidak lama, Aldin berjalan kembali menuju lift. Nara masih setia di belakangnya.
Di dalam lift hanya mereka berdua, Aldin melihat Nara begitu canggung. Ditatapnya gadis yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu dengan teliti. "Cantik," gumannya memuji diiringi senyum yang tersungging.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Mrs.Labil
knp hrus ad kesepakatan ya 🤔
2025-03-28
1
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
sebenarnya apa rencana Aldi. .bikin curiga aja
2023-10-09
1
🤗🤗
semamgat beb.
2023-02-08
1