Benar yang dikatakan Moa, saat Airi sedang menata makanan di meja makan dia melihat sosok Candra yang mendekat, meski dengan tampang yang tidak sedap dipandang.
Pria itu terlihat begitu lusuh dan seolah tidak diperhatikan oleh istrinya.
"Mas," sapa Airi yang menghampiri Candra. Dia bahkan melupakan ucapan Candra untuk tidak bersikap layaknya seorang istri saat berada di rumah mamanya. "Kamu kenapa?"
"Jangan sentuh aku! Siapkan pakaianku di kamar!" Candra menepis tangan Airi yang hendak mengusap wajahnya. Pria itu meninggalkan Airi dan pergi ke kamarnya.
Airi menghela napas pelan. Tanpa menunggu waktu lama, dia memilih menyusul Candra ke kamarnya dan Moa melihat apa yang terjadi di antara mereka sejak putranya datang.
Airi mengambil setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih. Tidak lupa dia mengambil dasi berwarna hitam senada dengan jas dan celananya, meski harus bersusah-payah mencarinya dahulu.
Airi tidak memahami fashion. Dia melakukannya hanya sebatas insting saja dan dia sering melihat para aktris melakukannya di televisi.
"Semoga Mas Candra suka!" Airi merasa puas telah selesai menyiapkannya. Dia hendak pergi, tetapi suara Candra menahannya.
Candra menghampiri Airi yang telah selesai mandi hanya dengan mengenakan handuk saja.
Jika saat di kampung, Airi akan senang berlama-lama memperhatikan tubuh indah Randu, saat ini kenikmatan itu rasanya menghilang. Airi merasa malu hanya untuk menatap tubuh yang seharusnya bisa dia miliki sepenuhnya itu.
"Kenapa diam?" tanya Candra sambil merapikan anak rambut Airi yang sedikit berantakan.
Airi menggeleng. "Semuanya sudah aku siapkan, Mas. Aku keluar dulu!" ucap Airi tanpa berani menatap Candra.
"Mau ke mana!"
"Keluar, Mas!"
"Kamu lupa dengan apa yang sering kamu lakukan di kampung?" Airi berbalik dan menatap Candra dengan tatapan bingung. "Bantu aku pakai pakaian ini. Jangan keluar sebelum semuanya selesai!"
Airi menelan ludahnya saat Candra tanpa canggung melepas begitu saja handuknya yang sudah luruh ke lantai. Tubuh telanjang pria itu membuat pikiran Airi kembali terngiang dengan kegiatan mereka, sayangnya Candra tidak membiarkan Airi berlama-lama memikirkan hal tersebut. Pria itu menyadarkan Airi untuk memakaikannya kemeja.
"Kamu ternyata masih saja manja, Mas!" Candra tidak menggubris Airi. Pria itu bahkan tidak menatap Airi.
"Jangan banyak bicara, kerjakan saja pekerjaanmu!" Airi mengangguk, meski hatinya sakit.
Dengan telaten dan tanpa bicara Airi membantu Candra mengenakan pakaiannya. Hanya tersisa dasi yang dirinya tidak tahu cara mengenakannya bagaimana, sehingga dia memberikan dasi itu kepada Candra.
"Kenapa harus aku?" tanya Candra yang mulai kesal.
Airi menatap Candra dengan tatapan polos dan berkata, "Tapi aku, kan, gak bisa, Mas!"
"Dasar bodoh! Keluarlah!" usir Candra. Pria itu berbalik menghadap ke cermin dan mulai mengenakan dasinya. Dia mengabaikan Airi yang keluar dari kamar dengan sakit hati akibat ucapannya.
"Apa aku gak ada artinya di mata kamu lagi, Mas?" Airi menghapus air matanya.
"Airi ada apa denganmu?" Moa menghampiri Airi dan berhasil membuatnya terkejut. Wajahnya menjadi memerah karena takut ketahuan keluar dari kamar Candra.
"Kamu menangis?" tebak Moa saat melihat mata Airi yang berkaca-kaca.
"Gak kok Tante. Saya tadi cuma kelilipan saja!" kilah Airi.
"Oke. Tante kira kamu menangis karena dimarahi Candra. Tadi Tante lihat loh kamu masuk ke kamar dia!" Moa mengusap pundak Airi. "Anak itu pasti bertengkar sama perempuan ular itu!" geram Moa.
***
"Mas, aku minta maaf sama kamu!" Sam menghampiri Candra yang sedang menikmati sarapannya bersama Moa.
Perempuan itu bahkan bersimpuh di samping Candra yang bergeming dengan tetap melanjutkan sarapannya.
"Kamu gak lihat Candra lagi sarapan?" hardik Moa kepada menantunya yang sedang menangis itu.
