Hari pertama bekerja

Hari baru menghadirkan semangat baru dalam diri Jane. Hari ini ia telah mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan. Meskipun Sang sahabat tidak setuju dengan pekerjaan barunya, tapi Jane tetap saja kukuh pada pendiriannya.

Menjadi seorang koki benar-benar menjadi impian dirinya sejak remaja dulu, siapa sangka sekarang ia bisa merasakannya langsung.

Dulu saat masih tinggal bersama Ayah, kedua orang tuanya malah tak setuju dengan dirinya menjadi koki. Begitu pula setelah menikah, Jangan untuk bekerja, keluar rumah saja Wiliam tidak akan mengizinkannya dengan mudah. Pria itu memang senang membuatnya terpuruk, lalu memohon di bawah kakinya. Mengingat hal itu tiba-tiba mata Jane telah berembun, dia benar-benar tak bisa melupakannya.

Tapi sekarang ia bisa bebas, bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Tak ingin di kekang lagi, karena itu Jane memilih tak kembali ke rumah orang tuannya.

“Apa kamu akan pergi?

“Tentu saja. Kenapa kamu terlihat begitu tidak yakin dengan kemampuan ku, Dila.”

Memikirkan temannya yang akan berkutat dengan dapur sepanjang hari, Dila benar-benar marah. Tapi keputusan Jane ini malah tak bisa ia diganggu.

“Aku takut jika kau pulang nanti berubah jadi gosong karena terlalu lama bermain api,”

Jane tertawa. “Apa kamu pikir menjadi seorang koki hanya akan memandang api sepanjang hari? Dila ... Ayolah, jangan membuat ku menjadi ragu begini,”

Dila menatap Jane dengan senyum kecut. “Aku tidak tahu. Tapi dalam hidup ini aku benar-benar tidak suka masak. Tapi kau...,”

Jane tersenyum, “aku yakin, suatu hari nanti kamu pasti berubah. Memasak itu adalah hal yang sangat menyenangkan,”

“Aku harap tidak.” Dila melambaikan kedua tangannya, “meskipun nanti aku menikah, aku akan mencari suami yang bisa mengerti tentang kekurangan ku ini.”

“Aku harap seperti itu, jika tidak sepertinya kamu harus berguru padaku,” Jane tertawa kecil, setelah itu ia pergi meninggalkan Dila yang terlihat semakin kesal.

Jane bersiap untuk berangkat pergi bekerja. Ini hari pertamanya ia bekerja, jadi tidak boleh terlambat. Sedangkan Dila untuk hari ini ia akan berdiam diri dirumah sepanjang hari, karena masa cutinya belum habis, dan ia tak perlu masuk kantor sekarang.

“Aku berangkat,”

“Ya ... Berhati-hatilah,”

******

Jane adalah tipe orang yang memiliki tekat, maka ia akan berjuang untuk meraihnya. Dalam pernikahannya dulu pun seperti itu, jika bukan William yang mengusirnya, mungkin dia masih bertahan dalam neraka pernikahan itu.

Sekarang saat dirinya telah bebas, ia tak lagi memikirkan apa-apa. Sekarang, baginya bisa hidup sederhana saja itu sudah cukup, daripada mewah tapi tersiksa.

“Apa kau sudah siap untuk bekerja?”

Jane mengangguk mengiyakan, “saya siap chef.”

Disini Jane dapat menjadi seorang asisten chef, ia tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan yang hebat ini. Apalagi restoran tempatnya bekerja merupakan restoran yang terkenal dan juga mewah, ia yakin mulai saat ini ia bisa memulai kariernya.

Setelah mendapat instruksi, Jane mulai membuat hidangan yang dibutuhkan pelanggan. Tidak terlalu sulit baginya, karena dulu ia juga pernah kuliah di tata boga, jadi dengan mudah dirinya bisa menyesuaikan diri.

“Wah, ternyata kamu hebat juga. Apa sudah berpengalaman?” Azal bertanya dengan senyum senang di bibirnya. Tak ia sangka akan mendapatkan pegawai yang begitu mudah diajari, jika begini dengan cepat ia bisa diandalkan.

“Tidak, chef. Saya hanya suka memasak, melakukannya ini saya sering, meskipun belum Pernah mencoba bekerja di restoran seperti sekarang ini.”

