Bab.11(Masa berkabung)

Pertarungan keduanya tidak bisa dielakkan lagi, David dan Elena kewalahan karena kekuatan Mathias yang luar biasa, kekuatan pria berambut panjang dengan mata tajam bak elang itu pun memang luar biasa, dia melesat dan menghindar saat David menyerangnya.

Sementara Joan yang sedang dalam perjalanan ditemani oleh Paul, mereka bermalam di sebuah perkampungan di utara.

Paul menghela nafas panjang, saat keduanya masuk kedalam perkampungan, sesuatu yang besar tengah terjadi dapat dirasakan oleh Paul. Hingga dia berkali kali menghela nafas.

"Kamu tidak apa apa kan?" Tanya Joan yang merasa aneh pada tingkah laku Paul.

"Ya ... Aku tidak apa apa! Hanya saja aku merasa kita dalam bahaya, lebih tepatnya kau Joan."

"Aku?" Joan menunjuk dirinya sendiri.

Ya ... itu mungkin hanya perasaanku saja. Mathias, kau jangan gegabah. Apa yang kau lakukan itu. Batin Paul.

Pria berdarah dingin itu terdiam sesaat saat dia merasakan pedang Mathias menghunus daging dan harum darahnya tercium sampai kepadanya. Paul memejamkan kedua mata, saat Pedang naga hitam memuncratkan darah dan memakan kembali korban.

Sementara Joan bisa merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Merasa ada sesuatu yang menyakitkan di dalam hati.

"Joan, apa yang terjadi?" tanya Paul.

"Tidak ada ...! Ayo kita kembali berjalan, aku takut semakin gelap." ucapnya dengan kembali melangkahkan kaki.

Paul menyusulnya dengan melesat cepat, "Joan ... Apa kau benar benar ingin belajar beladiri? Aku akan mengajarimu."

"Benarkah? Kau bisa beladiri apa?" tanyanya antusias.

"Semuanya...!"

"Benarkah? Termasuk berubah wujud?"

Ya Joan, termasuk merubah wujud, kau tidak tahu wujud asliku, aku ini monster, aku menyeramkan dan kau tidak akan percaya jika melihat wujud asliku. Paul menjawab pertanyaan Joan dengan Batinnya.

Paul mengulas senyuman tipis di bibirnya, sementara Joan memicingkan kedua mata ke arahnya. "Kau tidak bisa kan? Mana mungkin, kau ini kan bukan manusia serigala, atau vampire sekalipun, atau manusia jadi jadian."

Joan bicara asal, namun mampu membuat Paul bungkam serta bibirnya kembali datar, entah apa yang ada di fikirannya, yang jelas pasti hanya Paul yang tahu.

Selama perjalanan, mereka harus menapaki satu perbukitan yang untuk sampai ke desa tujuan. Selama itu pula keduanya terus berlatih, Paul mengajari Joan untuk memegang pedang dari sebilah kayu, dia juga mengajarkan kuda kuda padanya. Sebagai dasar pertahanan ketika ada seseorang yang jahat padanya atau pun sesosok yang tiba tiba menyeramkan.

Anehnya, saat ini tengkuk Joan yang biasanya panas, kini tidak lagi. Seolah tidak merasakan apa apa, bahkan hawa panaspun tidak ada.

Dibawah sinar bulan yang terang, wajah Jpan tampak bersinar, layaknya seyrang putri yang baru turun dari khayangan. Paul sampai terkesima melihatnya, paras cantik yang dari ras manusia yang membuat hatinya terpincut.

"Paul ... Berhenti menatapku! Kau menyeramkan." Joan terkekeh.

Srekk!

Suara dedaunan yang membuat keduanya menoleh kaget. Paul menempelkan jari telunjuk pada bibirnya agar Joan tidak lagi bergerak sementara dia terus memindai sesosok hitam besar yang berada di balik semak semak.

"Paul ...!"

"Diamlah, kita tidak tahu makhluk apa yang berada disana." cicitnya dengan waspada.

Sampai pada akhirnya, suara geraman terdengar dari sana, dan membuat Joan takut. Paul menariknya agar bersembunyi di belakang punggungnya sementara dia mendekatinya.

Trak!

Bruuusshh!

Seekor babi hutan yang besar keluar dengan dua taring yang panjang, dan hampir menabrak keduanya, beruntungnya karena Paul berhasil menarik Joan dengan gerakan cepat sampai gadis itu terhenyak saking kaget dan cepatnya.

Babi hutan itu berlari dengan kencang, seolah takut pada Paul dengan dua iris mata merahnya dan melesat entah kemana.

"Paul ... Apa itu?"

"Itu sejenis babi hutan, tidak berbahaya tapi juga tidak bisa di remehkan." ujar Paul.

"Sudah aku bilang ayo cepat kita jalan, kalau sudah menjelang pagi akan lebih susah lagi kawasan ini sangat berbahaya dibandingkan tempat lain.

Sesampainya di tujuan, Joan terperangah saat melihat kedua orang tuanya sudah tidak bernyawa, dia berlari menghampiri keduanya yang tewas mengenaskan.

"Ayah ... Ibu! Apa yang terjadi?"

Dengan berderai air mata Joan mengguncangkan tubuh Elena sang ibu, lalu beralih pada ayahnya.

"Ayah ... Ibu, astaga ... Siapa yang melakukan semua ini."

"Joan tenanglah!" Paul menenangkan gadis yang kini menangis histeris itu, dia bahkan memeluknya agar Joan tenang. "Tenanglah!"

"Bagaimana aku bisa tenang Paul, mereka sudah meninggal tanpa aku tahu apa yang terjadi sebenarnya pada mereka."

"Tenanglah, meskipun kau histeris tidak akan membuat mereka kembali hidup." tukas Paul.

Dinginnya tubuh Paul bahkan tidak dapat lagi di rasakan oleh Joan, dia menangis tersedu sedu dalam pelukan Paul.

"Bagaimana ini Paul, mereka semua sudah meninggal, bagaimana denganku!"

"Sudah, kau harus tenang Joan. Kita akan mengurus pemakaman untuk mereka."

Maafkan aku Joan, aku belum tahu kenapa Mathias melakukan ini pada kedua orang tuamu, tapi sepertinya kau memang bukan orang sembarangan, aku bisa merasakannya. Mereka .... Batin Joan.

Malam itu juga jasad David dan juga Elena dikremasi, Semua dilakukan dengan cepat oleh Paul, mengingat esok pagi dia tidak mungkin bisa menemani Joan lagi, ditambah sudah dua hari dia tidak dapat berburu makanan, walaupun selama ini dia hanya meminum darah dari binatang namun rasanya tidak mungkin jika melakukannya saat bersama Joan.

Joan masih berkabung, dia terdiam dalam kesendirian, dan membuat Paul semakin merasa bersalah.

"Joan ... Maafkan aku!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!