Setidaknya siang tadi Airi memiliki kenangan manis kepada Candra. Kenangan-kenangan saat dia tidak mengetahui tentang semuanya, kembali terungkit.
"Apa yang buat kamu senang sekali? Apa Candra tadi baik sama kamu?" Moa tiba-tiba saja datang menghampiri Airi yang sedang duduk seorang diri di bangku taman belakang rumah Moa.
"Iya, Ma. Mas Candra tadi baik sekali. Dia bahkan memakan habis makanan yang kubawa!" Airi bercerita dengan penuh semangat.
Moa mengangguk senang. "Semoga ini jalan untuk kamu dan Candra bisa bersama!" Airi menghela napas berat. "Kenapa? Apa ucapan Mama salah?" tanya Moa yang merasa heran karena Airi mendadak murung.
"Aku sama sekali gak berani untuk memikirkan hal itu, Ma. Mas Candra begitu mencintai istrinya!" ungkap Airi sedih.
"Kamu juga istrinya. Mama lebih setuju dia sama kamu!"
Airi tersenyum. "Mama kenapa mau terima aku sebagai menantu Mama? Aku gak cantik seperti istri Mas Candra! Penampilanku bahkan lebih pantas seperti seorang pembantu!"
"Siapa yang bilang begitu?" tanya Moa kesal. Dia meraih tangan Airi dan menggenggamnya. "Mama sayang sama kamu, menerima kamu, semua karena kebaikan hatimu. Anggaplah begitu. Untuk penampilan setiap orang pasti memiliki sisi ternyamannya. Jangan hiraukan!"
"Makasih, Ma!"
Mereka saling bercerita. Moa begitu banyak menceritakan tentang Candra masa kecil, kelucuan Candra, dan semua yang berhasil membuat Airi tertawa sampai tidak menyangka Moa membuka semua rahasia yang Candra miliki.
"Ma," sapa Candra yang baru saja datang menghampiri mereka.
Airi dan Moa sama-sama menoleh. Airi tersenyum hangat kepada Candra, meski pria itu mengabaikannya. Candra menjadi pria yang berbeda kembali.
"Aku ke dalam dulu!" Airi pamit kepada mereka. Saat berpapasan dengan Candra tangannya ditahan.
"Buatkan kopi dan bawa ke sini!" Setelah mengatakan itu Candra langsung melepaskan tangan Airi begitu saja. Pria itu memilih bergabung bersama Moa.
"Kamu ke sini sendiri?"
Candra berdeham. "Apa Mama pikir Sam akan mau ke sini lagi setelah kejadian tadi pagi? Bahkan sebenarnya istriku itu sudah tidak tahan sejak awal karena sikap Mama!"
Moa bersungut kesal. "Siapa yang suruh dia ke sini? Lagipula apa yang Mama katakan itu semua demi kebaikan kamu. Menikah bukan hanya tentang kenyamanan dan rasa cinta, Can. Sadar itu! Buat apa menikahi perempuan yang tahunya hanya menghabiskan uang suami saja!"
Candra berdecak sebal. Dia sama sekali tidak bisa membantah ucapan Moa. "Itu hak dia, Ma. Lagipula dia istriku!"
Moa tersenyum sinis. "Lalu istri yang lain kamu abaikan?"
Candra membelalak. "Maksud Mama?" tanya Candra penasaran.
"Mama cuma tanya, mungkin saja kamu punya istri lain yang Mama gak tahu!" Moa berkilah untuk menutupi kecerobohannya.
"Huh. Apa aku terlihat seperti pria yang memiliki istri banyak?" tanya Candra kesal karena tuduhan Moa yang sebenarnya memang benar.
Moa hanya mengangkat keduanya bahunya. Saat melihat Airi yang menghampiri mereka, dia langsung bangkit berdiri. "Mama mengantuk!"
Candra hanya berdeham. Dia tidak tahu saat Moa mengerlingkan matanya kepada Airi yang sudah dekat.
"Mas, kopinya!" Airi meletakan cangkir kopi di meja. Dia hendak pergi meninggalkan Candra seorang diri, tetapi pria itu memintanya untuk tidak beranjak pergi. "Tapi, Mas ...."
"Duduklah. Mama sudah ke kamar, dia gak akan tahu!" ucap Candra dengan raut wajah tidak bersahabat.
Airi mengangguk patuh. Dia memilih duduk berhadapan dengan Candra. Memperhatikan Candra yang meniup kopinya dan menyesapnya perlahan.
"Gimana rasanya, Mas?" tanya Airi memastikan setelah Candra meneguknya.
