Tak jauh dari keadaan Jane yang terpuruk, seseorang juga merasakan kehilangan di seberang sana. Meskipun dirinya tak mau mengakui, tapi bagaimana pun kehidupan akan terasa berbeda setelah kepergian orang yang pernah hidup bersama satu tahun
Wiliam. Meskipun dia membenci wanita itu, tapi entah mengapa sekarang ia memikirkannya. Entah dimana dia sekarang, dimalam yang sangat dingin ini, entah akan kemana dia berteduh. Wiliam tahu, wanita itu tidak mungkin kembali kekeluargaan nya, karena jika dia kembali pasti sekarang ayah mertuanya telah datang untuk memintanya kembali menjemput Jane.
“Sayang, kenapa kamu melamun seperti itu?” Lizzy keluar dengan wajah kantuknya. Malam ini ia menginap di rumah Wiliam. Karena rumah ini sudah kehilangan nyonya nya, tentu saja ia harus mengisi posisi itu secepatnya, sebelum dirampas lagi oleh orang lain.
“Tidak ada,” ucap Wiliam dingin. Lizzy merasa perubahan nada bicara kekasihnya itu, tak biasanya Wiliam berbicara dingin padanya. Jadi ia merasa tak senang, ia langsung menarik Wiliam agar menatap dirinya.
“Kenapa? Kenapa kamu menjadi dingin begini padaku? Apa kau marah?”
“Tidak.” Wiliam menyadari kesalahannya ia segera merubah raut wajahnya. Melihat Lizzy yang ingin meneteskan air matanya ia merasa menyesal, “jangan salah paham. Aku hanya merasa mengantuk, sayang. Tidak ada yang lain,”
“Yakin? Atau kamu sedang memikirkan wanita lain?” Lizzy masih terus macing Wiliam untuk berkata jujur. Sebenarnya ia tahu jika Wiliam masih saja mengingat matan istrinya itu, bagaimana pun caranya ia harus mencegahnya. Dalam hati Wiliam sekarang yang harus ada hanya namanya saja, bukan wanita yang dibencinya itu, atau pun wanita lain.
“Jangan berpikir macam-macam,” kata Wiliam dengan kesal, “sekarang pergilah tidur, ini sudah larut malam.”
“Apa kamu tidak ingin menemaniku, Wiliam?” tanya Lizzy, dengan senyum menggoda, ia berharap pria ini mau memberi kehangatan padanya malam ini.
Seharusnya ini adalah undangan yang sangat menyenangkan, tapi entah kenapa sekarang Wiliam merasa tak tertarik sedikit pun. Ia tersenyum hambar, apa begitu berpengaruh kepergian wanita itu.
“Kenapa kamu diam, sayang? Apa kamu menolak ku?” Lizzy bertanya dengan sedih.
“Mana mungkin, Lizzy. Aku bukan menolak mu, hanya saja ... Aku harus tidur lebih awal, besok ada meeting.” Kata Wiliam cepat. Tapi wajah sedih Lizzy tetap saja tak berubah, membuat William menjadi tak tega.
“Lizzy...,”
“Tidak apa-apa, Wil. Aku mengerti,” dia berdiri dengan cepat, “aku tahu kamu masih butuh sendiri, tidak apa-apa, aku mengerti.” Bagaimana pun ia harus terlihat sangat pengertian, ia tak boleh membuat William marah padanya.
“Baiklah, kamu memang gadis terbaikku.” Wiliam mengusap lembut rambut panjang gadisnya itu dengan penuh kasih sayang.
Setelah Lizzy masuk ke dalam kamarnya, ia langsung mengeram kesal. Gadis itu melempar semua barang-barang nya dengan kesal. Lagi-lagi gagal ia menjerat pria itu dalam genggamannya, kenapa begitu sulit untuk menaklukkannya.
“Kamu milikku, Wil. Aku tidak akan pernah melepas mu, meskipun kau menolakku seribu kali pun, aku akan tetap memaksamu!”
Selama ini ia sudah lelah menunggu. Seharusnya ia bersama Wiliam sudah dari dulu menikah dan memiliki hidup yang bahagia, tapi karena orang tua Wiliam yang tidak setuju malah menjodohkan pria yang dicintainya dengan Jane. Bagaimana pun ia tidak akan pernah merelakan, meskipun Wiliam sudah menikah dia tetap menempel pada pria itu. Karena itu mereka tidak pernah putus. Dalam kendalinya, ia bisa membuat Wiliam membenci Jane, lalu kenapa sekarang ia harus menyerah. Hanya sedikit lagi, setelah itu ia akan menguasai semua kekayaan ini, ia akan menjadi nyonya Wiliam, semua orang akan bertekuk lutut padanya.
