Perubahan Jane

Jane memeluk tubuhnya sendiri dalam kedinginan malam ini. Jalan yang ramai malam ini tak bisa membuat ia merasa terhibur sedikit pun. Hanya ada tatapan kosong, bahkan ia tak memedulikan tubuhnya yang menggigil karena kedinginan. Tak ada semangat, tak ada gairah untuk dirinya melalui hari-hari yang terasa pahit ini, rasanya ia ingin menyerah. Jika ia tak ingat dosa, mungkin dari lama ia telah memilih jalan mengakhiri hidupnya. Tapi itu tak akan mungkin dia lakukan selagi dia masih memiliki akal.

“Apa begini akan membuat mu bahagia, Je?” Dila tiba-tiba menghampiri sahabatnya yang berdiam diri di jendela kamarnya.

Jane tak menoleh sedikit pun, ada senyum yang penuh dengan luka ia sembunyikan dari gadis baik hati ini. Dia tak ingin melihat orang lain mengasihannya, dia paling tak suka di kasihani, karena selama ini Dia kuat menjalaninya.

“Aku tidak tahu, Di. Perasaan ini entah mengapa masih saja memikirkannya. Padahal ia sudah begitu hebat menoreh luka padaku,” ujar Jane putus asa.

Selama ini, perasaan inilah yang membuatnya bodoh. Perasaan ini juga yang membuat ia bertahan dalam hubungan yang membuatnya tersiksa. Meskipun sudah dilukai begitu dalam, ia masih saja merindukan pria itu malam ini.

“Kalau begitu belajarlah untuk melupakan. Dia bukan orang terbaik untuk mu,”

“Bagaimana caranya? Sedangkan bayangannya saja selalu menghantuiku. Ini tidak mudah, Di."

Dila mendekat, ia memeluk sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang. Ia tahu bertapa terlukanya Jane sekarang, karena itu ia tak ingin memaksanya untuk banyak bercerita. Tapi ia ingin wanita ini tahu, bahwa dirinya akan selalu ada disisinya untuk mengutarakannya.

“Tidak perlu buru-buru jika masalah perasaan. Cukup kamu sendiri yang tahu, apa yang terbaik untuk hidupmu.” Hibur Dila. Ia membelai lembut bahu temannya itu untuk menguatkan. "Cika dia yang terbaik, tahan akan kembali mempertemukan kalian berdua. Tapi jika tidak, akan ada pangeran rendah hati yang datang memayungi mu suatu hari nanti."

Jane tersenyum sesaat. Ia merasa bersyukur mendapatkan teman seperti Dila ini, selalu datang saat ia senang maupun susah. Bahkan keluarganya sendiri tak peduli dengan dirinya sekarang, tapi gadis ini begitu baik menampung dirinya yang telah terbuang ini.

Saat dulu Jane mengatakan pada ayahnya bahwa Wiliam sering berbuat kasar padanya. Tapi ayahnya malah menyalahkan, mengatakan dirinya tidak menjadi istri yang baik, dan selalu membela Wiliam setiap dirinya mengadu. Jadi sekarang, ia memilih untuk tidak menghubungi ayahnya karena masalah ini, ia takut jika orang tua itu akan kembali memaksanya kembali bersama Wiliam.

“Aku akan baik-baik saja, kamu tidak perlu kawatir, Di. Terima kasih sudah menjadi begitu baik untuk ku.”

“Kamu bicara apa. Kita sudah berteman begitu lama. Kamu sudahku anggap seperti saudara, jangan pernah berbicara begitu lagi.” Dila tak senang jika Jane berkata seperti itu, “sekarang ayo istirahat. Kamu harus tidur lebih lama dan makan lebih banyak. Agar tubuhmu kembali gemuk. Sekarang lihatlah, sudah seperti tinggal tulang saja.”

Jane hanya diam saja. Bagaikan ia tidak kurus seperti ini. Saat tinggal bersama Wiliam ia selalu ditindas dan diperlakukan kasar. Bahkan saat bercinta pun pria itu tak akan mengasihinya, pria itu hanya akan berperilaku seenaknya dan menyiksanya.

Saat berada di dalam kamar, Dila meninggalkannya. Sekarang ia sendiri dalam kamar ini, berlahan air matanya jatuh.

‘Tentang sebuah kehilangan, kau tidak akan pernah tahu rasanya sebelum posisimu ada di sana.’

