Istri Bukan Pajangan

"Punya istri cantik buat apa kalau gak bisa masak sama urus rumah?" Sam harus menahan diri mendengar ucapan Moa yang menyindirnya.

"Istri, kan, beda sama pembantu, Ma!" dalih Candra, meski begitu mulutnya masih penuh dengan makanan.

Mendengar pembelaan Candra membuat Sam kegirangan di dalam hati. Sudut bibirnya terangkat, tetapi kembali melengkung ke bawah saat Moa menyudutkannya lagi. "Ya tapi setidaknya bukan cuma buat pajangan saja, Can. Cantik, kalau gak bisa urus perut suami sama saja bohong. Mending cari pembantu daripada istri!"

Moa tersenyum mengejek saat melihat Sam yang sama sekali tidak berkutik. "Mama gak salah, kan?"

"Mas!" seru Sam saat Candra mengangguk setuju dengan ucapan Moa. Pria itu masih saja sibuk dengan makanannya. "Tapi, sejak awal Mas Candra gak pernah permasalahkan tentang itu, Ma!" Sam sudah tidak tahan, dia mulai membela dirinya sendiri. Mengandalkan Candra untuk membelanya sama sekali tidak berguna.

"Candra memang gak mempermasalahkan, tapi apa kamu gak takut kalau dia nantinya lebih suka masakan Airi atau parahnya Candra malah akan pilih Airi daripada kamu!" Candra tersedak mendengar ucapan Moa, dengan cekatan Airi yang baru datang dari dapur membawakan jus untuk Sam langsung membantu Candra dengan menyerahkan jus tersebut.

Melihat Airi yang begitu perhatian kepada Candra membuat Moa bahagia. Dia melirik Sam yang menahan kesal melihat Candra bersama Airi sambil mengepalkan tangannya.

"Kamu gakpapa, Mas?" tanya Airi cemas. Dia mengusap dada Candra spontan.

"Aku gakpapa. Makasih!" Candra menjauhkan tangan Airi dari tubuhnya saat menyadari Sam yang cemburu.

"Iya, Mas!"

"Airi makasih, ya, kamu perhatian banget sama anak Tante!" Airi mengangguk lemah, dia melihat bagaimana Sam menatapnya tajam.

"Kalau begitu aku permisi dulu!" Airi kembali pergi ke dapur meninggalkan mereka di ruang makan.

"Mas, kok kamu biarin perempuan itu sentuh tubuhmu, sih? Kamu gak bisa jaga perasaan aku?" Sam mendengkus kesal. Dia sangat tidak terima ketika Candra membiarkan saja Airi menyentuhnya.

Tidak peduli dengan Moa yang berada di antara mereka, Sam memilih pergi ke luar. Candra menyugar rambutnya kasar karena keributan kecil di meja makan, setelah itu dia langsung menyusul istrinya yang sedang marah.

Moa tidak henti-hentinya tertawa karena berhasil membuat Sam kesal. Dia sudah sangat tidak sabar mendengar jika Candra dan Sam berpisah atau setidaknya mendengar kabar jika Candra memergoki Sam selingkuh.

Di teras rumah, Candra berhasil menarik lengan Sam. Dia menahan Sam untuk tidak pergi begitu saja. Dia mengingatkan Sam alasan datang ke rumah Moa.

"Tapi aku gak suka kamu yang sama sekali gak bela aku di depan Mama! Aku ini istri bukan pembantu, Mas! Aku dari awal memang gak bisa masak, kenapa itu jadi hal yang harus dipermasalahkan, sih!" seru Sam meluapkan kekesalannya.

Candra menghela napas pelan. Dia meminta maaf kepada Sam karena tidak bisa menjaga hatinya. "Aku minta maaf. Aku tahu salah, sudah biarkan mama cibir kamu, biarkan Airi sentuh aku, dan gak bela kamu sama sekali. Tapi, Sayang, sebenarnya Mama bilang begitu karena dia peduli sama kita. Kamu gak bisa masak dan kita gak punya pembantu!"

Sam mendengkus kesal. "Huh, kalau begitu ambil saja satu pembantu di rumah ini untuk kerja di rumah kita. Atau Airi saja," usul Sam yang langsung ditolak oleh Candra.

Pria itu yakin mamanya tidak akan setuju, terlihat sekali Moa begitu menyayangi Airi. Moa tidak akan membiarkan Sam memperlakukan Airi seperti dulu. Apalagi Sam yang cemburu kepada Airi, sudah pasti Sam akan berbuat hal yang membuat Airi menjadi tidak betah.

"Kamu yakin?" tanya Candra memastikan. Sam hanya mengangkat kedua bahunya. "Kamu gak lupa, kan, kejadian saat Airi bekerja di rumah kita?"

Candra memegang kedua bahu Sam sambil sedikit menekannya. "Kamu gak bisa menahan amarahmu, jadi lupakan tentang itu. Atau lebih baik saat aku ke sini, kamu gak perlu ikut."