Sam tidak menghiraukan ucapan Moa. Dia tetap saja bertahan dengan terus bersimpuh. "Berdiri, Sam!" perintah Candra, tetapi Sam menolak dengan menggeleng. "Aku minta kamu berdiri!"
"Tapi kamu janji dulu akan maafkan aku dan dengarkan aku!" rengek Sam sambil memeluk kaki Candra. "Mas!"
"Baiklah." Candra luluh juga.
Moa berdecak sebal melihat putranya yang begitu lemah hanya karena sebuah rayuan dari perempuan yang dibencinya itu. Namun, dia hanya diam dan ingin mengetahui alasan putranya yang pulang pagi-pagi tadi.
"Mas, semalam kamu salah paham. Apa yang kamu lihat itu salah! Aku ... aku gak mungkin bermesraan sama Joe, dia yang tarik aku begitu saja!" kilah Sam.
"Astaga, Candra! Jadi perempuan ular ini selingkuh dari kamu!" Moa mendadak histeris dan kesal. Dia menyiram begitu saja wajah Sam dengan air minumnya.
Airi menutup mulutnya saking terkejut dengan apa yang dilakukan Moa kepada menantunya itu. Posisi mereka yang saling berhadapan memudahkan Moa melakukannya.
Airi tidak sanggup dengan diam-diam mengintip apa yang sedang mereka lakukan, dia memilih kembali ke dapur saja dengan hati yang waswas.
Sam terkejut dengan apa yang dilakukan Moa kepadanya. Giginya bergemulutuk sambil mengusap wajahnya yang basah, tetapi dia menahan diri untuk tidak marah kepada Moa di hadapan suaminya yang hanya diam saja.
"Mas, aku cintanya cuma sama kamu. Joe melakukan itu karena dia masih belum bisa move on dari aku!"
Candra menatap Sam kesal. Dia menatap Sam lekat. "Kalau memang kamu cinta sama aku, kenapa kamu terima saja ajakan dia! Untung saja aku datang semalam, kalau gak ... bisa saja kamu akan makin nyaman dengan perbuatannya. Kita gak ada yang tahu!"
"Mas, Joe bilang dia mau minta maaf makanya aku sedia temui dia. Aku gak tahu kalau sebenarnya dia malah begitu!" Sam menyentuh tangan Candra. "Mas, aku benar-benar menyesal dan janji gak akan ulangi lagi. Aku akan melakukan apa yang kamu perintahkan!"
"Benarkah? Kamu gak akan bohong lagi!" Sam mengangguk dengan bibir tersungging senyuman. "Baiklah. Candra mengusap punggung tangan Sam. "Kamu harus tahu kalau aku mencintai kamu!"
"Aku tahu, Mas!" Moa merasa jijik. Perempuan baya itu memilih menyudahi sarapannya dan meninggalkan mereka begitu saja.
***
Moa mengajak Airi duduk santai di taman belakang rumahnya itu. Di sana dia memperlihatkan foto-foto Candra yang tersimpan rapi di album foto keluarga.
"Kamu lihatkan, betapa putra Tante itu tampan sejak kecil. Dia banyak disukai sama teman-temannya, salah satunya perempuan ular itu!" Moa sama sekali tidak mau menyebut nama Sam dengan benar.
menyadari kebencian Moa terhadap Sam membuat Airi penasaran. Dia tidak dapat membendung rasa penasarannya, mulai bertanya. "Kalau boleh tahu kenapa Tante gak suka sama istri Mas Candra!" Airi pun enggan menyebut nama perempuan itu.
Moa menutup album fotonya dan menatap Airi lekat. "Dia itu jahat. Sayangnya Candra cinta mati sama perempuan ular itu, Candra selalu luluh dengannya."
"Tapi mereka memang cocok Tante!" Moa menatap kesal kenapa Airi. "Maaf, Tante. Bukan bermaksud untuk mengatakan hal seperti itu."
"Kamu harus tahu satu hal, Sam itu ah, tidak! Perempuan ular itu sebenarnya hanya memperalat Candra. Dia hanya menumpang hidup dengan putra Tante. Kalau saja kamu datang lebih cepat, sudah Tante pastikan kamulah istri Candra! Bukan dia!" geram Moa. Airi hanya tersenyum masam mendengar ucapan mertuanya itu.
"Bahkan kita memang sudah menikah, Tante!"
"Kamu tahu, sejak awal Tante lihat kamu, Tante merasa kita memiliki banyak sekali kesamaan. Tante merasa kamu butuh perlindungan. Tante juga merasa kita seperti terhubung akan sesuatu, entah apa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
anita
Ter hubung mantu SM morotuo
2023-04-23
0