Setelah libur satu hari, hari ini Jane kembali bekerja. Sebenarnya ia sedikit takut, takut jika sekarang dia akan dimarahi karena kemarin seenaknya meminta izin untuk libur. Jangan sampai nanti dirinya di pecat.
“Selamat pagi, Chef.” Jane menyapa dengan sedikit linglung.
“Oh, kamu. Datang juga akhirnya,”
Jane sedikit bingung. Memangnya kenapa? Apa kedatangannya di tunggu? Apa kali ini dia benar-benar kena marah oleh bosnya.
Jane tahu selain chef, Azal itu juga pemilik restoran ini. Itulah mengapa ia sangat takut pada pria berwajah dingin ini, karena besar kemungkinan dia bisa dengan mudah menendangnya dari pekerjaan ini.
“Maaf, Chef. Apakah ada kesalahan yang saya lakukan?” Bukankah itu pertanyaan konyol? padahal ia sendiri sudah sangat tahu kesalahannya.
“Merasa tak bersalah?! Sekarang jangan banyak bicara, cepat bekerja!” Jane hampir saja berteriak kaget mendengar bentakan bosnya, tapi untung dia tak melakukannya atau ia akan semakin dimarahi.
“Baik, Chef.” Jane segera mengganti seragamnya. Setelah sedikit jauh dari sana, Jane mengusap dadanya lega. Dia benar-benar di bentak oleh Chef Azal.
“Kamu kenapa Jane?” Mel bertanya kawatir melihat Jane yang mengusap Dada. “Apa kamu sakit? Atau sesak nafas?”
Jane sedikit mendelik mendengar ucapan Mel yang mengerikan. “Kamu bertanya atau menyumpahi aku Mel?”
Melda hanya sedikit meringis mendengar ucapan Jane. Apa teman kerjanya ini tersinggung?
“Maaf, aku hanya sedikit kawatir melihat kamu mengusap dada tadi.” Ucap Mel jujur.
“Oh... Itu karena aku baru saja dimarahi bos,”
“Wah! Kalau begitu kamu harus hati-hati, kalau tidak kamu bisa habis sama dia nanti. Dia itu kejam tahu?”
Jane terdiam sesaat, ia menjadi memikirkan ucapan Mel tadi. Benarkah bosnya sangat pemarah? Kalau begini sepertinya dia salah cari tempat kerja seperti kata Dila.
“Malah melamun di ingatkan. Cepat pergi sana, atau kamu akan dimarahi lagi nanti.” Perintah Mel cepat. Jane yang tersadar segara menuruti perkataan seniornya itu.
“Terima kasih sudah mengingatkan ku,” ucap Jane yang langsing di angguki Mel pelan.
Jane tidak perlu berpikir lagi, dia segera menuruti perkataan Mel. Benar saja, saat dia sudah datang, disana Chef Azal sudah menunggu dengan wajah kesalnya.
‘tamatlah riwayatku!’
Jane merasa dirinya mau di terkam oleh buaya saja melihat tatapan tajam Azal. Pria itu benar-benar cocok menjadi seorang atasan atau dosen kiler, tapi sayang saja dia malah menjadi Chef yang hebat membuat hidangan yang cantik.
“Benar-benar tidak bisa bekerja dengan baik!”
Lagi-lagi Jane mendapat semprotan pedas dari Chef Azal. Dia hanya bisa memilih diam dan tak berani menjawab. Sedangkan Chef azal hanya menatap acuh setelah kembali memarahi bawahannya.
*****
Zack kembali mengunjungi rumah William di hari berikutnya. Kemarin ia tak bisa bertemu dengan mantan menantunya itu, dan dia harap hari ini dirinya bisa bertemu.
“Permisi, apa Wiliam ada dirumah?” Sedikit membukakan kaca mobil, bertanya pada satpam didepan rumah William.
Sang satpam yang sudah mengenali siapa yang datang langsung membuka pintu. “Ada tuan, sepertinya tuan muda belum pergi bekerja.”
Setelah gerbang terbuka mobil Zack langsung meluncur masuk ke dalam pekarangan rumah mewah itu. Melangkah masuk ke dalam rumah, tapi saat ia sampai di teras ke rumah pria tua itu malah dikejutkan dengan pemandangan di depannya.
“William!”
Teriakan Zack membuat dua sejoli itu melepaskan pelukan mesra mereka di pagi hari. William melotot melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya.
“Papi...?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments