BRSM 16

Mario terus memaksa replika untuk melayani nafsunya. Air mata mengalir pun tak berarti karena Mario tidak menghiraukan tangisan Rebecca. Tangan Mario ingin menarik tali underwear yang dipakai Rebecca. Namun, tertunda karena handphonenya berdering.

Berdering satu kali dia biarkan, dua kali masih tak dihiraukan. Namun untuk ketiga kalinya Mario memutuskan untuk mengangkat panggilan itu. Mario melepaskan tangan Rebecca yang sudah merah karena cengkraman pria itu sangat kuat.

Rebecca langsung bangun dan berlari ke dalam ruangan mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya. Rebecca meraih selimut yang ada di kasur lalu melilitkan ke bagian tubuhnya yang hampir saja tidak memakai baju.

Dia menangis di lantai dengan menundukkan kepala. Mario yang selesai bertelepon kembali masuk ke dalam ruangan. Lalu berdiri menengadahkan kepala Rebecca untuk menatap wajahnya.

"Sayang maaf aku harus pergi karena ada urusan penting. Tapi kamu tenang saja, permainan ini bisa aku lakukan lain hari. Jadi jangan pernah berpikir untuk pergi dariku, karena kamu adalah milikku, Rebecca," ucap Mario dengan wajah yang mengerikan.

"Oh ya pulanglah jika kamu ingin pulang. Kalau kamu ingin di sini boleh saja. Menginap lah, jadi nanti selesai tugas aku bisa langsung menemuimu."

Rebecca terus menangis dengan memeluk kakinya. Setelah itu Mario memakai kembali kemeja dan juga celananya kemudian dia pergi meninggalkan Rebecca sendiri di kamar itu.

Setelah Mario keluar dari kamar Rebecca bergegas untuk ke toilet untuk berganti baju. Setelah memakai baju Rebecca memutuskan untuk pergi dari villa itu. Sesampainya di luar replika telah ditunggu oleh sopir utusan Mario.

"Nona mari saya antar pulang," ucap sopir itu pada Rebecca.

"Tidak usah saya bisa pulang sendiri," jawab Rebecca pelan, lalu dia pun pergi.

Rebecca berjalan tertatih keluar dari villa mewah Mario. Air matanya terus mengalir. Tak lama kemudian ada taksi yang lewat. Rebecca menghentikan taksi itu dan meminta pada untuk sopir mengantarkannya pulang. Di dalam taksi Rebecca menyandarkan kepalanya. Kedua pergelangan tangannya memar akibat cengkraman tangan Mario yang kuat.

Kurang lebih 1 jam Rebecca sudah sampai rumah. Dia keluar dari taksi dan langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dari luar terdengar suara Excel dan Evelyn sedang bermain di ruang televisi. Untuk menghindari pertanyaan dari sang anak. Rebecca berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Rebecca berjalan tanpa menoleh kedua anak kembarnya. Dia berjalan lurus sampai ke atas sehingga membuat Excel dan Evelyn heran.

Evelyn menoleh ke kakaknya dan bertanya, " Kakak apa yang terjadi dengan Mommy? kenapa mommy tidak menyapa kita? apakah Mommy sedang bersedih atau sedang ada masalah?"

"Kakak juga tidak k tahu Evelyn," sahut Excel khawatir.

"Kak ayo cepat kasih tahu Nenek. Siapa tahu Nenek bisa tanya soal Mommy," usul Evelyn.

"Baiklah, ayo kita cari Nenek. Mommy tidak boleh bersedih, "ucap Excel berlari dengan Evelyn mencari Paulina di dapur.

"Nenek, Nenek," seru Excel dan Evelyn memanggil Paulina.

Paulina yang sedang mencuci piring pun menoleh ke arah mereka. "Tuan muda sama Nona muda kenapa opberlari-larian dalam rumah?"

"Mommy, Nenek. Mommy sudah pulang, tapi tidak menyapa Kak Excel dan aku. Nek, tolong ke kamar Mommy, ya!Tanyakan ada apa? karena Evelyn dan Kakak sangat khawatir."

Paulina menarik nafas dalam, jika sudah seperti itu pasti ada masalah besar yang sudah terjadi. "Baiklah nanti nenek akan ke kamar, Mommy. Sekarang waktunya kalian untuk tidur siang."

"Baiklah, kami masuk ke kamar

dulu, Nenek." Setelah itu Excel dan Evelyn masuk ke dalam kamar. Mereka tidak ingin mengganggu Ibunya.