Azal jadi berpikir, apa mungkin wanita ini anak orang kaya? Jika begitu wajar saja dia tidak pernah bekerja. Apalagi dilihat dari sikap dan juga kepribadian Jane, terlihat seperti wanita berkelas yang anggun dalam bertutur kata. Tapi jika dia kaya, kenapa sekarang berada di sini dan bersikap menyedihkan kali pertama mereka bertemu?

“Bailah, kalau begitu semangat bekerjanya. Saya harap kamu betah bekerja bersama saya,” Ucap Azal menyemangati. Jane mengangguk semangat, membuat lagi-lagi Azal tersenyum manis padanya

Jane menatap kepergian Azal dengan linglung. Melihat sikap pria itu yang begitu baik padanya, entah mengapa memuat Jane tak nyaman.

Seorang pekerja yang sama seperti Jane datang menghampiri. Sikap baik Azal pada karyawan baru, telah menarik perhatian karyawan yang lain.

“Jane? Kenapa kamu terlihat begitu akrab dengan Chef Azal? Apa kalian saling mengenal.”

Jane sedikit terkejut menerima pertanyaan ini dari teman-teman sesama kerja.

“Itu ... Saya tidak mengenal Chef Azal. Saya rasa dia hanya ingin akrab dengan asistennya,”

Seorang karyawan wanita mencibir mendengar ucapan Jane. Mereka semua sangat tahu jika Azal adalah pria yang dingin. Dia bahkan tak akan peduli dengan karyawan yang lain selama ini, hanya saat Jane datang saja pria itu sedikit berubah.

“Jane... Azal adalah pria yang dingin. Tapi saat kami melihat kamu yang begitu hangat diperlakukan olehnya, kami pikirkan kalian punya hubungan khusus.”

Perkataan ini malah membuat Jane merasa tertekan. Apakah orang-orang ini tak menyukai dirinya yang dekat dengan Chef Azal, atau mungkin para wanita-wanita ini adalah orang-orang yang mengagumi sang Chef. Jane menjadi mengedik ngeri, bagaimana jika kisahnya akan sama seperti cerita-cerita di novel.

Karyawan yang lain tertawa melihat Jane ketakutan. “Kamu jangan salah Jane. Kita bukan pengagum rahasia sang Chef, kami hanya ingin bertanya saja. Jikapun kamu punya hubungan dengan dia, kami juga tak akan masalah,”

Jane menjadi salah tingkah. Ia tak tahu jika mereka semua mengerjainya, padahal tadi ia sedikit cemas jika mendapat masalah di tempat kerja barunya.

“Saya benar-benar tidak mengenal Chef Azal,” Jane tersenyum canggung, “dia hanya baik padaku hanya sebatas kerja.”

Mereka mengangkat bahu tak peduli, wanita yang tadi berbicara pada Jane kembali berkata, “jangan terlalu formal begitu pada kami Jane. Disini kita sesama bekerja adalah saudara, tak perlu sungkan, kita akan saling membantu.”

“Terima kasih,”

“Ya sudah, mari kita bekerja lagi. Jika tidak bos kita akan datang dan memecat karyawan yang bermalas-malasan.”

Semua orang disana kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jane sekali lagi ia menarik nafas lega, tak disangka ia akan mendapatkan teman-teman baru disini.

Jane kembali merasakan getaran dalam hatinya. Mendapatkan kebebasan benar-benar berubah jalan hidup seorang Jane. Meskipun tak bergelimang harta, tapi sekarang ia merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ia kembali merasa hidup setelah satu tahun bagaikan dibunuh dengan kepahitan hidup yang diberikan oleh suaminya, dan sekarang kegelapan itu sudah memiliki secercah cahaya yang selalu membuat ia tersenyum lebar.

“Akan aku nikmati kebahagiaan ini dengan senang hati. Terima kasih Tuhan, kau telah memberiku setitik cahaya,”

*****

Kebahagiaan tak akan diukur dengan berapa banyak materi yang dimiliki. Tapi bahagia sesungguhnya, bagaimana cara kamu menikmati keindahan yang telah diberikan.

Bersambung....

Ara putri 🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!