BAB 14.
Malam itu, Bima benar benar merasakan kehangatan di tengah tengah keluarganya sendiri, bukan keluarga temannya seperti yang kerap ia rasakan, Sinta menyiapkan banyak hidangan spesial untuk makan malam, Kreshna pun terlihat sangat menyayangi Bima seperti putranya sendiri, malam itu di teras rumah, Bima membicarakan banyak hal dengan Kreshna, bagaimana Kreshna dan Dhana melewati masa kecil mereka.
"Tapi om, bukankah eyang putri belum tahu, kalau ayah sudah meninggal?" Tanya Bima setelah mereka membicarakan banyak hal.
Kreshna menghembuskan nafasnya, "Itu juga sedang om pikirkan,"
Bima pun mulai ikut risau memikirkan nya, ia mulai takut eyang putri akan shock jika mengetahui berita meninggalnya putra sulungnya.
"Sudah sejak lama eyang putri memiliki penyakit hipertensi, jadi kami selalu sangat hati hati jika ingin menyampaikan berita mengejutkan, khawatir jika itu akan membebani pikiran beliau, hingga berpengaruh pada kesehatan nya."
Kedua pria dewasa itu hanya bisa menghembuskan nafas, memikirkan apa yang kira kira akan terjadi esok hari.
Malam semakin menampakkan gelapnya, sunyi senyap dengan nyanyian binatang malam, tapi Bima merasa damai di sini, entahlah, mungkin karena ia berada jauh dari hingar bingar bisingnya perkotaan, atau mungkin juga Bima mulai merasakan kedamaian berada di tempat leluhurnya berasal, aaahhh tapi hatinya tetap merindu, pada gadis yang baru baru ini mengisi seluruh hatinya, walaupun sebelum makan malam tadi Bima sudah berbicara, bahkan melakukan panggilan video tapi tetap saja, ada rasa ingin Segera bertemu.
"Sheriiin…"
Desisnya sebelum ia mulai memejamkan kedua matanya.
***
Pagi hari kembali menyapa, Sherin mulai aktivitas paginya setelah menjalankan kewajibannya.
Kali ini ia yang menyiapkan sarapan, sementara bu Roro sedang menikmati berita pagi di televisi.
Beberapa hari ini bu Roro jarang marah marah, apalagi kesal, penyebabnya tentu bisa ditebak, karena hampir seminggu ini Bima tak lagi menampakkan wajah tampan yang kerap terlihat menyebalkan di mata bu Roro.
Sherin sering muram karena rindu, sementara bu Roro, bahagia karena tak lagi perlu melihat wajah Bima.
Sungguh sebuah ironi.
"Bu … sarapan sudah siap," Sherin hanya membuat sayur bayam, tempe dan ayam goreng, tentu sambal terasi tak dia lupakan.
"Oh iya …" jawab bu Roro yang segera bangkit dari kursinya.
Sherin kembali ke kamarnya, "lho kamu ndak sarapan?" Tanya bu Roro yang melihat Sherin menuju kamar.
"Sarapan bu, aku mau ganti baju dulu." Jawab Sherin, karena Bima sedang cuti, pekerjaan nya jadi bertambah banyak, karena itulah Sherin selalu berangkat jam 7 setiap pagi.
Usai bersiap, Sherin kembali ke meja makan, ia sudah membawa tas kerja dan kunci motor nya, agar nanti tak perlu lagi kembali ke kamar.
"Sudah seminggu ini, ibu perhatikan kamu selalu berangkat pagi pagi?" Tanya bu Roro ketika Sherin kembali ke meja makan.
"Iya bu, aku banyak kerjaan di kantor, mas Bima sedang cuti, jadi pekerjaan ku bertambah banyak." Jawab Sherin terus terang.
"Oh cuti, pantes gak pernah kelihatan main ke sini, memang cuti mau ngapain?" bu Roro penasaran.
Sherin mengulum senyumnya, "kok ibu jadi kepo sih, jangan jangan ibu kangen sama mas Bima yah?" Goda Sherin.
Bu Roro gelagapan, "ngawur kamu …" jawab bu Roro salah tingkah.
"Ngaku aja kalau kangen mas Bima, nanti Sherin bilangin, biar mas Bima telepon ibu."
"Heh … *ora usah macem macem, memang Bima iku sopo?"
(*Tidak usah macam macam, memang Bima itu siapa?)
"Mas Bima itu calon mantunya ibu," Sherin tak lagi ragu akan hal itu, ia justru sangat bahagia jika mengingat nya, bagaimana perasaannya bisa begitu mudah mencintai pria yang awalnya hanya pacar bohongan baginya.
"Geer … ingat ibu belum memberi restu," bu Roro mengingat kan.
