Andai punya kesempatan

"Apa kamu menyukai suasana pagi di sini?" Sapa Dion sambil memandang beberapa daging untuk sarapan mereka pagi ini.

"Lumayan… tempat ini benar-benar cantik, baik siang maupun malam dia begitu memukau," Jane bersungguh-sungguh. Dari semalam sampai sekarang ia bahkan merasa belum puas juga menatap pemandangan yang menenangkan pergi danau ini.

Lukisan alam yang natural memang sangat indah tanpa dapat ditandingi oleh apapun. Berbeda dengan danau buatan yang sering dibuatkan untuk tempat wisata kota, bagi Jane tempat itu sama membosankan dengan taman hiburan yang lain.

Sedangkan di belakang, dari tempat pemanggangan, Dion sedang mengamatinya. Ia memperhatikan wajah cantik Jane yang terlihat begitu teduh sedang tersenyum lebar seperti sekarang.

'andai aku punya kesempatan memilikimu,'

Tapi tak mungkin dia mengatakannya. Dia tahu selama ini Jane hanya memandangnya sebagai seorang sahabat, bukan seperti pria dan wanita yang telah dewasa. Dion tak ingin merusak hubungan yang telah terjalin ini, baginya asalkan Jane bahagia ia akan bersyukur.

Tapi…

"Oh, astaga! Dagingnya gosong Dion!" 

Dion sangat terkejut melihat daging untuk sarapannya bersama nasi pagi ini telah gosong. Jane tertawa melihat wajah Dion yang terlihat murung.

"Sudahlah, itu berarti kita harus kembali ke kota pagi ini,"

Ya, selain daging dan sedikit nasi yang dibawa Dilo kemarin. Mereka tidak punya makanan lagi. Dilo hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, padahal ia berencana mengajak Jane pulang setelah siang saja, agar mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi di sini.

Tapi karena kecerobohan dirinya sendiri, sepertinya mereka harus kembali lebih awal. Atau akan mati kelaparan di hutan ini.

"Ya, mau tidak mau kita harus kembali."

Jane tersenyum manis, melihat Dilo yang kesal ia mencoba untuk membujuk pria itu agar tak lagi cemberut.

"Wajahnya jangan ditekuk begitu, Di. Lain kali ku akan menemanimu kembali kesini, jika perlu ajak Dila sekalian."

"Tidak, tidak. Aku lebih suka hanya kita berdua saja kesini, kamu tahu ini tempat rahasia bukan."

"Tapi Dila juga sahabat kita,"

Dion tahu itu. Tapi tetap saja, ia hanya ingin tempat ini sebagai tempat rahasia dia dengan Jane saja, dan sepertinya ia tak akan menyukai orang lain juga Ikut kemari.

"Lihat saja nanti,"

Jane tak bisa memaksa lagi, jika pemilik sudah menolak dia bisa apa?

"Ayo bersiap-siap, kita kembali sebentar lagi." Jane mengangguk mengiyakan. 

*****

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Dion mengantarkan Jane kembali ke apartemen Dila. Setelah berpamitan singkat Dion langsung pergi kembali kerumahnya.

Berhubung hari ini ia telah meminta izin kerja, sepertinya sepanjang hari ia hanya akan menghabiskan waktu di kamar saja. Sedangian Dila, mungkin gadis itu dari pergi telah berangkat kerja.

 Tapi saat ia sampai di apartemen, dia malah melihat Dila yang sedang bersantai di depan TV sambil memakan cemilan.

"Loh… Dila?"

"Oh, Jene… kamu telah kembali?!" Dila sedikit berlari langsung memeluk Jene, "kamu pergi kemana? Semalaman aku mencoba menghubungimu, kenapa tak mengangkat telponku?!" 

Dila sedikit marah. Semalaman dia mengkhawatirkan Jane yang tidak pulang-pulang setelah dari restoran semalam. 

"Oh, maafkan aku, Beby. Tadi malam Dion membawaku ke suatu tempat yang jauh. Sepertinya disana tidak ada jaringan,"

Dila sedikit tercenung, "kalian berdua menghabiskan malam bersama?" Dila memicingkan matanya, mencurigai apa yang mungkin terjadi di antara mereka berdua.

"Jangan salah paham, Beby. Kami tidak melakukan sesuatu yang berdosa. Hanya menghabiskan waktu di tempat yang sunyi sembari mencoba menjernihkan pikiran," Jane tak ingin Dila salah paham dengan pikirannya sendiri. Meskipun mereka saling bersahabat, tapi Jane sangat tahu itu batasan. Dan dia juga yakin Dila juga memikirkan itu untuk tak membuat hubungan persahabatan mereka sampai rusak nantinya.

Dila mengangguk mengerti. Sebenarnya ia juga tak akan peduli apa yang terjadi di antara mereka berdua, tadi dia hanya mencoba bertanya. Tapi ia tahu bagaimana prinsip-prinsip hidup sahabatnya, mereka pasti tak akan mungkin menyukai *** bebas yang seperti kebanyakan orang lakukan.

"Kalau begitu sebaiknya kamu bersih-bersih ke kamar. Sepertinya kamu belum mandi sedari pagi," Jane tertawa mendengar tebakan Dila.

"Kamu benar. Aku tidak membawa baju ganti, dan tak mungkin juga mandi di rumah kecil milik Dion itu. Oh … membayangkan tempat itu aku kembali merindukannya!" 

Jane berlalu, sedangkan Dila hanya menatap heran dengan perkataan Jane. Tempat apa? Memangnya mereka kemana sih?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!