Istri Sah Rasa Orang Ketiga
Airi terluka saat mengetahui sifat asli suaminya itu. Padahal awalnya Candra terlihat amat mencintainya, pria itu begitu lembut dan perhatian.
Candra tidak membiarkan dirinya terluka, meski seekor semut kecil menggigit istrinya. Namun, ucapan yang baru saja pria itu katakan begitu menyakiti hati Airi.
Tangis perempuan itu tidak dapat dibendung. Mereka baru saja menikah selama satu bulan, menjalani pernikahan penuh sukacita, meski setelah itu Candra meninggalkan sejenak karena pekerjaan dan tiba-tiba saja cinta mereka diuji atau lebih tepatnya cinta milik Airi seorang yang diuji.
"Ingatlah, kamu akan bekerja di rumah Samantha. Dia akan menjadi majikan kamu!"
"Mas!"
Candra tidak menghiraukan Airi yang mencoba menghentikannya. "Kamu gak perlu menginap di rumahnya. Kamu akan tinggal di rumah kontrakan tidak jauh dari rumah kami!"
"Cukup, Mas!" teriak Airi yang sudah tidak sanggup lagi mendengarkan ucapan Candra.
Pria itu benar-benar jahat. Bahkan di perjalanan ke tempat tujuan, tidak hentinya Candra berhenti berbicara.
"Aku sudah paham!" ucap Airi pasrah.
"Bagus!" Candra tersenyum masam. Dia hendak mengusap wajah Airi yang dibasahi oleh air mata, tetapi perempuan itu lekas memalingkan wajahnya.
Candra tidak peduli dengan penolakan Airi.
Candra terpaksa menerima usulan dari RT untuk menikahi Airi yang hanya seorang yatim piatu daripada menikahi sepupu Airi yang sengaja menjebaknya. Perempuan mesum berbadan gempal itu membuat Candra selalu ingin muntah tiap mereka bertemu.
"Apa dia istri sah kamu juga, Mas? Sama seperti aku?" Candra menatap Airi yang tetap memalingkan wajahnya.
"Tidak. Kami hanya menikah siri. Tapi, kami saling mencintai!"
Airi menoleh dan menatap Candra yang tidak merasa bersalah. "Kamu lebih pilih istri siri daripada istri sah kamu, Mas? Apa karena aku yatim-piatu, berpendidikan rendah, miskin, atau karena aku berasal dari kampung?"
Candra menghela napas kasar. Dia tidak langsung menjawab karena lampu sudah berganti warna. Dia kembali menjalankan mobil. "Kenapa diam, Mas?"
"Semuanya, tapi yang pasti karena aku gak pernah mencintai kamu!" jawab Candra enteng.
"Bukan gak pernah, tapi karena belum. Atau kamu menutup rapat hati kamu untuk aku!" Airi kembali menangis. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Harusnya kamu tolak saja permintaan Pak RT waktu itu, harusnya kamu pergi jauh tanpa harus nikahi aku, harusnya kamu ...."
"Cukup Airi!" bentak candra yang muak dengan tangisan dan ocehan Airi. Candra menghela napas pelan untuk mengendalikan emosinya. "Kita sampai, ayo keluar."
"Kita sampai di mana?" tanya Airi ketika telah merasa tenang. Di hadapannya terdapat sebuah rumah mewah berlantai dua. "Gak mungkin ini rumah kamu sama istri siri kamu itu, kan, Mas?"
"Memang nyatanya begitu. Ayo, kamu harus kenal sama Sam!" Candra keluar dari mobil. Dia mengambil tas Airi di bagasi dan menarik kasar tangan Airi agar mau mengikutinya masuk ke rumah.
Baru saja mereka sampai di teras, pintu rumah mewah itu terbuka. Seorang perempuan muda keluar dan langsung menghambur ke pelukan Candra.
Di depan matanya sendiri, suaminya bermesraan dengan wanita lain. Hati Airi bagai teriris belati.
Airi memalingkan wajah saat mereka sedang mencumbu mesra. Airi mengumpat dalam hati apa yang dilakukan Candra dengan istri sirinya.
Perbandingan merek memang begitu kentara. Sam terlihat begitu modis dan berkelas, sedangkan dirinya hanya berpenampilan sangat sederhana dan apa adanya. Airi sadar dirinya tidaklah bisa merawat diri karena terlalu sibuk bekerja, berbeda dengan perempuan yang terus saja bergelayut manja pada Candra.
