Dila tersenyum tipis sembari mengucapkan terima kasih pada Dion yang telah mengantarkannya.
"Apa kamu tidak mampir dulu?"
Dion menggeleng, "lain kali saja. Ini sudah malam, aku harus pulang."
Dila tak menawar lagi. Dia tahu, bagaimanapun memaksa dia, tetap saja tak akan mau. Kecuali mereka bersama Jane, Dila yakin Dion dengan sukarela akan melakukan apapun itu.
"Baiklah… kalau begitu aku pergi," pamit Dion.
Menatap nanar mobil yang berlalu di hadapannya, Dila hanya bisa menahan rasa ini. Sampai kapanpun mungkin tak akan ada yang tahu, karena dia sudah menyimpannya selama ini dan tak akan ada niat untuk mengatakannya.
Dila berbalik, ia ingin kembali ke apartemennya dan beristirahat dengan tenang di sana. Lupakan semuanya, dia bosan dengan perasaan yang menyesakan ini, jika boleh pilih ia ingin menjauh. Tapi ternyata takdir malah tak mengizinkannya, buktinya dengan musibah yang menerpa rumah tangga sahabatnya, dan sekarang dia seperti dikembalikan ke masa lalu.
*****
Setelah mengantar Dila kembali ke apartemennya, sekarang Dion mencoba mencari keberadaan sang sahabat di sekeliling restoran tadi. Ia tahu Jane tidak akan pergi jauh, wanita itu kalau bersedih dia hanya butuh tempat yang sunyi untuk menenangkan pikirannya.
Tiba-tiba ia melihat bayang orang yang sedang dicarinya, Dion segera menghentikan mobil. Dia harus cepat menyusul Jane atau wanita itu akan kembali menghilang.
"Ah… akhirnya aku menemukanmu!"
Terengah, Dion sedikit berlari menyusul Jane dan saat dia berada tepat di depan wanita itu ia dibuat tertegun dengan keadaan Jane sekarang.
"Kamu… kamu kenapa?"
Jane tak langsung menjawab. Dia mencoba menghapus jejak air matanya, dia tak ingin terlihat menyedihkan di depan temannya sendiri.
"Aku tidak apa-apa. Kau… kenapa kembali? Apa sudah mengantar Dila dengan benar?"
Dion hanya bisa menarik nafas dalam. Selalu saja mengkhawatirkan orang lain, padahal yang ditanyakan sekarang adalah keadaannya sendiri.
"Tidak usah mengalihkan perkataan ku, Je. Sekarang tolong katakan, apa yang membuatmu menangis?"
Jane hanya tersenyum tipis. Tidak menjawab pertanyaan Dilo. "Tidak usah pikirkan masalahku. Ayo bantu aku menghabiskan waktu untuk malam ini,"
"Kamu tidak akan pulang ke apartemen Dila?"
Tanpa berpikir Jane langsung menggeleng. Dia tak ada niat untuk kembali dan merasa sepi lagi di sana. Ia yakin dirinya tak akan bisa melewati malam ini dengan baik, karena perkataan-perkataan William tadi pasti akan menjadi mimpi buruk.
"Kalau begitu ayo pergi. Aku akan membuatmu tersenyum lebar malam ini,"
Akan kemana Dion membawanya?
Jane memilih tak peduli. Ia segera mengikuti langkah Dion yang mulai melangkah menjauh. Diam- diam Jane menyesali sesuatu, tapi pikiran itu dengan cepat ia tepis kan dari kepalanya.
****
"Kamu mau membawaku kemana?"
Jane dan Dion turun dari mobil, menuju satu tempat yang belum pernah dikunjungi oleh Jane sebelum ini. Karena itu ia merasa heran, ada rasa takut juga yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Kenapa Dion membawanya ke tempat jauh begini?
"Kamu takut?"
"Bukan… tapi ini terlalu sepi, Dion. Apa kamu tak takut jika nanti kita bertemu hantu?"
Jane dan Dion saling memandang, dan Jane hanya tersenyum tipis ketika mendapatkan tatapan penuh tanya dari Dion.
"Sejak kapan seorang Jane percaya dengan yang seperti itu?"
