Bertemu Dion

Sidang pertama dilakukan Minggu ini. Untuk saat ini Jane datang dengan ditemani oleh Dila, sedangkan Wiliam malah tak tampak menghadiri sidang pertama ini. Jane sebenarnya ia berharap mantan suaminya itu datang, agar ia bisa melihatnya hanya untuk sesaat, tapi memangnya siapa dirinya? Jane lupa jika apapun yang bersangkutan dengan ia, Wiliam tidak akan pernah peduli sedikit pun.

“Apa kamu kecewa?” Dila menarik alisnya, menatap Jane dengan sesama, jelas sekali jika lagi-lagi wanita ini masih mengharapkan kedatangan pria bodoh itu.

“Tidak. Kenapa kamu berpikir seperti itu?”

“Karena dari wajahmu jelas sekali, Jane.”

“Apa tampak sekali?” Jane menyentuh wajahnya dengan malu, apa semudah itu menebak isi hatinya?

“Iya.” Jawab Dila. “Kau pikir kita baru bertemu. Aku ini sudah sangat mengenal dirimu, Je.” Jane diam tak menjawab lagi.

Setelah sidang selesai mereka harus kembali dulu, akan dilanjutkan Minggu depan sidang selanjutnya. Sebenarnya ini tidak akan sulit, tapi karena Wiliam tidak datang akhirnya sidang ditunda. Hanya ada pengacara Wiliam yang datang, sebenarnya ini sungguh membuat Jane semakin marah pada pria ini.

“Ayo pulang,” Dila Mengajak untuk segera pergi dari sana. Semakin lama lagi disini mungkin Jane akan semakin gila memikirkan mantan suaminya.

****

Lepas dari rumah Wiliam entah mengapa Jane merasa gelisah. Seharusnya ia senang, mulai sekarang ia tak perlu lagi memikirkan tentang pria itu lagi. Sekarang Ia sudah tak bisa lagi hidup seperti ini, sekarang sudah tak ada yang akan membayar hidupnya. Dulu, meskipun dulu pria itu kejam, tapi dia selalu memenuhi kebutuhan dirinya.

“Di, sepertinya aku harus mencari pekerjaan dalam waktu dekat.”

“Apa kamu yakin?”

“Tentu saja. Aku tidak mungkin bergantung padamu selamanya,”

Dila mengangguk setuju. Meskipun dia mau, tapi dia tidak sekaya itu untuk menghidupi orang lain sampai tua. Lagi pula Jane itu wanita yang pintar, ia rasa dia akan dengan mudah bisa mendapatkan pekerjaan.

“Apa aku bisa membantumu? Aku rasa di tempat kerjaku membuka lowongan untuk karyawan baru.”

“Oh, tidak Dila. Aku tidak suka bekerja di perusahaan, itu sungguh membosankan.”

“Lalu, Kamu ingin bekerja yang bagaimana?”

Jane berpikir sesaat. Semenjak menikah ia sangat menyukai memasak, bahkan seharian ia bisa berkreasi berbagai bentuk makanan. Jika dia inginkan sekarang, ia lebih suka menjadi seorang koki. Apalagi saat kuliah ia mengambil jurusan tata boga, sepertinya akan sangat cocok.

“Aku akan mencari kerja menjadi seorang koki.”

“Apa kamu gila!” Dila merasa tak setuju, “kamu pikir wanita seperti mu cocok untuk bersemayam di dalam dapur sepanjang hari? Jane, kamu itu pintar. Dan juga dulu pernah bekerja di perusahaan ayahmu dengan sangat baik, kenapa kamu tidak mencari pekerjaan yang bagus.”

Jane tersenyum lebar, “menjadi seorang koki itu juga sangat bagus, Di. Kenapa kamu berpikir begitu?”

“Itu karena aku tak tega membiarkan mu berperang dengan benda-benda aneh itu sepanjang hari. Aku memikirkan nya saja sudah takut,”

Jane tertawa melihat Dila yang sudah ketakutan. Gadis ini sungguh memalukan, memasak saja tidak bisa. Oh, bukan saja tidak bisa, tapi dia juga sangat membencinya. Mungkin Dila belum pernah menikah, jadi ia tidak tahu bertapa menyenangkannya memasak lalu dimakan oleh orang yang kita cintai, saat itu sungguh terasa luar biasa bahagia.