***

Candra sama sekali tidak bisa fokus. Saat menghadiri rapat bulanan bersama karyawan, pikirannya terus saja tertuju kepada Sam.

Bahkan sampai rapat selesai, pikiran Candra masih saja kusut. Tidak pernah jauh tentang Moa dan Sam, juga tentang Airi.

"Apa ada masalah, Can? Sorry bukannya mau ikut campur, tapi sejak tadi yang aku lihat kamu kelihatan sedang memikirkan sesuatu. Bukan cuma aku yang sadar itu, semua yang ada di sini pun merasakannya!"

Candra menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Dia memejamkan matanya. Dia membiarkan saja pundaknya yang ditepuk berulang kali. "Apa tentang Sam?"

Candra berdeham. "Aku kadang capek, Haris. Kamu tahu sendiri gimana mamaku yang gak pernah suka sama Sam!" adu Candra yang sudah tidak kuat memendam masalahnya sendiri.

"Heem, berat, sih. Tapi harusnya kamu memang sadar, sejak awal Tante Moa memang gak suka sama Sam."

Candra membuka matanya. Dia menatap lekat sahabat sekaligus sepupunya itu. "Kamu benar. Aku kira mama akan luluh, tapi nyatanya mama makin secara terang-terangan menolak Sam jadi menantunya!" Candra tampak menyesal karena perkiraannya melesat jauh.

"Can, aku yakin kamu tahu gimana Tante. Dia bukan orang yang jahat dan pilih kasih."

Candra mengangguk. "Aku setuju dan sebenarnya aku tahu alasan mama gak suka sama Sam. Mama pernah pergoki Sam sama pria lain dan aku kira itu pasti Joe, mantannya. Bahkan sebenarnya beberapa waktu lalu pun mereka pernah bertemu lagi di belakangku. Tapi, aku ...."

"Cinta?" Candra mengangguk. "Halah, kamu tuh kalah sama perempuan saja. Lemah sama masalah perasaan."

"Ris, aku curhat bukan untuk kamu pojokkan begini!" Candra menepis tangan sahabatnya itu dan bangkit berdiri pergi meninggalkan ruang rapat tersebut.

Candra memilih pergi ke luar kantor untuk menenangkan pikirannya yang sejak membawa Airi, pikirannya menjadi kacau.

Dia baru saja keluar dari lift dan melihat Airi yang sedang berbicara dengan resepsionis. Candra langsung menghampiri Airi dan menarik tangannya begitu saja.

Pria tersebut tidak peduli dengan tatapan karyawan yang melihatnya dan Airi yang meminta untuk dilepaskan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Sam sambil menghempaskan begitu saja tangan Airi saat mereka sudah berada di parkiran dekat mobilnya.

Candra juga tidak peduli saat tubuh Airi hampir terjatuh. "Mas, aku ke sini karena ini!" Airi menyerahkan rantang makanan yang dibawanya.

Kening Candra mengerut dengan mata menyipit. Dia langsung mengambil rantang makanan itu, tanpa diduga dia malah menjatuhkannya.

"Astaga, Mas!" Airi langsung berjongkok untuk memungutinya. "Mas, apa kamu harus melakukan ini?" tanya Airi yang memandang kesal wajah angkuh Candra.

Candra ikut berjongkok. Dia mengangkat dagu Airi dengan telunjuknya. "Kamu kira dengan mama menyukai dan mendukung kamu buat kamu harus besar kepala? Sampai kapan pun Sam tetap istri terbaikku!"

Candra langsung berdiri dan pergi meninggalkan Airi begitu saja. Pria itu pergi mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia sama sekali tidak peduli dengan Airi yang sudah menangis sambil terus memunguti masakannya yang tercecer di tanah.

"Kamu gakpapa?" Airi hanya diam menangis. Dia lalu mengusap air matanya dengan tangan kotornya itu. "Ayo saya bantu!"

"Makasih!" Airi begitu saja pergi dalam keadaan kacau. Dia sudah terlanjur sakit hati karena sikap Candra yang keterlaluan.

"Mas!" Suara Airi menyadarkan Candra dari lamunan. Dia lalu menerima rantang makanan tersebut. "Kamu pasti kesal karena kejadian tadi pagi, ya, Mas?"

Candra tidak menjawab. Dia malah tidak menyangka memikirkan melakukan sesuatu yang membuat Airi menangis. Dia memperhatikan wajah Airi yang menatapnya lekat lalu tersenyum.

"Aku minta maaf tentang barusan!" Airi mengangguk lemah. "Mau temani aku makan siang?" Bibir Airi terbuka saking terkejutnya. Dia tidak menyangka Candra akan mengatakan hal itu.

"Kalau gak mau ya sudah kamu pulang saja!" Airi terkekeh pelan, dia langsung mengangguk. "Jadi?"

"Aku mau, Mas!" Candra langsung meminta Airi masuk ke dalam mobil. Dia tidak mungkin membawa Airi masuk ke dalam kantor karena akan ada Haris yang bisa saja curiga. Apalagi Haris sudah masuk dalam lamunannya membantu Airi yang menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!