BAB 4.
Empat puluh menit mengemudi, Bima tiba kembali di apartemen nya, sebaris senyum tersungging di bibirnya, entah karena sudah mengantar Sherin pulang, atau karena makan malam bersama keluarga Sherin, atau karena bermain dengan empat keponakan Sherin, entah yang mana saja, yang jelas malam ini Bima begitu bahagia.
Selepas keluar dari panti asuhan, Bima hidup sendiri, bekerja serabutan sudah menjadi makanan sehari hari, demi menyambung hidup, dan melanjutkan pendidikannya, hidup sebatang kara di ibu kota bukan hal yang mudah, kapan dan dimana saja ia harus selalu berhati hati, dan kewaspadaan adalah kunci utama, ia bisa menerima jika hanya diremehkan, tapi ia tak mengizinkan dirinya sendiri tertipu.
Boleh di bilang hidupnya berubah drastis semenjak hari pertama bertemu dengan pewaris utama Twenty Five Hotel, Andre Alexander Geraldy, sosok yang humble, charming, dan easy going, jauh berbeda dengan anak anak konglomerat pada umumnya, karena itulah, Bima nyaman berdekatan dengan Andre hingga saat ini.
Bima membersihkan diri nya sebelum merangkak ke tempat tidur nya, lagi lagi pikirannya menerawang pada hangatnya kebersamaan di keluarga Sherin, jujur saja ia selalu iri melihat kebersamaan sebuah keluarga, hangat, saling ejek, saling melempar canda tawa, tapi juga ada kasih sayang dan cinta yang melimpah di dalamnya.
Walau bukan sekali dua kali Bima bergabung dalam acara keluarga Geraldy, bahkan ia nyaris selalu terlibat, seperti halnya anak kandung mommy Stella dan daddy Alex.
Bahkan daddy Alex pernah menawarkan mencari asal usul keluarganya, tapi Bima menolak, bukan karena apa, ia takut latar belakang keluarganya akan membuatnya kecewa.
***
Satu minggu kemudian.
Jam makan siang tiba, tapi Sherin seakan enggan beranjak dari mejanya, suasana hatinya memburuk, penyebabnya tentu saja acara tujuh bulanan kakak iparnya, yang akan dilaksanakan esok hari.
Rupanya bu Roro benar benar serius dengan kata katanya, yakni melanjutkan perjodohan dirinya dengan Pras.
Esok hari akan ada perbincangan serius mengenai hal itu, dan Sherin Mendadak gelisah dengan rencana tersebut.
Pintu ruangan Andre terbuka, tapi Sherin tak menyadari nya, ia benar benar tenggelam dalam lamunannya.
Tok
Tok
Tok
Andre mengetuk meja Sherin, barulah gadis itu tersadar, "Eh bos, ada apa? Maaf saya melamun."
"Apa yang kamu pikirkan? Sampai sampai tak menyadari kedatanganku?"
"Tidak papa bos, hanya sedikit masalah keluarga."
"Apa ada yang serius? Bicarakan saja padaku, jika kamu butuh bantuan."
"Siap bos." Jawab Sherin dengan meletakkan telapak tangan kanannya di dahi, tanda penghormatan.
"Eh iya, sampaikan permohonan maafku pada ibu mu, karena besok tak bisa memenuhi undanganmu, lain kali undang aku lagi yah, aku pasti datang."
Sherin mengangguk.
"Oh iya, serahkan ini pada Bima, dia tahu apa yang harus dia lakukan,"
"Baik bos, lho … mau pulang bos?" Tanya Sherin yang melihat Andre membawa tas kerjanya.
"Iya hari ini aku akan menemani istriku memeriksakan kandungannya."
Sherin tersenyum, "ah … bosku memang tipe suami yang manis." Gumam Sherin.
Sherin menuju ke ruangan Bima.
Tok
Tok
Tok
"Masuk," terdengar suara sahutan dari pemilik ruangan.
Sherin pun masuk dan menyerahkan titipan Andre.
"Ini dari Bos …" Sherin meletakkan tumpukan kertas kertas tersebut di meja.
Dan Bima hanya bisa pasrah melihatnya.
"Sherin … bisakah kamu membantu ku?" Pinta Bima, ketika melihat Sherin hendak keluar dari ruangannya.
Sherin berhenti, sebenarnya ia malas, tapi ia juga sekretaris dari pria ini, mau tak mau Sherin mengangguk.
"Sebentar pak, saya ambil alat tulis dan ponsel dulu."
***
Tiga puluh menit berlalu, keduanya hanya terlibat obrolan tentang pekerjaan, tidak lebih.
"Bagaimana kabar ibumu?"
Sherin terkejut, manakala mendengar Bima menanyakan kabar ibunya.
"Mmm … ibu sehat pak,"
"Syukurlah, acaranya besok yah?"
"Iya pak, kok bapak ingat."
"Tentu saja, kamu pikir aku sudah pikun?"
"Ups, maaf pak, bukan maksud saya seperti itu."
Keduanya kembali diam sibuk dengan pikiran masing masing.
"Wajahmu kelihatan kusut?"
Sherin terdiam, tak bisa di pungkiri, ia masih memikirkan acara esok hari.
"Iya pak, saya memikirkan hari esok." Tanpa sadar Sherin berucap.
"Kenapa dengan hari esok."
"Kebebasan saya berakhir esok pak,"
Bima mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"
"Perjodohan yang ibu bicarakan tempo hari, akan benar benar direalisasikan besok pak,"
"Karena si Pras tidak tampan?"
"Bukan pak."
"Kurang berduit?"
"Saya tidak matre pak."
"Latar belakang keluarga nya?"
"Saya juga tidak peduli dengan itu, walau ibu selalu mengutamakan nya."
"Lalu? Apa karena dia suka mengupil?"
Sherin menatap Bima yang kini wajahnya menampakkan senyuman, 'tampan sekali', pikir Sherin.
"Maaf, bercanda ku keterlaluan yah?"
Sherin pun mengulum senyuman, tak menyangka Bima punya sisi humoris, "apalah saya yang sejak kecil tidak berani melawan keinginan ibu."
"Kamu tak ingin melawan? Ya sudah terima saja." Jawab Bima santai.
"Setidaknya untuk urusan jodoh, saya ingin pria pilihan saya sendiri pak, walau toh dia bukan dari silsilah keluarga yang sesuai dengan kriteria ibu, walau penghasilannya sedikit, tapi setidaknya ada cinta tulus yang kami miliki, ada keyakinan untuk sama sama membangun keluarga, hanya itu sih pak,"
"Manfaatkan aku …"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
nobita
manfaatkan aku.... ooooh dengan senang hati... Sherin manfaatin Bimo... ayo gaskann Sherin
2024-12-03
1
Anisatul Azizah
si wajah datar ini tu sebenarnya g sadar aja kalo dia suka kamu🤗
2025-02-22
0
Anisatul Azizah
bisa2nya kepikiran mengupil Bim😅
2025-02-22
0