Keesokan hari
Joan mengedarkan pandangannya, entah sejak kapan dia tertidur di atas ranjang di sebuah kamar dengan nuansa gold, dinding disekelilingnya berwarna abu abu dengan banyak barang barang yang dia lihat dan tidak dia kenali sama sekali
"Ini dimana?" desisnya pelan.
Joan mengerjap, tatkala melihat foto kedua orang tuanya yang terpajang di dinding kamar. Dia langsung bangkit dan turun dari ranjang.
"Ayah ... Ibu! Kenapa kalian meninggalkan aku sendirian di sini?" ujarnya dengan kembali menangis tergugu.
Joan mengambil figura berisi foto kedua orang tuanya, David dan juga Elena yang tewas mengenaskan. Joan tidak tahu siapa dan apa tujuan mereka membunuhnya, terlebih Joan memang tidak tahu siapa sebenarnya kedua orang tuanya.
Selama ini Joan hanya tahu jika ayahnya seorang pria yang hanya sibuk di ladang, pria biasa biasa saja yang baik terhadap semua orang, begitu juga Elena yang hanya ibu rumah tangga biasa. Mereka tidak pernah memiliki musuh ataupun orang yang iri hati pada mereka.
Gadis berusia 19 tahun itu terus menangis dengan memeluk foto kedua orang tuanya, sampai dia sadar jika dia berada di tempat itu sendirian.
Joan bangkit dan meletakkan foto itu di atas ranjang, setelahnya dia keluar dari kamar dan melihat sekeliling rumah yang tampak sepi, suasana diluar pun terlihat sunyi serta dingin, disertai dengan angin yang berhembus dari sebuah jendela yang terbuka.
Joan melangkah ke arahnya lalu menutup daun jendela dengan terus menyusut air matanya, dia pun tidak ingat jika semalam dia terus ditemani oleh Paul dan pagi ini Paul sudah tidak tampak di sana.
"Semua orang telah pergi meninggalkan aku. Sekarang aku sendirian," gumamnya. "Arrggghh!" pekiknya dengan suara kencang saat merasakan hawa panas kembali membakar tengkuknya.
Kali ini terasa panas menjalar tiga kali lipat dari biasanya sampai dia kembali menangis saking menahan rasa sakitnya.
Tok tok tok ....
Tok tok tok
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan kencang, dengan susah payah Joan merangkak ke arahnya berharap bantuan.
"Tolong ... Tolong aku, ini sangat panas sekali!"
Dan tak lama pintu terbuka, seorang pria memakai jubah hitam dengan kepala yang ditutup berdiri di depannya, dia mendongakkan kepalanya saat menatap Joan.
"Kau rupanya sudah datang!"
Joan mengernyit, "Siapa kau?"
"Kau sudah pasti tidak mengenalku Joan, tapi aku mengenalmu, bahkan sangat mengenalmu."
"Si---siapa?"
"Tugas Ayahmu sudah selesai, kini kaulah yang mengemban tugas itu, tetap waspada lah terhadap orang yang dekat sekalipun Joan." tukasnya lagi. "Percayalah, Ayah dan ibumu melakukan hal ini untuk melindungimu, mereka sudah tenang sekarang bersama dengan leluhurmu." tambahnya lagi.
Wusshh!
Kala itu, angin berhembus sangat kencang, dinginnya bahkan terasa sampai menusuk kulit ari dan menyakitkan.
"Siapa kau, apa yang kau lakukan, Ibu dan ayahku sudah meninggal, apa ini ada kaitannya denganmu!" Desis Joan tanpa suara.
Kini angin semakin kencang, bahkan suara angin bergemuruh hebat, namun anehnya rasa panas ditengkuk Joan tidak lagi terasa.
Sosok itu mengulas senyuman, walau jelas Joan tidak dapat melihatjya namun dia bisa merasakannya.
"Kau merasakannya bukan?" tanya sosok yang tidak terlihat wajahnya sama sekali. "Dia perlu kekuatanmu agar kau bisa menggunakannya." ujarnya lagi.
Jelas Joan terperangah tidk mengerti, dia hanya merasakan hawa dingin di sekitar tengkuknya yang sejak tadi terasa panas.