"Aku tidak akan percaya jika Sekarang kita ada di pusat kota. Tapi kalau di tempat sunyi ini, aku sungguh merinding." Jane kembali merasakan rasa takut ini, dulu ia juga pernah merasakan ini saat Wiliam meninggalkannya sendirian di Villa yang sepi. Meskipun tempat itu mewah, tapi Jane masih sangat ingat jika dia ditinggalkan sendirian di sana. Mulai saat itu ia mulai mempercayai jika di atas dunia ini hantu itu benar-benar ada.
Merasa kasihan melihat Ketakutan Jane, Dion sedikit menyesal membawa wanita ini kesini. Tadinya ia pikir Jane akan suka dengan tempat yang sepi untuk menenangkan hati dan pikiran, tapi ternyata dia malah memikirkan hantu.
"Apa kamu tak nyaman? Bagaimana jika kita kembali saja?"
"Kembali? Tapi kita sudah jauh-jauh kesini, Dion. Sebenarnya ini tempat apa?"
"Kalau begitu kita lebih baik lanjut saja. Ayo genggam tanganku, biar kamu merasa lebih baik." Ujar Dion lembut. Ia mengulurkan tangannya, menarik pelan, memperlakukan wanita itu begitu lembut.
Baginya apa yang membuat Jane takut dan terluka, itu sama saja dengan menyakiti dirinya sendiri.
Perjalanan singkat mereka berakhir di sebuah danau yang sangat cantik. Dion mengarahkan Jane menuju satu rumah yang terlihat disana. Saat mereka telah sampai di sana, Jane tidak bisa tidak terpukau melihat keindahan alam yang begitu menakjubkan di depannya sekarang.
"Apa ini? Oh, kenapa kamu bisa menemukan tempat begitu indah, Dion."
"Apa kamu suka?" Dion tersenyum senang, "ini danau milik keluarga ku, rumah ini juga aku yang buat untuk tempat menenangkan pikiran. Bagaimana menurutmu?"
"Ini sangat luar biasa, aku sangat suka… Tapi kenapa tempat ini begitu terpencil? Kenapa tak kamu buat kan jalan untuk menuju danau seindah ini?"
Dion mengangkat bahunya, "itu sengaja, agar orang lain tak menemukan tempat ini."
Tak ingin semakin membeku dengan cuaca yang sangat dingin, Dion membawa Jane masuk kedalam rumah kecil yang terlihat indah itu.
Didalam mereka hanya saling diam duduk di perapian untuk menghangatkan tubuh. Terlihat mereka yang saling tak peduli, sibuk dengan pikiran masing-masing, kesunyian terjadi lagi di rumah yang tak terlalu terang itu.
Disana hanya ada lampu kecil yang berjajar di tepi dinding dibuat dari minyak tanah, atau sering orang sebutkan semprong. Dan dengan dibantu sedikit cahaya dari perapian, mereka cukup nyaman dengan keadaan seperti itu.
Sedangkan diluar, saat ini sedang malam bulan purnama. Dengan pantulan cahaya bulan di atas danau yang jernih pemandangan tercipta begitu indah nan cantik. Saat Jane kembali ke jendela sembari menikmati keindahan itu, Dion memilih masuk kedalam kamar untuk menyiapkan tempat tidur untuk mereka malam ini.
"Jane…,"
"Mm?"
"Maaf jika kamu tidak senang dengan kondisi sekarang ini. Apa kamu masih merasa takut?"
"Tidak… lagi pala untuk apa kamu meminta maaf? Tempat ini begitu indah, aku sangat suka disini." Jane kembali mengalihkan perhatiannya pada danau lagi, membiarkan saja Dion yang berdiri di sampingnya.
"Tempat ini belum benar-benar aku perbaiki. Setelah ini mungkin akan aku berikan lampu agar terlihat lebih baik,"
"Aku merasa ini lebih baik Dilo. Suasana yang begitu sunyi dan indah. Dan rumah sederhana dengan lampu tradisional seperti ini, aku sangat dibuat nayama. Untuk apa lagi kamu merubahnya,"
"Baiklah kalau begitu,"
Diam.
Suasana kembali sepi. Malam itu Dion benar-benar membawa Jane menghabiskan waktu bersama dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments