Pria Bernama Lei

Sam benar-benar kesal, perannya sebagai pembantu membuatnya harus menerima adegan dimarahi habis-habisan. Tidak ada adegan di mana dirinya bisa terangkat derajatnya menjadi nyonya.

Ah, semua itu hanya ada di novel yang sering dibacanya.

Sam memilih duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Dia memilih menjauh dari para aktor lainnya, malas bersama mereka yang selalu haus akan pujian.

"Joe?" Sam baru saja membuka pesan masuk di ponselnya. Sudah ada dua pesan dari Joe dalam jarak berdekatan. "Ada apa dia hubungi aku?"

Sam berdecak sebal. Dia mengira Joe tidak akan lagi menemuinya, ternyata pria tersebut tidak semudah itu pergi. Buktinya, pria tersebut mengirim pesan kalau dia menginginkan pertemuan kembali.

Tentu Sam tidak akan mengabulkan permintaan pria itu.

"Sam, cepatlah!" Sam membuang napas kasar. Baru juga lima belas menit dirinya istirahat, bahkan dia belum membenahi dandanannya sudah kembali harus mengulang adegan karena kesalahan dari tokoh antagonis yang menjadi majikannya.

"Sial. Apa aku harus memberikan wajahku untuk ditampar lagi?" Dia bangkit berdiri dengan malas.

Perempuan yang akan beradegan dengannya sudah lebih dulu sampai. Dia menggerutu dalam hati, menganggap jika artis tersebut sangat tidak cocok menjadi pemeran antagonis yang lebih banyak beradegan dengan pemeran utama.

Sam melirik dengan tajam kepada pria yang duduk santai di kursinya. Pria tersebut dengan kurang ajar memukul tubuh bagian belakangnya, meski tidak kuat. Pria tersebut tersenyum mesum dan bersiul.

"Sam, cepatlah!"

"Ah, ya. Sebentar!" Sam memilih mengabaikan pria mesum tersebut dan mulai kembali perannya.

Benar saja, baru saja mulai perempuan yang berperan sebagai majikannya itu menamparnya, bahkan terkesan sungguhan. Memang adegan tersebut harus dilakukan, tetapi Sam tidak menyangka perempuan di hadapannya itu melakukannya dengan sekuat tenaga. Bahkan senyum licik terbit di kedua sudut bibirnya.

"Sial!" Sam hanya bisa mengumpat dalam hati sembari terus berlakon.

Berbeda dengan Sam yang harus merasakan wajahnya terus saja mendapat tamparan, Airi membuat banyak orang berdecak kagum.

Dalam satu hari saja, dirinya menjadi terkenal. Airi yang tidak pernah terlihat, diabaikan, tetapi kini dia menjadi primadona.

"Sumpah, aku tuh tadi pangling banget. Kamu cantik banget, Ri. Tuh, kan, firasatku benar kalau kamu tuh cantik. Apa aku juga harus dandan kayak kamu begitu?"

Airi terkekeh karena ucapan Vane. Sahabatnya itu terlalu banyak bicara sepanjang perjalanan menuju ke kantin. "Sudahlah, lebih baik kita berjalan cepat ke kantin."

Mereka beruntung, di saat kantin yang begitu ramai oleh mahasiswa dan tidak ada bangku kosong untuk duduk. Ada seorang mahasiswa yang mengangkat tangan dan meminta Airi mendekat.

"Duduklah di sini. Kami sudah selesai!"

Airi dan Vane saling pandang lalu mengangguk. Tentu saja kesempatan itu tidak akan mereka sia-sia. Mereka duduk setelah empat orang mahasiswa itu berdiri.

Airi tidak mengenal mereka, tetapi anehnya mereka mengenalnya. "Eem, ... makasih, ya!"

"Lei. Namaku!" Airi mengangguk. Dia membalas senyum mahasiswa yang berlesung pipi itu. Sangat manis dengan kacamata yang melengkapinya.

"Makasih, Lei." Keempatnya pergi meninggalkan mereka.

"Dia kayaknya suka sama kamu, deh!" bisik Vane membuat Airi terkejut. Dia langsung menggeleng, menghalau perasaan aneh yang menyerangnya.

"Jangan asal bicara deh. Nanti kalau ada yang dengar dikira aku suka lagi sama dia!"

Vane tertawa kecil. Dia lalu menepuk pundak Airi dan berdiri. "Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?"

"Samakan saja!" Vane mengangguk dan pergi meninggalkannya.

Airi mengingat kembali ucapan Vane, jika memang mahasiswa yang bernama Lei itu menyukainya, hal itu wajar saja. Namun, dia tidak akan mungkin membalas perasaan itu. Bagaimanapun ada Candra yang sampai detik itu masih menjadi suaminya.

***

"Masih di sini?"

Lei melepas helmnya dan menaruh di tangki depan motornya. "Mau bareng?" tanya Lei sambil memangku tangannya di atas helm.

Airi menggeleng. "Gak, makasih," jawab Airi. Dia tidak ingin jika Lei merasa dirinya memberi peluang tenang perasaan yang jelas saja tidak akan bisa dia beri.

