BAB 18

BAB 18

"Ini mas, biasanya tiap hari Sabtu eyang minta di perlihatkan video video dari negara tetangga, lingkungannya, keindahan alamnya, masyarakat nya, bahkan hasil perkebunan dan pertanian nya." Jelas Yudha.

Bima terkejut, karena di usianya yang hampir mendekati 90 tahun ini, eyang kakung masih memiliki semangat untuk belajar.

"Oh iya, mas Bima sudah pernah ke Swiss kan? Ceritakan saja tentang Swiss,"

"Iya sih pernah, sering malah, tapi …"

"Nah sip cocok, sudah yah, Yudha sudah terlambat eyang, hari ini belajarnya sama mas Bima saja." pamit Yudha sebelum melaju kencang dengan motor nya.

Canggung.

Itulah yang Bima rasakan.

Seketika atmosfer di sekitarnya berubah, semula Bima rileks dan santai menikmati waktu istirahat nya, kini kembali tegang, karena ada eyang kakung di dekatnya.

"Mari eyang, duduk dulu," 

Bima yang sudah berdiri jadi kikuk sendiri, karena eyang kakungnya ternyata cukup sulit untuk didekati.

"Ehmmmmm…" Eyang kakung hanya menjawab demikian, sebenarnya ia gengsi mendekati Bima, tapi mendengar pernyataan Yudha, bahwa Bima sudah sering bepergian ke Swiss, membuat gengsi dan rasa ingin tahunya saling beradu.

Bima pun merasa sebenarnya eyang kakung menyayangi nya, jika beliau tak sayang, mungkin dulu, eyang kakung dan Kreshna tak akan mencari cari keberadaan nya di Jakarta, hanya saja melawan ego dan gengsi yang selama ini mendominasi masih terasa sulit bagi beliau.

Bima pun mendekat, ia memberanikan diri menuntun eyang kakung agar duduk di dekatnya.

"Sudah pernah ke Swiss toh?" Tanya eyang kakung, ketika Bima masih sibuk mencari cari materi yang diinginkan eyang kakung.

"Alhamdulillah lumayan sering eyang." Jawab Bima apa adanya.

"Ada perlu apa, kok sering ke sana?" 

"Pekerjaan." 

"Kamu kerja di mana?" 

"Kerja di Twenty Five Hotel,"

"Cuma pegawai hotel, bisa sering ke Swiss?" Tanya Eyang kakung terkejut.

"Bima asisten direktur utama, tugas utama asisten direktur utama adalah, mendampingi direktur utama kapanpun, kemanapun, dan dimanapun, termasuk menggantikan tugas tugas direktur utama, jika beliau nya sedang tidak bisa bertugas."

Tak lama, di layar tablet Bima mulai muncul video dengan durasi hampir 20 menit dari yu**tup tentang Swiss dan segala macam pernak perniknya.

Eyang kakung tampak sangat menikmati apa yang tengah ia lihat, kedua matanya nampak berseri seri penuh kekaguman pada maha karya sang pencipta.

Banyak hal yang eyang kakung tanyakan, dengan sabar dan perlahan Bima menjelaskan semuanya, termasuk membagi pengalamannya ketika ia menyambangi negara kecil tersebut.

Hingga tak terasa mereka menghabiskan waktu hampir 2 jam hanya membicarakan negara Swiss.

Bahkan Kreshna yang beberapa kali mengintip dari dalam rumah, memastikan tidak ada pertengkaran yang menyulut emosi eyang kakung, tapi justru Kreshna dibuat kagum kagum pada keponakannya tersebut, Bima begitu pandai mengambil hati eyang kakung, wawasannya luas, serta gaya bicara yang lugas dan mudah dipahami, membuat eyang kakung betah mendengarkan setiap perkataannya, seakan akan Kreshna tengah melihat sosok Dhana dalam diri Bima.

"Mas Dhana … lihatlah anakmu, dia benar benar mewarisi kemampuan mu, cakap dan mudah bergaul, semoga Bima bisa menaklukkan kerasnya sifat bapak."  

"Mas … kok nangis?" Sapa Sinta, ketika ia baru datang dari dalam bilik.

Kreshna terkejut, "iya, melihat Bima, aku jadi ingat mas Dhana, anak itu mirip sekali dengan mas Dhana, tapi dia versi modern,"

"Iya mas, bahkan dari samping begini, Bima terlihat semakin ganteng." Imbuh Sinta.

Keduanya terkikik.

***

Seminggu sudah waktu berlalu, walau agak susah dan lebih banyak jual mahalnya, eyang Kakung mulai luluh ketika berada di dekat Bima.

Dan hari ini Bima berencana kembali ke Jakarta, pasalnya waktu seminggu sudah terasa lama bagi seorang workaholic seperti Bima untuk meninggalkan pekerjaannya.