Mungkin saja gadis ini akan berubah setelah ia menikah nanti. Saat itu tiba Jane akan menertawakannya.

“Kamu tidak perlu kawatir, aku akan mencari kerja yang terbaik nanti. Tapi sebelum itu, kamu harus membantuku sesuatu.”

“Apa itu?”

“Nanti akan aku beri tahu,” Jane tersenyum licik. Dalam hati sebenarnya ia tak tega, tapi dia harus membuat Dua orang itu menyadari kesalahannya.

.....

Malam ini terlihat begitu indah. Banyak orang-orang yang bersantai dan juga menghabiskan waktu bersama pasangan dan juga teman. Termasuk Jane dan Dia, tentu saja ia ikut menikmati keindahan ini.

Di depan sana terlihat juga Wiliam dan juga Lizzy yang sedang kencan di restoran itu. Jane tersenyum perih, dalam hati ia mengutuk perbuatan mereka ini.

“Untuk apa kamu melihatnya, ini hanya akan membuat mu terluka, Jane.” Dila yang merasa kasihan mencoba untuk mengajak Jane pergi dari sana.

“Tidak, Di. Ini saat yang sangat tepat, dengan begini aku bisa melihat bertapa kejamnya pria yang aku cintai selama ini.”

Mengambil ponselnya untuk mengabadikan momen romantis mereka. Dila yang masih tak mengerti hanya diam mematung.

“Untuk apa foto itu, Je?”

Jane tersenyum senang, “tidak ada. Hanya ingin aku simpan, mungkin nanti akan berguna.” Dila semakin bingung tak mengerti, tapi ia juga tak lagi bertanya.

Senyum Jane semakin lebar saat melihat seseorang datang mendekat pada mereka. Akhirnya orang yang ingin Jane temui malam ini datang juga.

“Dion!” Jane berseru dengan gembira.

Pria yang hampir satu tahun ini ia rindukan akhirnya mereka berjumpa lagi. Jane sangat bahagia, jadi ia langsung menghambur menyambut pelukan Pria itu. Sedangkan Dila hanya terdiam membisu, ia tidak menyangka Akan kembali bertemu dengan Dion setelah begitu lama tak jumpa.

“Kenapa dia kembali?” Dila bergumam sendiri. Gadis itu terlihat gelisah saat melihat kedatangan dia.

“Dila! Kenapa kamu tak memeluknya? Lihatlah, sahabat kita satu lagi kembali,” Jane berseru gembira.

Dila tersenyum canggung, berlahan ia mendekati Dion dengan malu-malu. Dalam hati Dila mengutuk dirinya yang seperti ini, kenapa ia jadi salah tingkah begini.

Dion juga memeluk Dila dengan penuh kerinduan. Meskipun mereka tak terlalu dekat, tapi Dion juga sudah menganggap gadis ini seperti adiknya sendiri.

“Apa kabar, Di?” Tanya Dion. “Apa kamu baik-baik saja, atau terluka seperti teman kita yang bodoh ini,” Dion menepuk pundak Jane dengan jahil. Wanita itu langsung cemberut dibuatnya karena dikatai bodoh.

Dila tersenyum canggung, “aku baik-baik saja. Dan kamu, apa kabar?”

“Aku sangat baik. Apalagi hidup diluar negeri, aku sangat baik karena keseharian ku selalu ditemani wanita cantik. Dan sekarang ... Sepertinya akan semakin baik,”

Jane tertawa mendengar candaan Dion. Wanita cantik apanya, Jane tahu Dion itu pria yang paling pemilih jika dekat dengan seorang perempuan.

“Sudah. Kenapa kita berbicara disini,” Jane memotong obrolan itu dengan cepat, “ayo masuk ke dalam restoran, kali ini kamu harus mentraktir ku, Dion.”

Dila merasa tak setuju, “Jane bukankah kita harus...,”

“Tidak, Di. Aku sengaja mengajak mu kesini memang ingin bertemu dengan Dion. Dan soal ini ... Kamu tidak perlu kawatir, aku baik-baik saja.”

Jane tahu, Dila pasti tidak ingin ia muncul di depan William. Tapi memang inilah rencana Jane, dan sampai sekarang sepertinya sangat baik, dan pasti akan berhasil membalas mereka.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!