"Sayang, dia siapa? Oh, dia pembantu yang kamu bilang kemarin itu?" Candra mengangguk membenarkan ucapan Sam.
"Dia Airi, pembantu di rumah kita. Tapi Sayang, dia ada syarat."
"Apa?"
"Dia gak bisa menginap di rumah ini, jadi dia akan datang pagi dan pulang sore hari!" Dada Airi berdesir ngilu. Ucapan Candra benar-benar melukainya, tetapi Airi mencoba tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Panggil saya Nyonya Sam," ucap perempuan bernama Sam itu dengan ketus. Dia bahkan menolak ajakan Airi untuk bersalaman.
Airi mengikuti kedua orang yang telah menyakitinya itu masuk ke dalam rumah. Di sana dia diberi penjelasan tentang pekerjaannya apa saja. Sam memberitahu tentang setiap sudut rumahnya, terutama kamar utama mereka.
Mengetahui di mana kamar mereka membuat Airi hendak marah. Dia tidak sanggup jika membayangkan apa yang mereka lakukan di ruangan itu. Sama seperti apa yang dia dan Candra lakukan saat di kampung dulu.
"Baik, Nyonya, saya paham."
Airi melirik Candra yang memilih duduk santai dengan memainkan ponselnya. "Ya sudah, untuk hari ini kamu saya liburkan jadi silakan pulang. Tapi ingat, besok ke rumah pukul enam pagi!"
"Baik. Kalau begitu saya pamit."
Airi keluar dengan dada yang rasanya hampir meledak. Dia mengambil tasnya yang ditinggalkan begitu saja oleh Candra di dekat mobil.
Airi saat ini bingung di mana dia akan tinggal, bahkan Candra tidak memberitahu alamat kontrakannya.
Keluar dari gerbang mewah rumah suaminya sendiri, Airi menangis. Dia sudah tidak sanggup lagi. Dia memukul dadanya sendiri kuat-kuat, mengabaikan siapa saja yang lewat dan melihatnya menangis.
"Ayo kuantar!" Tiba-tiba saja Candra datang menemuinya. Dia terlihat begitu tenang tanpa rasa bersalah.
Airi menepis tangan Candra dan menatapnya tajam. "Kamu jahat, Mas!" maki Airi.
"Ayo kuantar kamu ke kontrakan!" Tidak berselang lama sebuah taksi berhenti di depan mereka. Candra mengajak Airi masuk ke dalam taksi tersebut.
Di dalam mobil itu, tanpa peduli dengan sopir taksinya, Airi kembali menangis.
***
"Ini uang untukmu!" Candra memberikan sejumlah uang yang tidak sedikit, tetapi dengan tegas Airi menolaknya. "Jangan buatku marah, Airi!" geram Candra tidak terima.
"Aku gak butuh uang kamu itu!"
Candra membuang ludah sembarang membuat Airi terkejut. "Bahkan nantinya kamu akan terus menikmati uang dariku juga. Kamu kira siapa yang akan membayar gajimu sebagai pembantu?"
"Terserah kamu. Aku gak peduli." Candra mengangguk. Diam-diam dia memasukkan uang itu ke kantong tas pakaian Airi.
"Ingat, jangan sampai Sam tahu atau siapa pun itu. Jangan sampai karena pernikahan kita Sam terluka!"
Airi menatap Candra dengan sorot tajam. "Mas, apa kamu gak bisa memikirkan perasaanku juga? Kamu begitu peduli sama dia, tapi sama aku? Kamu seperti penjahat, Mas, yang gak punya hati!" Airi mendorong tubuh Candra menjauh darinya.
Kunci kontrakan yang digenggamnya erat pun sampai terjatuh. Airi mengambilnya dan kembali menangis. Namun, Candra tidak peduli.
Airi lekas pergi meninggalkan Candra yang hanya diam membisu.
"Hati ini terlalu sakit, Mas. Janji-janji yang kamu katakan saat malam itu semuanya hanya omong kosong. Seharusnya aku gak pernah percaya, orang kota seperti kamu mau begitu saja menikah sama aku!"
Airi membanting pintu kontrakannya dan menguncinya. Dia tidak mau kalau Candra masuk.
"Aku benci kamu Candra!" teriak Airi, bahkan teriakan itu terdengar sampai di telinga Candra yang masih bergeming di tempatnya.
Pria itu hanya menghela napas berat lalu melangkah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Pata
Selamat membaca, ini karya pertama yang masih banyak kekurangan. Perlahan sudah mulai direvisi.
2023-04-13
0