Ah, mungkin saja Airi terlalu berlebihan karena ucapan Vane.

Pria tersebut mengangguk. Dia kembali memakainya. "Hati-hati. Sudah sore, seharian di halte sangat bahaya!" Setelah mengatakan tersebut dia menutup kaca helmnya, sebelum itu dia mengedipkan matanya.

Airi menghela napas pelan. Entah apa yang sedang dia lakukan di halte seorang diri, apalagi di saat langit sedang mendung. Menunggu Candra menjemput?

Dia seharusnya sadar, suaminya itu tidak akan menjemputnya begitu saja. Candra akan melakukannya jika Moa yang meminta. Namun, pemikirannya tersebut salah.

Mobil Candra berhenti di depannya. Pria tersebut membuka kaca mobil dan memintanya untuk masuk.

Airi tidak mau membuat Candra marah dan langsung masuk.

"Mas Candra diminta mama jemput aku?"

Candra hanya melirik tanpa memberi jawaban. Dia memilih melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Mas, boleh gak kita berhenti di toko bunga dulu!" pinta Airi dengan perasaan waswas.

Pria tersebut menoleh sesaat lalu kembali menatap jalanan di depannya.

"Kamu mau beli bunga?" Airi berdeham. "Untuk siapa?"

"Aku mau membelikan bunga untuk mama, Mas. Aku tahu semalam kalau mama hari ini ulang tahun. Tadi pagi aku lupa mengucapkannya dan sekarang sebagai permintaan maaf aku mau memberi bunga!"

"Baiklah. Belikan bunga yang besar, jangan kecil!"

"Iya, Mas!" Airi begitu senang Candra tidak mempermasalahkan dirinya yang akan membeli bunga untuk Moa.

Di toko bunga yang mereka tuju, Airi mencari dengan cermat untuk menentukan bunga yang akan dibelinya untuk Moa.

"Sudah memutuskan bunga yang mana?" Airi menoleh, dia sedikit terkejut karena Candra tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya sambil memperhatikan bunga juga.

Airi menggeleng. "Mas tahu mama suka bunga apa?"

Candra menunjuk bunga krisan berwarna putih yang begitu cantik. "Mama menyukai itu?"

Candra menoleh dan menggeleng. "Aku akan membelikan untuk Sam. Dia menyukai bunga tersebut."

Airi tersenyum masam mendengar ucapan Candra. Menghalau perasaannya yang kembali terasa sakit, dia memilih bunga yang dirasa cocok untuk Moa.

Setelah hampir dua puluh menit berada di toko bunga, mereka telah selesai membeli bunga untuk Moa dan Candra yang membeli bunga untuk Sam.

"Kamu akan merayakan ulang tahun mama juga, kan, Mas?"

"Ya!"

"Baiklah. Nanti malam ajak Sam untuk makan malam bersama. Aku sudah berencana akan memasak makanan kesukaan mama untuk acara ulang tahunnya!"

Candra hanya diam saja. Dia seakan tidak berniat untuk membalas ucapan Airi. Mereka memilih sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.

***

Candra menahan Airi yang akan membuka pintu mobil, pria tersebut mengambil sesuatu di kursi penumpang. "Untukmu."

"Mas, kapan kamu pilihkan bunga ini buatku?" tanya Airi tidak percaya. Dia tidak menyangka Candra akan membelikannya bunga juga. Dia mengira Candra hanya akan membelikan untuk Sam.

"Makasih banyak, Mas. Aku suka banget sama bunganya!"

Candra hanya berdeham dan menyuruh Airi untuk keluar dari mobil.

"Aku akan datang dengan Sam. Semoga dia mau!" Airi mengangguk. Dia tidak langsung masuk rumah dan menunggu sampai mobil Candra tidak lagi terlihat.

"Sudah pulang?"

Airi berbalik dan tersenyum senang. Dia menghampiri Moa dan menyerahkan bunga yang dibelinya. "Untuk Mama."

"Benarkah? Dalam rangka apa?"

Airi menghela napas pelan. "Mama lupa dengan ulang tahun sendiri?"

Moa tertawa kecil. "Mana mungkin. Mama gak akan mungkin melupakan tanggal, bulan, dan tahun lahir Mama sendiri. Mama bertanya karena mengira kamu beli karena alasan lain!"

Airi menggeleng, dia lalu memeluk Moa dan meminta maaf. "Selamat ulang tahun, maaf aku baru mengucapkannya sekarang!"

"Jangan merasa bersalah, Nak." Moa mengusap wajah Airi dengan lembut. "Bunga itu dari Candra?"

Airi mengangguk senang. "Cantik. Mama kira sepertinya dia mulai mencintai kamu!"

Airi menatap wajah Moa dengan penuh tanya dan hanya tersenyum tipis. "Aku gak mau berharap lebih."

Terpopuler

Comments

anita

anita

mmg ada ya istri yg diam ja dg sikap kasar suaminya. hadeeeh. Siti terlalu lembek

2023-04-24

0

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

ga suka sm s airi yg oon yg mau az d hina sm suami laknat y kya ga ada cwo lgi d dunia ini

2023-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!