Sampainya di kamar Excel dan Evelyn langsung duduk di ranjang masing-masing. Mereka masih gelisah memikirkan keadaan ibunya yang tak seperti biasa.

"Kakak aku ingin melihat keadaan Mommy," ucap Evelyn pada kakaknya.

Excel menoleh ke arah adiknya dan menjawab," Kakak juga ingin melihat keadaan Mommy."

"Seandainya kita punya Daddy, pasti Mommy tidak akan bekerja keras seperti ini," gumam Evelyn.

Ucapan Evelyn membuat Excel sedikit berpikir. Excel turun dari kasurnya menuju ke meja belajar. Dia membuka laptop dan segera browsing mencari sebuah informasi.

"Evelyn, Uncle yang kamu temui itu Apakah seorang pengusaha?" tanya Excel pada adiknya.

Evelyn menjawab, "maybe, iya Kak. Soalnya Uncle itu memakai jas rapi terus sangat tampan. Matanya mirip dengan mata Kakak. Hidungnya juga mancung seperti Kakak, tapi rambutnya bergelombang seperti rambutku. Andaikan Uncle itu adalah Daddy. Wait, Kakak sedang apa?"

Evelyn menghentikan khayalannya. Melihat sang Kakak yang sibuk membuat dia penasaran. Evelyn pun turun dari kasur lalu menuju ke meja belajar Excel. Dia memeriksa laptop yang sedang di buka oleh saudaranya.

"Ada apa Evelyn, jangan ganggu Kakak! Sana tidur! Sana!" Excel mendorong adiknya agar menjauh.

Evelyn pun sedikit kesal dengan perlakuan Kakaknya. Dia kembali ke atas kasur untuk segera tidur siang. Sebelum itu Evelyn mengatai sang Kakak, "Huh, Kakak menyebalkan. Kakak jelek, jelek, jelek."

Excel tak menanggapi sikap Evelyn. Dia kembali membuka laptopnya untuk melihat gambar seseorang. Dia melihat foto pria yang mirip sekali dengan wajahnya.

"Apa orang ini yang disebut Evelyn? Kalau iya, memang benar dia sangat mirip denganku. Apa bisa dibilang ini adalah Daddy ku?" Excel terus bertahan dalam hati.

Dia terus searching di semua sosial media untuk menemukan petunjuk. Bahkan Excel melihat sosial media Instagram juga. Dia melihat beberapa postingan foto yang banyak sekali.

"Ternyata dia juga bekerja di bidang fashion seperti Mommy. Tapi mengapa Mommy menyembunyikan ini semua? Apa yang sebenarnya terjadi? Maafkan aku Mommy, kalau untuk sekarang Excel akan mendukung rencana Evelyn. Melihat Mommy seperti itu membuat ku jadi sedih. Semoga yang dikatakan Evelyn itu benar, jika orang ini adalah Uncle baik."

Meski Excel masih berumur 7 tahun. Tidak membuatnya ketinggalan dengan dunia digital itu. Dia sekolanya pendidikan era digital sudah diterapkan, jadi membuat anak semakin berkreativitas.

Excel masih mencari tahu tentang Uncle baik yang disebut oleh Evelyn. Dia juga menulusuri semua perusahan yang bersangkutan.

"Ternyata ia seorang pengusaha sukses, dan benar kata Evelyn ia belum menikah. Semoga saja nanti tidak mengecewakan ku. Kalau sampai mengecewakan ku, jangan harap bisa bertemu dengan Mommy. Mommy adalah segalanya bagiku, tanpa adanya Daddy aku pun sudah bahagia. Tapi ...."

Excel kembali berpikir dia benar-benar bimbang dengan perasannya kali ini. Dalam benaknya sekarang adalah kenapa dia bisa berpisah dengan sang ayah.

"Mommy aku penasaran dengan masa lalu Mommy. Salahkah Excel jika ingin tahu. Aku masih berharap Mommy bercerita tentang asal mula aku bisa lahir di dunia ini. Huh." Akhirnya Excel menutup laptopnya dan ikut tidur siang bersama Evelyn.

Terpopuler

Comments

SENJA ROMANCE

SENJA ROMANCE

Hidup itu seperti di perkosa, meskipun terpaksa tetapi tetap mendesah menikmati nya.

2023-02-08

0

💕Leyka Gallardiev 💕

💕Leyka Gallardiev 💕

Ayo Excel cari tau tentang Deddy mu

2023-02-07

1

💕Leyka Gallardiev 💕

💕Leyka Gallardiev 💕

Exel kamu bener² jenius nak

2023-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!