Kata dari sebuah buku itu selalu diingat oleh Jane. Dan sekarang ia merasa kehilangan, meskipun berbeda dengan yang diceritakan buku itu, tapi rasanya tetap saja sama, menyakitkan.

Bagaimana pun caranya ia memejamkan mata, tetap saja tak bisa tertidur. Jane merasa frustasi, ia langsung berdiri tegak untuk kembali mendekati jendela. Hanya pemandangan yang hampa ini bisa mengobati sedikit lara hatinya.

“Andaikan kamu sedikit mencintaimu ku. Pasti aku akan mencoba bertahan dan membuktikan padamu bahwa aku tak bersalah.”

Waktu akan terus berputar. Berlahan pasti ia mulai melupakan pria itu untuk selamanya. Tapi sebelum itu ia harus melakukan sesuatu, dan setelah itu ia tak akan lagi memedulikan dia lagi.

Saat terdiam, tapi panggilan masuk menggagu lamunan Jane. Berlahan ia mengambil benda pipih itu. Ternyata nomor yang tak dikenal menghubunginya. Merasa malam untuk menjawabnya, ia memilih untuk mengabaikannya saja. Tapi tak hanya sekali, ponselnya kembali bergetar dengan keras membuat Jane berdecak kesal. Terpaksa ia mengangkat panggilan itu.

“Selamat malam.” Sapa pertama orang seberang yang Jane dengar saat panggilan telepon tersambung.

“Malam. Ini dengan siapa?” Balas Jane kesal. Sesaat terdengar kesunyian, Jane pun merasa heran dengan orang disana. Saat ia ingin mengakhiri panggilannya, orang itu telah lebih dulu bersuara.

“Kamu melupakan ku, nona Jane.” Jane terkejut, orang ini mengenalnya. Siapa dia? Tapi kenapa ia merasa kenal dengan suara ini?

“Kamu...,” Jane berpikir sebentar, “apa kamu Dion?” hanya tebakan. Karena sebenarnya Rini sendiri tidak bisa mengiatnya. Mendengar dari suaranya hanya satu itu saja yang muncul di pikirannya, karena suara ini begitu familier di telinganya.

Suara tawa terdengar di seberang, “tebakan mu benar, nona. Sepertinya kamu tidak melupakan ku,”

Jane bernafas lega. Tadi ia pikir orang jahat yang ingin mengganggu ya, tapi siapa yang menyangka malah My friend terbaiknya yang menghubungi.

“Bagaimana cara mu menemukan nomor ku. Astaga, kenapa kau tidak pernah menemui ku lagi,” tanya Jane lekas.

Memang benar, setelah dirinya menikah pria ini tidak pernah lagi menghubunginya lagi. Dulu ia memang tak mempermasalahkan hal ini, tapi sekarang ia penasaran kenapa Dion menjauhinya.

Dulu, mereka bisa dikatakan bagai saudara kembar yang setia. Karena mereka yang begitu saling menempel, tidak ada waktu luang mereka saling menjauh. Itu semua terjadi sebelum Jane bertemu dengan Dila, setelah itu mereka menjadi sahabat bertiga, meskipun Dila dan Dion tidak terlalu akrab.

Tapi semenjak ia memilih menikah dengan Wiliam, ia berlahan mulai menjauh. Itu bukan kehendaknya, tapi Wiliam yang melarangnya, dan akan selalu mengancam jika Jane masih berani bertemu dengan pria lain.

Obrolan Jane bersama Dion berlanjut sampai tengah malam. Sesaat wanita itu bisa melupakan sedikit rasa sakitnya, bahkan ia sampai tertidur dan membiarkan pria itu berbicara sendiri di seberang sana.

.....

...Luka, memang sangat menyakitkan saat dirasa. Tapi jika seseorang bisa mengobatinya, luka bisa menjadi kenangan yang indah. Karena sang pemilik hati tidak hanya bisa menumbuhkan, tapi juga bisa menyuirami hati agar tak mudah layu di terpa panas.

...

...Siapa bilang yang pertama selalu yang terbaik?

...

...Nyatanya banyak yang pertama itu yang menyakitkan, meninggalkan luka yang menjadi pelajaran hidup untuk cinta yang baru.

...

...

...

*****

Terpopuler

Comments

Aze_reen"

Aze_reen"

hadir mampir kk....
lanjuttttt..

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!