"Apa ini?" ujarnya sambil mendongkakkan kepala ke arah sosok hitam besar yang sejak tadi berdiri di depannya namun kini menghilang.
Joan pun terperanjat kaget dan mulai mencarinya kemana mana namun tidak menemukannya. Bahkan bayangannya saja tidak ada, hanya angin yang kini berubah menjadi sejuk.
Joan terperanjat kaget dan hampir terjatuh, tanpa sadar dia merasakan keanehan karena saat ini dia berada di kamar dan diatas ranjang. "Apa yang baru saja terjadi ini."
Joan mengerjap ngerjapkan kedua matanya "Apa aku baru saja bermimpi?" gumamnya pelan dengan menatap sekeliling kamar. "Iya ... Ini mimpi! Astaga ... mimpi apa barusan itu!"
Suasana kamar yang terlihat sama persis seperti uyang terjadi baru saja, dinding dengan warna yang sama, ornamen gold yang di lihat dan juga foto figura yang tergantung di dinding, semua yang dia lihat saat ini sama seperti yang dia lihat sebelumnya.
Joan merasa aneh, apa dia sedang benar benar bermimpi kai ini atau tidak, rasanya amat membingungkan.
"Apa ini?" cicitnya lagi saat dia merasa menggenggam sesuatu di tangannya dengan kuat.
Belum selasai rasa kaget yang tadi kini dia semakin kaget karena dia menggenggam sesuatu yang aneh ditangannya, sebuah belati yang terbuat dari emas dengan memiliki ujung yang tampak seperti kepala naga berwarna merah.
Dia perlu kekuatanmu agar kau bisa menggunakannya. ucapan sosok yang dia lihat tadi dimimpinya atau entahlah mimpi atau bukan yang jelas sosok itu mengatakan hal itu dengan serius.
"Apa yang terjadi. Apa aku benar benar bermimpi atau ini nyata, tapi kenapa rasanya seperti nyata dan ini...." ujarnya dengan terus menatap benda di tangannya. "Tengkukku juga tidak merasa sakit lagi dan panas lagi," monolognya lagi dan kini menatap foto kedua orang tuanya yng menempel di dinding.
"Siapa yang tadi datang dan bicara? Apa aku mengigau ... aku tidak mengenalnya sebelumnya, tapi sekarang aku semakin bingung dengan adanya benda ini."
Brak!
Suara keras terdengar dari ruangan depan, Joan melompat turun dan langsung keluar guna melihat apa yang terjadi, suasana rumah yang tampak sunyi sepi pun sama persis dengan apa yang dia lihat dimimpinya tadi, bahkan suara angin bergemuruh hebatpun sama persisnya.
"Apa ini?" ujarnya pelan."Ini....?" gumamnyaa lagi.
Wusshh!
"Aku tidak menyangka jika David berbohong!"
Joan menoleh ke arah suara yang membuatnya kaget, seseorang yang berperawakan tinggi besar dengan pakaian serba hitam dan juga memakai sepatu yang hitam, sekilas tampak sama dengan sosok besar yang dia lihat dimimpinya. Tapi kali ini Joan dengan jelas bisa melihat wajahnya.
Apakah ini mimpi yang terulang kembali. Batin Joan yang tampak sangat bingung.
"Siapa kau?"
"Aku?" Haahaahaha ...."
Suara tawa menggema di seluruh ruangan, suara keras dan menakutkan."Kau tidak akan mengenalku, bahkan kau tidak pernah mengenalku ... Tapi aku tahu kau, nona..." sahutnya dengan tatapan tajam.
Begitu nmenakutkan sampai rasanya Joan ingin pingsan, berbeda dengan sosok yang tadi, suaranya terasa lembut dan menyejukkan.
Namun anehnya tubuh Joan seakan kuat berdiri walau dia merasa takut, tapi ada kekuatan yang membuatnya berani sampai dia menatapnya tajam, seolah hati dan fikirannya tahu siapa sosok yang berada di hadapannya.
Musuh, keselebat suara yang mengatakan hal tersebut, firasat yang mendadak menguat jika sosok ini pula lah yang telah membunuh kedua orang tuanya.
"Aku tidak mengenalmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments