BAB 15

BAB 15.

Bima mengalihkan panggilan tersebut ke mode video, senang sekali karena bisa melihat wajah gadisnya pagi ini.

Sherin pun demikian, keduanya saling melempar senyum malu malu, menikmati rindu yang kian menggebu, tapi harus bersabar demi menanti datangnya restu sang ibu.

"Lihat, seru kan liburanku," Bima mengarahkan kamera ponselnya ke arah para warga yang sedang sibuk beraktivitas. "Seharusnya aku sering menodong si bren**gsek itu agar memberiku banyak hari libur." Keluh Bima.

Seperti halnya Bima, Sherin pun menikmati pemandangan tersebut.

"Senangnya … aku juga mau kesana mas," 

"Nanti setelah resmi menikah, aku akan membawamu kesini," 

Menikah, rasanya Sherin ingin tertawa keras saking bahagianya, ia tak menyangka, akan menikah dengan kulkas 10 pintu yang selama dua tahun ini hanya dianggapnya angin lalu.

Wajah Sherin merah padam, tak menyadari bahwa wajahnya tengah diperhatikan oleh Bima dari ujung sana, tapi Bima menikmatinya.

"Mas mau berapa lama di Jogja?" 

"Entah … aku ingin memanfaatkan waktu selagi bos tak memberiku batas waktu,"

"Memang di jogja ngapain?" 

"Adalah pokok nya, aku akan cerita nanti jika sudah kembali ke Jakarta, kalau sekarang belum ada perkembangan,"

***

Bima masih menikmati pagi hari nya, dari kejauhan, tiba tiba ia tertarik mengambil gambar rumah eyang kakung nya, rumah bergaya klasik dengan banyak ornamen jawa kuno yang masih terlihat bagus, walau kurang terawat, seiring perkembangan zaman.

"*Ora mungkin…!!" Pekikan keras terdengar ke telinga Bima, suara itu berasal dari dalam pendopo rumah.

(*Tidak mungkin)

"Itu benar bu, aku tidak bohong."

"Jangan bercanda dengan maut, jelas jelas kemarin Ibu lihat Dhana berdiri di depan ibu.” eyang putri masih terus mempertahankan apa yang kemarin ia lihat.

Sekuat tenaga Kreshna mempertahankan pendapatnya, bahkan di sana sudah ada eyang kakung yang hanya diam tak membantah apa yang Kreshna katakan.

Sudah terlalu lama mereka menyimpan rahasia pahit tersebut, dan kini apapun yang terjadi eyang putri harus tahu yang sebenarnya terjadi.

“Itu Dhana kan? lihat semuanya masih sama tak ada yang berubah, wajah rambut tinggi badannya, bahkan senyumannya.” eyang putri bangkit dan menghampiri Bima yang masih termangu dengan kamera yang ia kalungkan di leher, persis turis yang sedang mengunjungi pedesaan.

“Iya toh nak, ayo bilang kalau kamu Arandhana anak sulungnya ibu,” Bima hanya bisa menunduk, jikalau boleh memilih, ia pun lebih suka jika Ayah nya masih hidup dan menemani langkahnya hingga kini, tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi, dan yang pergi tak akan kembali lagi.

Bima menggeleng lemah, “bukan eyang, ini Bima putra ayah Dhana,”

Mata eyang putri berkaca kaca, baru kemari ia merasakan bahagia karena kedatangan sang putra, tapi kini beliau harus kembali di tampar oleh kenyataan pahit yang mengatakan bahwa Arandhana putra sulungnya sudah meninggal.

Detik berikutnya, Eyang putri menangis keras, dahinya membentur dada bima, kedua lengannya memeluk Bima erat erat, tangisannya terdengar pilu, sarat akan kesedihan, jika ditanya kenapa Dhana bisa meninggal, tentu tak ada yang bisa menjawab, karena semua adalah rahasia tuhan, takdir hidup, nasib, rezeki, jodoh dan maut.

Bima hanya terdiam, hatinya yang selalu dingin dan beku, kini mencair, ia menangis senada dengan eyang putri yang tak mampu menghentikan tangisannya.

Kedua raga berbeda generasi tersebut saling berpelukan, hingga tiba tiba tubuh ringkih eyang putri melorot begitu saja dari pelukan Bima.   

“Eyang …” pekik Bima, ia segera menahan tubuh eyang putri agar tidak sampai menyentuh lantai.

“Ibu …” pekik Kreshna yang juga segera menghampiri Bima dan sang ibu, sementara eyang kakung masih diam dengan egonya yang masih tak ingin berdekatan dengan Bima.

“Om … bagaimana ini?” Tanya Bima panik.

“Bisa bawa mobil?” tanya Kreshna.

“Bisa om.” jawab Bima.

“Ambil mobil om, tanya kuncinya ke tantemu.”

“Iya om.”

Tak menunggu lama , Bima berlari kembali ke rumah Kreshna, kemudian kembali lagi dengan SUV milik Kreshna.

Eyang kakung terlihat mulai ikut panik, dengan membuang semua gengsi yang menggunung, beliau ikut menemani Kreshna dan Bima membawa Eyang putri ke rumah sakit terdekat, rumah sakit yang sering menjadi jujukan eyang putri untuk memeriksakan kesehatannya. 

Terpopuler

Comments

rinny

rinny

kak moon oleh Ra nak eyang Kakung e bima tak siram nganggo banyu es Ben rodok adem pikirane 🤭🤭😄😄

2025-04-14

1

Hasanah Purwokerto

Hasanah Purwokerto

wong ws tuek kok isih wae kaku,,ky tiang listrik...🤪🤪🤪

2025-01-02

1

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

yang kakungmu ancen kaku koyok kawat PLN /Smug/

2024-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!