"Seperti biasa!" Candra lalu menatap Airi tajam. "Kamu gak mengatakan apa pun kepada mamaku, bukan?"
Airi mengerutkan keningnya. "Tentang apa? Pernikahan kita?" Candra hanya berdeham. "Kamu tenang saja, Mas. Mama kamu belum tahu!" bohongnya. Dia tidak mau Candra marah karena Moa sudah mengetahui tentang hubungan mereka.
Pandangan Candra terpaku pada jari manis di tangan kiri Airi yang sudah tidak lagi mengenakan cincin pernikahan mereka. Padahal yang Candra ingat, saat dia menjemput Airi dan membawanya ke kota, istrinya masih mengenakan cincin.
"Di mana cincin pernikahan kamu?" tanya Candra. Airi hanya mengangkat tangan kirinya dan memperlihatkan jarinya yang sama sekali tidak ada cincin.
Airi terkekeh pelan setelah menurunkan tangannya. "Kamu mau aku pakai cincinnya, Mas?"
Candra menatap lekat Airi dan menggeleng. "Gak perlu. Jangan buat orang curiga!"
"Aku tahu makanya aku simpan!" Airi mengeluarkan kalung dengan cincinnya sebagai bandulnya. "Aku simpan di sini, tapi gak tahu nanti!" ungkap Airi. Dia kembali memasukkan kalungnya di balik baju.
"Apa maksudmu?"
Airi tidak menjawab. "Baiklah, terserah apa mau kamu. Aku ke sini cuma mau memperingatkan kamu untuk tetap diam dan juga besok datanglah ke rumahku!"
Alis Airi terangkat. Dia menatap Candra yang kembali menyesap kopinya dengan tenang. "Untuk apa?"
Candra hanya menatapnya tanpa memberitahu alasannya.
***
Setelah berhasil meyakinkan Moa jika dirinya akan baik-baik saja. Dia pergi ke rumah Sam saat sore hari.
Airi tahu, Candra pasti akan marah karena suaminya itu memintanya datang sejak pagi. Namun, apalah daya Moa yang melarang Airi awalnya.
"Masuklah dan langsung bekerja!" ucap Candra yang sudah ada di rumah.
"Iya, Mas!"
"Siapa yang datang, Mas?" tanya Sam yang menghampiri mereka. "Oh, kamu! Bukannya kamu harusnya datang sejak pagi?"
Airi hanya diam saja, dia memilih mengabaikan tatapan Sam yang sama sekali tidak bersahabat. "Jangan ganggu dia, Sayang. Biarkan dia mengerjakan pekerjaan di rumah kita!"
Sam terlihat tidak suka dengan ucapan Candra. "Ya sudah sana, kenapa masih di sini!"
Airi langsung masuk ke dalam, meninggalkan kedua suami-istri yang sedang memamerkan kemesraan mereka.
"Mas, gimana sama penampilan aku?" tanya Sam sambil memamerkan pakaian yang dikenakannya.
"Kamu mau pergi ke mana dengan pakaian seperti itu?" tanya Candra tidak suka.
Sam terkekeh pelan. Dia mengajak Candra masuk ke rumah dan menyuruh suaminya itu duduk. "Kamu lupa aku bilang apa tadi pagi?"
Candra menggeleng. "Huh. Aku sudah bilang, Mas, kalau aku mau ketemu sama seorang produser yang secara khusus menawariku peran di film terbarunya!"
Sam milih duduk di pangkuan Candra dan melingkarkan tangannya pada leher pria tersebut. "Ayolah, Mas. Aku bosan terlalu lama berada di rumah. Kamu tahu kegiatanku selama ini sebagai apa!"
Candra mendengkus kesal. Dia memalingkan wajahnya. Namun, Sam berhasil membuat Candra kembali menatapnya. "Mas, please!"
"Apa uangku gak cukup, Sam? Lagipula selama ini kamu gak pernah dapat peran utama. Kamu hanya sebagai peran pembantu yang wajahmu saja tampil sangat sedikit. Mungkin yang menonton pun akan banyak lupanya siapa kamu!"
Sam cemberut. Dia menunduk sedih karena ucapan Candra barusan. "Baiklah. Tapi, pastikan kali ini kamu mendapat peran yang bisa membuatmu berkembang. Atau bekerjalah lagi sebagai model di perusahaan."
Sam menjadi girang. Dia langsung mengecup mesra Candra dan tidak peduli Airi melihat apa yang mereka lakukan. "Kalau begitu aku pergi sekarang! Aku pastikan kamu gak akan menyesal memberi izin!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
s airi oon
2023-01-17
0