Setelah dua hari Airi merawat Candra, pria itu sudah terlihat membaik. Airi merasa benar-benar menjadi seorang istri dari Candra.
Airi merasakan Candra yang kembali seperti awal mereka menikah lagi. Namun, kepulangan Sam membuat keduanya kembali menjadi seperti orang asing. Saling canggung. Bahkan Airi dapat melihat kecemburuan dari tatapan Sam kepadanya.
"Aku akan pulang sekarang! Makanan sudah ada dan tinggal dipanaskan saja!" Candra hanya mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Padahal sebelumnya pria tersebut sedang menikmati disuapi oleh Airi.
"Cepat sembuh, Mas!"
"Jangan bersikap kalau kamu seolah peduli sama suamiku. Aku gak peduli kamu sudah merawat Mas Candra, tapi yang jelas jangan menganggap apa yang kamu lakuin bisa buat kalian jadi dekat!" Sam mengambil alih untuk menyuapi Candra, meski dirinya berkali-kali mengeluh capek.
Airi memilih pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Bahkan ucapan Sam tersebut tidak membuat Candra setidaknya menghibur dirinya.
Di perjalanan pulang, Airi dihadang sebuah mobil mewah yang dia kenali. Dia berdiri menunggu pengemudi mobil tersebut keluar.
"Apa yang kamu lakuin?" tanya Airi kepada Joe yang tersenyum manis kepadanya.
"Apa lagi? Aku begini karena mau menawari kamu tumpangan. Aku tahu kamu pasti capek jalan kaki karena gak ada taksi yang lewat!"
Airi membuang muka. "Jangan jual mahal. Ayo!" Joe menarik tangan Airi untuk masuk ke mobilnya. Dia sama sekali tidak peduli dengan penolakan Airi.
"Aku melihatmu keluar dari rumah Samantha, jadi aku penasaran!" ujar Joe tanpa menatap Airi.
"Kamu kenal sama dia?" Joe mengangguk. "Kalian ...."
"Dia artis, tentu saja aku kenal. Kamu gak kenal dia?" Joe menatapnya sekilas sebelum kembali memperhatikan jalanan di depannya.
"Aku ... aku gak tahu kalau dia artis!"
Joe mengangguk. "Tapi, kamu kenal dia!" Pria itu melirik Airi dan dia melihat Airi yang mengangguk ragu.
"Apa yang kamu lakukan di rumah Samantha, padahal perempuan itu baru saja pulang?"
Airi menelan ludahnya kasar. Tidak mungkin dia memberitahu alasannya berada di rumah Sam, tidak mungkin dia memberitahu jika selama dua hari dia menginap hanya untuk merawat Candra yang sakit.
"Kamu kenapa? Wajahmu sampai pucat begitu?" tanya Joe heran. Dia tertawa kecil lalu mengacak rambut Airi.
Airi membalasnya dengan senyum canggung. "Kamu tahu, meski Sam selalu mendapatkan peran kecil di setiap sinetron atau film yang dia mainkan, aku tetap suka sama akting dia. Aktingnya selaku memikat dan natural."
Joe menoleh menatap Airi yang hanya terdiam tanpa membalas ucapannya. "Kamu bisa bantu aku ketemu sama Sam? Aku yakin kamu kenal dekat sama dia!"
"Aku gak bisa!"
Kening Joe berkerut dalam. "Kenapa?"
"Aku gak dekat sama dia. Lagipula aku di rumahnya hanya untuk membantu berberes rumahnya saja dan pergi!"
"Oh, begitu. Aku kira kamu di rumahnya karena dekat sama dia!" Airi menggeleng.
"Baiklah. Setidaknya tahu dulu rumah dia, nanti perlahan pasti bisa ajak dia foto!" Joe melirik Airi yang tidak menanggapi ucapannya dengan sinis.
***
Candra menghentikan Sam yang sedang membuang makanan yang dimasak Airi. Dia tidak peduli jika makanan itu benar-benar menggugah seleranya untuk makan karena perutnya yang sudah sangat lapar.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Candra sambil memegang pergelangan tangan Sam. Tatapannya tajam kepada Sam.
"Apa lagi? Aku buang semua masalah dia!" jawab Sam santai.