Tiket pesawat sudah di pesan, bahkan Bima sudah berjanji untuk kembali sowan (berkunjung) kembali ke Jogja.

"Yakin sudah mau kembali sekarang, om masih belum puas ngobrol sama kamu." Kreshna berujar.

"Aku juga om, tapi kasihan atasanku, dia terlalu baik padaku, walaupun dia mengizinkan ku untuk sepuasnya berada di Jogja, tapi aku merasa tak boleh melalaikan tanggung jawab." 

😱 #hadeuh … jangan terlalu Baek Bim, kalau di kasih waktu berlibur, manfaatkan lah, bila perlu, gaskeun sampe setahun, itu saran dari othor bulan, dan sebagian besar reader di sini 😂.

"Eyang putri sudah kamu beritahu?" 

"Sudah om, eyang Kakung nanti sekalian pamit."

"Mas … mau pulang sekarang?" Yudha yang mulai terbiasa dengan kehadiran Bima pun agak keberatan jika Bima kembali ke Jakarta hari ini.

"Iya … nanti kalau liburan, main ke Jakarta yah, mas belikan tiket pesawat nya."

"Beneran mas?" Tanya Yudha dengan tatapan berbinar.

Bima tersenyum mengangguk.

"Yeaaahhh asiiik … makasih sebelumnya mas." Yudha berteriak senang, bahkan tanpa sadar melompat kemudian memeluk nya erat.

"Belajar yang rajin yah, kalau kamu berhasil lulus dengan prestasi bagus, mas akan membawamu ke Singapura sebagai hadiah, naik pesawat pribadi milik atasan mas Bima." Bukan hal yang sulit bagi Bima, karena ia bolak balik Jakarta Singapura, seperti bolak balik Jakarta Bekasi.

🤧 #Hiks … horang kaya mah bebas, mas Bima … othor ikuuuut.

"Yuhuuuu … beneran mas? Jangan bohong lho!" Pekik Yudha senang.

"Beneran." Jawab Bima santai, tanpa menghentikan aktivitas nya membereskan barang.

"Tuh … yah dengar sendiri kan?" Pamer Yudha bangga.

"Iya … belajarlah yang rajin."

Yudha yang masih terlalu girang dan bersemangat, kini menuju kamar nya.

"Jangan terlalu memanjakannya." Tegur Kreshna.

"Gak papa om, ini juga sebagai hadiah, karena selama ini Yudha telaten mendampingi eyang Kakung belajar, lagi pula tak ada salahnya memberi motivasi."

Kreshna hanya menepuk pundak Bima dengan penuh rasa bangga.

"Oh iya om, ada yang ingin aku bicarakan." Inilah saatnya Bima mengatakan asal muasal kedatangan nya ke Jogja.

"Bicaralah, om akan mendengarkan." Kreshna duduk menghadap ke arah keponakannya, kemudian menyimak seluruh penuturan Bima dari awal hingga akhir. 

"Begitulah om, aku harap eyang kakung dan eyang putri tidak salah paham dengan maksud kedatanganku, aku bahagia sekali, akhirnya bisa menemukan keluarga ku sendiri, karena selama ini aku hanya ikut merasakan kebahagiaan keluarga atasanku, mereka orang orang baik om, bahkan mereka yang membantuku menyelidiki latar belakangku, tanpa ku minta,"

"Om paham nak, tidak papa, apapun maksud dan tujuanmu datang kemari, om tetap bersyukur, karena kamu sudah bersedia menemui kami, keluarga yang bahkan sudah putus asa mencari keberadaan mu, om doakan semoga ibunya Sherin segera merestui hubungan kalian, agar kamu tak mengulang kembali sejarah kelam keluarga kita."

"Terima kasih om, aku juga berharap demikian, aku akan terus berjuang mendapatkan restu dari ibunya Sherin, dan aku yakin pasti bisa, tanpa perlu mengemukakan asal usul keluarga kita, aku gak mau itu om, aku ingin Bu Roro menerimaku karena yakin bahwa aku adalah pria baik dan layak mendampingi Sherin,"

"Om yakin kamu pasti bisa."

Terpopuler

Comments

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

othor dipojokan aja sambil rujakan

2025-01-23

0

Eka Suryati

Eka Suryati

Suka sekali dengan semangatmu Bima...
Karena kamu ingin berjuang mendapatkan restu ibu Serin tanpa harus membanggakan keturunanmu, hebat Bima👍😎

2023-12-22

1

Ais

Ais

semangat bima smoga saja bu roro luluh dgn ketulusan kamu pd sherin dan smoga bu roro bs melihat kamu dr sisi apa adanya diri kamu bukan kamu yg ada apanya kelak biarkan saja bu roro tau sndr akan silsilah keluarga besar kamu dan berasal dr bebet bobot bibit yg mana kamu berada bim

2023-01-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!