"Iya bu aku tahu, tapi aku yakin, walaupun mas Bima bukan bangsawan berdarah biru, ibu pasti akan menerima dan menyayangi mas Bima." Jawab Sherin sambil mengunyah sarapannya.
Bu Roro hanya manyun saja mendengar putri satu satunya yang terus membantah perkataannya.
"Mas Bima sedang ada perlu keluar kota, jadi dia mengajukan cuti, sampai batas waktu yang belum ditentukan."
"Memangnya Bima iku sopo, kok bisa cuti sampai batas waktu yang belum ditentukan."
Sherin tertawa lembut, mendengar pertanyaan bu Roro, "mas Bima itu teman baik nya bos bu, jadi yang menyuruh mas Bima cuti juga bos, karena selama ini mas Bima nyaris tidak pernah cuti."
"Trus pergi kemana dia?"
Sherin kembali tersenyum, "ya mana ku tahu bu, mas Bima cuma bilang mau ke Jogja, selanjutnya aku tak berani tanya tanya urusan pribadinya."
"Katanya cinta … masa gak tanya kemana calon suaminya, gak takut tuh di tinggal selingkuh?" Sindir bu Roro.
"Ibu bicara apa sih, mas Bima bukan orang seperti itu," jawab Sherin, kesal dengan pernyataan sang ibu, suka atau tidak di hatinya mulai ada setitik keraguan.
Mereka pun kembali melanjutkan makan dalam diam.
***
Sementara itu di desa XX
Bima sedang berkeliling di lingkungan sekitar rumah eyang kakung nya, menikmati segarnya udara pagi, dan kicau burung burung yang terbang bebas mencari makan, para warga desa pun sudah berduyun duyun melakukan aktivitas pagi mereka, dan Bima tampak sangat menikmati pemandangan tersebut, beberapa kali kamera yang kebetulan ia bawa membidik gambar seputar aktivitas para warga, para lelaki membawa cangkul dan sepeda kuno mereka menuju sawah dan perkebunan, para ibu ada yang membawa dagangan mereka ke pasar, sementara yang sehari hari di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu, menjemur cucian basah, hingga memandikan anak anak mereka.
Sudah menjadi hal yang mafhum, jika masyarakat Jogja terkenal dengan keramahan nya, beberapa kali Bima di sapa oleh warga, bahkan di persilahkan masuk untuk ikut menikmati kudapan pagi khas daerah tersebut, tapi Bima hanya bisa menolak dengan halus, merasa bukan keluarga kok *nrimo saja diajak sarapan.
(*Terima)
Drrrtt
Drrrtt
Drrrtt
Panggilan ponsel mengalihkan perhatiannya, wajahnya mengukir senyuman ketika melihat siapa yang menelepon nya pagi ini.
"Baru semalam telepon, sekarang sudah kangen lagi?" Goda Bima.
"Apaan sih mas," jawab Sherin dengan suara manjanya, Sherin sedang berjalan menuju ruangan direktur utama.
"Ya gak salah kan kalau kubilang kamu kangen,"
Sherin diam dan tersenyum sendiri di tempatnya.
"Sudah di kantor?" Tanya Bima.
"Iya … mas lagi apa?"
"Lagi jalan pagi, mau lihat suasana pagi di sini?"
"Mmmm boleh …" jawab Sherin yakin.
Sebenarnya perkataan bu Roro sedikit mengganggu pikirannya, karena itulah setibanya di Twenty Five Hotel, Sherin langsung menghubungi Bima.
"Okey aku alihkan panggilan nya,"
Bima mengalihkan panggilan tersebut ke mode video, senang sekali karena bisa melihat wajah gadisnya pagi ini.
Sherin pun demikian, keduanya saling melempar senyum malu malu, menikmati rindu yang kian menggebu, tapi harus bersabar demi menanti datangnya restu sang ibu.
"Lihat, seru kan liburanku," Bima mengarahkan kamera ponselnya ke arah para warga yang sedang sibuk beraktivitas. "Seharusnya aku sering menodong si bren**gsek itu agar memberiku banyak hari libur." Keluh Bima.
Seperti halnya Bima, Sherin pun menikmati pemandangan tersebut.
"Senangnya … aku juga mau kesana mas,"
"Nanti setelah resmi menikah, aku akan membawamu kesini,"
#eh ciye … kok othor yang deg degan ya mas … membayangkan kulkas 10 pintu mau menikah 🤭😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rusmini Rusmini
mbk moon org jawa mana... ada beberapa bahasa jawa yg beda pengertiannya...tp masih bisa di pahami tp aq yg paham cuma aq yg lain auk.... /Grin//Grin/
2024-12-14
1
himawatidewi satyawira
andai buroro tahu kl bima lbh ningrat dr pak de cokro..bisa" semaput 7 hari 7 mlm.
2025-01-23
0
himawatidewi satyawira
calon mantu super ningrat level akut lh buroro
2025-01-23
0