"Aku tahu, tapi kenapa harus kamu buang? Dia masak susah payah untuk kita!"
Sam membanting piring di tangannya dan pecah. Bahkan pecahannya mengenai kakinya sendiri. Sam membalas tatapan Candra sambil tersenyum sinis. "Dia masak buat kamu. Bukan aku. Lagipula yang aku lihat dia punya maksud tertentu dan aku merasa dia mau rebut kamu dari aku!"
Candra membuang napas kasar. Dia berkacak pinggang dan merasa kesal mendengar ucapan Sam. "Kamu selama hampir seminggu pergi dengan alasan kerjaan, gak peduli aku yang sakit sampai tinggalkan semua kerjaanku, dan saat ada yang peduli sama aku kamu marah?"
Sam melakukan hal yang sama dengan Candra. Dia mendekat sampai dia dapat mendengar degup jantung candra yang cepat dan embusan napasnya. "Kamu yang kasih izin aku untuk terima tawaran itu dan sekarang kamu bilang aku gak peduli? Kamu benar-benar egois, Mas!"
Sam memalingkan wajahnya beberapa detik dan kembali menatap Candra tajam. "Harusnya sejak awal kamu tahu apa resiko pekerjaanku. Lagipula daripada minta bantuan dia, kenapa kamu gak ke rumah sakit saja, Mas? Dokter lebih kompeten!"
"Akh, sial. Kenapa kamu jadi pemarah begini?" tanya Candra yang tidak mengerti alasan Sam yang terlihat begitu marah. "Seharusnya kamu tahu, aku gak pernah suruh kamu kerja. Semua itu aku lakuin agar kamu senang, tapi harusnya kamu tahu prioritas!"
Candra pergi meninggalkan Sam mengambil obat merah untuk mengobati luka di kaki Sam karena pecahan kaca tersebut.
Saat Sam masih dalam posisi yang sama Candra telah kembali. Tanpa mengatakan apa-apa, dia berjongkok dan mengobati lukanya. "Maafkan aku. Aku tahu kamu cemburu, tapi percayalah aku gak akan terpengaruh sama perempuan lain!"
Sam mengangguk samar. Dia menghela napas pelan lalu memeluk Candra erat. "Aku juga minta maaf, Mas. Tapi aku gak suka perempuan itu peduli sama kamu!"
Candra hanya berdeham untuk membalas ucapan Sam barusan. Walau kenyataannya Airi bukanlah orang asing di hidupnya dan berhak memberikan perhatian seperti perhatian yang Sam lakukan, tetapi Sam yang tidak tahu tentang status Airi harus terus dia pertahankan.
Candra tidak mau jika sampai Sam tahu siapa Airi sebenarnya. "Perutmu sudah bunyi. Kamu lapar dan gak ada makanan sekarang!" Candra menghela napas pelan. Dia lalu merogoh saku celananya bagian samping kiri untuk mengambil ponselnya. "Kita pesan makan saja!"
Sam tentu saja mengangguk girang. "Pergilah ke kamar dan aku akan bereskan kekacauan ini!"
"Kamu gak masalah, Mas?" Candra menggeleng sambil tersenyum tipis untuk meyakinkan Sam jika dirinya tidak mempermasalahkan Sam.
"Makasih banyak, Mas!" Sam langsung pergi ke kamar mereka tanpa sedetik pun menoleh.
"Maafkan aku Airi. Makananmu harus terbuang percuma!" Candra memperhatikan makanan yang terbuang sia-sia karena ulah sam yang cemburu.
Sam menghela napas pelan lalu mengambil sapu dan membersihkan kekacauan tersebut. Di saat seperti itu Candra malah teringat kepada Airi.
Perempuan itu benar-benar istri yang baik, meski berulang kali disakiti. Namun, Airi tetap peduli kepadanya sampai memutuskan untuk tidak pergi kuliah dan mengurusnya.
"Huh. Jangan memikirkan dia. Lagipula kamu hanya harus peduli sama Sam saja!"
"Mas, kayaknya itu makanan yang tadi kamu pesan deh!" seru Sam yang baru keluar dari kamar. Namun, sayangnya tidak ada jawaban apa pun dari Candra.
"Mas!" tegur Sam yang malah membuatnya bingung.
"Ah, iya, Airi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments