Sakit

Airi kembali lagi ke rumah Candra dan Sam. Dia terpaksa datang karena permintaan Moa yang mencemaskan keadaan Candra. Sudah beberapa hari Candra tidak datang ke rumah Moa.

Candra bahkan tidak datang ke kantor.

Ketukan ketiga baru terdengar suara Candra dan membuat Airi merasa lega. Setidaknya dia mengetahui Candra ada di rumah.

"Airi!"

Wajah dan bibir pria di hadapan Airi terlihat pucat. Bahkan pria tersebut hampir terjatuh, beruntung Airi dengan sigap menahan tubuh suaminya itu.

"Mas, kamu sakit?" Airi dapat merasakan tubuh Candra panas.

Pria tersebut hanya mengangguk lemah. Airi dengan susah payah membantu Candra masuk ke dalam, ke ruang tengah. Airi membantu merebahkan tubuh Candra di sofa yang dan menyelimuti tubuhnya.

"Sudah berobat?" Candra hanya menatapnya dengan tatapan sayu dan menggeleng. "Tunggu sebentar!" Airi meletakkan rantang makanan yang dibawanya di meja. Dia pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.

"Tubuhnya panas banget, seenggaknya dia harus dikompres!" Airi mengambil minuman dingin di kulkas dan menuangkannya ke baskom kecil. Dia lalu kembali ke ruang tengah menghampiri suaminya.

"Aku butuh handuk kecil atau kain untuk mengompresnya!"

Airi kembali mencari handuk kecil atau sesuatu untuk membantu mengompres Candra, dia sampai masuk ke dalam ruangan yang ternyata ruang kerja Candra.

Airi hendak pergi, tetapi urung dia lakukan saat melihat bingkai foto di meja kerja Candra. Airi mendekat dan mengambil foto tersebut.

Dia membuang napas kasar dan matanya berkaca-kaca. Senyum bahagia terlihat begitu nyata pada sepasang pengantin di foto tersebut.

"Apa kamu juga begini saat kita menikah, Mas?" gumam Airi. Dia mengembalikan bingkai foto tersebut ke tempatnya lagi. Airi tidak langsung pergi, dia memperhatikan sekeliling ruangan yang tampak rapi.

Airi merasa tertarik dengan rak dengan buku yang tersusun begitu rapi. "Mas Candra memang suka membaca!" Dia tersenyum. Mengingat saat awal pernikahan mereka, mata Candra berbinar saat melihat beberapa buku berjejer rapi di meja belajar di kamarnya.

Pria itu membaca salah satu buku dalam satu waktu sampai lupa waktu.

Saat itu Airi meminta agar Candra berhenti, tetapi pria tersebut mengatakan tanggung jika berhenti sebelum selesai.

"Astaga, Mas Candra!" Airi langsung pergi dari ruang kerja tersebut dan kembali menghampiri Candra. Anehnya dia mendapati ada handuk kecil terlipat rapi di atas meja dekat baskom yang sudah dia siapkan.

Airi memperhatikan Candra yang tertidur, tanpa menunggu lama dia mulai mengompres suaminya.

"Tubuh kamu sampai panas begini, Mas. Ke mana Sam? Apa dia gak tahu kamu sakit?" gerutu kesal. Dia kesal karena ternyata Candra tidak terurus oleh Sam. Dia kesal karena Candra tidak memberinya kabar di saat sakit.

"Aku benar-benar gak ada artinya!" Airi menghela napas pelan.

Airi memandangi wajah pucat suaminya yang tertidur. Dia membenahi selimut yang melorot. Tiba-tiba saja Candra memegang pergelangan tangannya saat dia akan membasahi kembali handuk tersebut.

"Mas!"

Candra masih tertidur. Airi mencoba melepaskannya, tetapi Candra tidak mau melepaskan. Bahkan pria tersebut mengigau memanggil nama Sam berulang.

"Sam ... jangan pergi!"

Kening Candra berkerut dalam dengan mata yang masih terpejam. "Mas, kamu merindukan dia?"

"Sam!"

Airi mendesah pelan. Hatinya teriris pilu. Di saat sakit pun yang ada dipikiran suaminya hanya Sam. "Mas, aku di sini!"