.....
Sudah hampir satu Minggu, pagi ini tak disangka Jane jika dirinya akan mendapatkan kejutan. Surat perceraiannya telah datang diantarkan oleh seorang kurir. Jane tersenyum perih, akankah secepat ini? Ternyata Wiliam benar-benar tak pernah mencintainya, meskipun sedetik.
“Apa itu, Jane?” Dila bertanya dengan bingung. Melihat wajah temanya yang menjadi sendu membuat ia sudah bisa menebak. “Apa secepat ini dia mengirimnya?”
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Aku bisa membaca dari raut wajahmu, Jane. Tebakan ku benar bukan?” Dila menatap Jane dengan santai, tapi dia tahu saat ini Jane tidak baik-baik saja.
“Iya. Dia membuang ku,”
Dila merasa kasihan melihat Jane yang begitu bersedih, jadi ia berusaha untuk menghiburnya, “sudah. Dia bukan laki-laki yang baik untuk mu. Masih banyak yang lebih tampan darinya,”
Jane merasa apa yang dikatakan oleh sahabatnya benar. Tak ada gunanya lagi ia harus memikirkan Wiliam, seharusnya ia memikirkan masa depannya, bukan masa lalu.
“Aku tahu, Di. Terima kasih,” sekali lagi Jane menatap kertas di tangannya, setelah itu ia menyimpannya. “Aku butuh sedikit hiburan, maukah kamu temani aku jalan-jalan?”
“Tentu saja, nona Jane. Hamba akan selalu setia padamu.” Jane terkekeh kecil melihat tingkah Dini. Mereka saling memandang, setelah itu mereka bersama tertawa dengan tingkah konyol mereka buat.
.....
Jane keluar dengan senyum gembira. Ia sudah tampak cantik dengan pakaian santainya untuk jalan-jalan hari ini.
“Bagaimana menurutmu?”
“Wah, lihatlah. Bertapa cantiknya temanku ini, tapi pria bodoh itu masih saja menyia-nyiakan nya.”
“Sudah, jangan bahas dia lagi. Hari ini kamu harus membuat ku bahagia,”
“Tentu saja,” ucap Dila bersemangat, “asalkan saja kamu mau berusaha untuk bahagia, aku akan selalu menemanimu. Tapi jika kamu yang tidak ingin, aku bisa apa.”
“Berhentilah berbicara, ayo kita pergi!” Dila cemberut melihat Jane tak menimpali ucapannya.
Mereka segera pergi. Jane terlihat berusaha untuk melupakan semua pelik dalam hidupnya. Sedangkan Dila terlihat masih saja mengganggu Jane dengan masalah perceraian itu. Perjalanan ke pusat kota tak membutuhkan waktu yang cukup lama, hanya beberapa menit mobil mereka sudah sampai di sebuah pusat perbelanjaan.
“Kita akan apa, Di?”
“Berkeliling. Lalu kita akan borong semua pakaian terbaik musim ini,” Di berseru dengan senang. Tapi Jane ia malah menjadi lesu tak bersemangat. “Kenapa kau lesu begitu?”
“Kamu kan tahu, aku baru saja cerai, Dila. Aku tidak punya uang, bagaimana mungkin aku bisa berbelanja.”
Dila menepuk jidatnya. Bener kenapa ia bisa lupa jika temannya sekarang sedang kere. “Tidak apa-apa. Kali ini aku akan mentraktir mu,” ucap Dila.
Jane tersenyum senang, “Oh, benarkah?”
“Tentu saja,” itu adalah tawaran yang paling menggiurkan, Jane jadi tak sabar menghabiskan uang gadis ini.
“Kalau begitu hari ini aku akan membuat mu miskin, Di.” Mereka tertawa bersama. Memang sangat menyenangkan jika dua wanita menjadi sahabat.
Setelah itu mereka segera memasuki pusat perbelanjaan. Masuk di setiap toko pakaian, lalu keluar dari sana membawa sebuah kantong dengan gembira, kegiatan yang sangat menyenangkan bagi semua wanita. Mereka tidak akan pernah puas, meskipun sudah menguras isi dompetnya, tapi tetap saja melakukan lagi dan lagi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Aze_reen"
begini wil modelan wanita idamanmu??
di depanmu anggun lemah lembut pengertian luar biasa.. cihh.. sekali dibelakangmu.. ngamuk² kek org gila...
luar biasa mmg pilihanmu...
luar malaikat dalamnya iblis betina..
2023-01-07
1