Entah karena ucapan Airi barusan yang mengira Sam atau karena yang lain, Candra terbangun. Dia menatap Airi lekat lalu memperhatikan tangannya yang memegang pergelangan tangan Airi. Candra langsung melepaskannya.

Pria itu bangkit duduk dengan susah payah. "Mas, aku masih kompres kamu!"

"Aku haus!" Airi mengangguk, dia gegas pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum.

"Ini, Mas!" Candra menatap Airi kesal. "Aku mau teh hangat! Kenapa kamu begitu percaya diri aku meminta air putih!"

Candra menolaknya. Airi hanya menghela napas dan meminta maaf. "Aku akan buatkan teh hangat, Mas!"

Airi kembali ke dapur membuatkan minuman yang diminta suaminya. Dia membuat teh hangat tanpa gula dan kembali memberikannya kepada Candra.

Lagi-lagi pria itu protes, dia tidak menyukai rasa teh yang terasa pahit karena tidak diberi gula. "Tapi, kamu masih sakit jadi aku buatkan tanpa gula!"

"Huh. Keras kepala!" Candra memilih meminum saja teh tersebut tanpa kembali protes.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Candra sambil menepis tangan Airi saat perempuan itu menyentuh dahinya untuk mengecek suhu tubuh.

"Aku cuma mau cek masih panas atau gak, Mas!"

Candra kembali merebahkan tubuhnya dan menyuruh Airi mengopresnya lagi. "Kamu tidur lagi saja, Mas. Aku akan jaga kamu di sini!"

Candra hanya berdeham, dia memperhatikan Airi yang telaten merawatnya. "Kamu sudah makan, Mas?"

"Belum!" Candra melirik rantang makanan yang tadi dibawa Airi. "Kamu bawa apa?"

Airi ikut melirik rantang makanan tersebut dan tersenyum manis. "Aku masak ayam kecap, tapi kayaknya kamu butuh makanan yang hangat. Mau aku buatkan sup?"

"Terserah, kalau gak merepotkan!"

Airi menggeleng. "Gak, kok. Sekarang kamu istirahat dulu, Mas. Aku akan masak!"

"Airi!" Candra kembali memegang pergelangan tangan Airi.

"Ya, Mas?"

"Terima kasih. Sam sedang sibuk sama pekerjaannya sampai dia gak sempat urus aku yang lagi sakit!" Airi awalnya tersenyum bahagia, tetapi mendengar Candra membela Sam membuatnya mengangguk lemah.

"Aku akan ke dapur!"

"Pergilah!"

Airi membawa rantang makanannya juga. Dia menata makanan tersebut di meja makan, selanjutnya dia membuka lemari pendingin untuk mengambil bahan-bahan yang akan dia gunakan untuk membuat sup.

"Hah, cuma ada wortel, telur, sama sosis." Dia membuat makanan untuk Candra dengan tiga bahan tersebut.

Airi tidak terlalu sulit untuk membuatnya. Di kampung, terkadang dia menjadikan wortel untuk menambah sayur bening daun katuk atau bayam yang dia tanam sendiri.

Saat Airi sedang sibuk membuat makanan untuk Candra, pria tersebut mengambil ponsel Airi yang tergeletak di meja dan membukanya.

Ada beberapa pesan masuk yang tidak Airi baca, bahkan beberapa hari pesan tersebut diabaikan. Dia juga melihat Airi mengiriminya pesan dan tidak juga dia baca.

"Ponsel ini dia gunakan untuk apa?" Candra membuang napas kasar saat mengecek ponsel istrinya itu dan hanya ada beberapa aplikasi saja.

Candra memperhatikan ke arah dapur sejenak lalu mendownload dua aplikasi tambahan untuk Airi. "Setidaknya di saat aku membuatnya sedih, ada hal yang menghiburnya."

Dia tidak hanya mendownload aplikasi, tetapi juga membuatkan akun untuk Airi.

Saat melihat istrinya menghampiri, dia meletakkan kembali ponsel tersebut dan terbaring lemah di sofa.

"Mas, makan dulu, yuk!"

Candra membuka matanya perlahan dan menatap Airi agak kesal. Dia belum selesai membuatkan satu akun lagi dan Airi sudah sampai.

"Mas, kenapa?"

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

s airi tolol macam saja di dunia ni dah tak ada cwo az

2023-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!