BAB 2.
Tepat pukul 16 petang.
Sherin tengah bersiap untuk pulang, karena pagi tadi ia mulai bekerja lebih awal, jadi jika dihitung, saat ini jam kerjanya sudah berakhir.
Usai merapikan meja kerja, dan mematikan komputernya, Sherin berdiri dan menyambar tas yang biasa ia pakai untuk pergi bekerja.
Ketika Sherin hendak melangkah, secara kebetulan Bima pun keluar dari ruangannya, seperti biasa pria itu selalu menampakkan wajah datar jika berhadapan dengan Sherin.
Sherin hanya mengangguk sebentar, kemudian berjalan melewati Bima tanpa rasa berdosa, ia bahkan tak menyadari jika Bima tengah mengikutinya dari belakang, jelas saja karena tujuan mereka sama, yaitu lift.
Rupanya, di dalam lift hanya ada mereka berdua, membuat suasana semakin canggung, “kamu pulang naik apa?” Bima mulai membuka percakapan.
Selama dua tahun bekerja bersama dalam satu tim, tapi Bima sama sekali tak tahu menahu tentang Sherin.
“Hari ini naik bis.” jawab Sherin singkat, bahkan tanpa menoleh.
“Memang biasanya kamu naik apa?” tanya Bima semakin penasaran.
“Naik motor pak.”
“Lalu kenapa hari ini naik bis?”
“Motor saya sedang service rutin pak.”
Bima manggut manggut.
“Mari pak, saya duluan,” pamit Sherin, dan mereka berpisah begitu saja,
Sherin berjalan cepat ke tempat pemberhentian bis kota.
Bima pun demikian, ia berjalan cepat menghampiri mobilnya, sebenarnya Bima sedang malas kembali ke apartemennya, karena setibanya di sana sia hanya akan berteman sepi, karena hingga kini dia masih enggan mencari teman hidup, karena itulah sore ini ia berniat menyambangi salah satu mall terbesar di jakarta, apa lagi jika bukan berburu gadget model baru.
Untuk pria seusianya yang sudah memiliki segalanya, Bima termasuk pria yang tidak neko neko, jika sedang bosan, ia akan pergi ke mall, memuaskan kegemarannya pada gadget, dan action film, sama sekali tak tertarik pergi kencan atau semacamnya.
Sebelum Andre menikah, mereka biasa pergi berdua, tapi sudah sebulan ini Andre menikmati hari hari indahnya bersama sang istri, membuat Bima merasa semakin hampa dan ditinggalkan.
Ketika mobilnya sudah bergabung dengan ramainya jalanan ibu kota, tanpa sengaja pandangannya mengarah pada Sherin yang masih resah menanti bis yang tak kunjung tiba, padahal sudah lebih dari 10 menit ia menunggu.
Entah dapat dorongan dari mana, tiba tiba Bima menghentikan mobilnya tepat di depan Sherin.
Sherin pun terkejut melihat, mobil atasannya berhenti tiba tiba di hadapannya.
Bima menurunkan kaca mobilnya, “masuklah, aku akan mengantarmu,” perintah Bima.
“Eh tidak usah pak, saya naik bis saja.” tolak Sherin, sejujurnya ia canggung, karena ini pertama kalinya, Bima menawarkan tumpangan.
“Ini bukan tawaran, tapi perintah, masuklah !!! aku memaksa.”
Sherin kebingungan, sementara ia masih berpikir, mobil mobil di belakang mobil Bima sudah heboh membunyikan klaksonnya.
“cepatlah, antrian di belakang semakin panjang.” sekali lagi Bima mengingatkan.
Dengan terpaksa Sherin menerima ajakan Bima.
“Emp … sebelumnya terimakasih pak,”
“Hmm … lagipula aku sedang tidak ada pekerjaan, jadi daripada aku menghabiskan waktu untuk kegiatan tidak jelas, lebih baik aku mengantarmu.” Jawab Bima Datar.
‘Nih orang, bener bener rata kaya triplek, gak ada luwes luwesnya sama sekali, tapi jika bersama bos, dia bisa tertawa lepas, kenapa denganku dia dingin seperti kulkas 10 pintu,’ Sherin membatin.
“Tulis Alamat rumahmu,” Bima menyodorkan ponselnya yang sudah berada di menu pencarian Alamat.
Walau masih bingung, Sherin tetap melakukan instruksi dari Bima.
tak banyak yang mereka bicarakan sepanjang perjalanan, jika dikalkulasikan, selama 40 menit perjalanan mereka hanya menghabiskan 10 menit untuk berbincang ringan.
Mobil Bima berhenti di rumah Sherin, tepat pukul 18.
Tak disangka, kedatangan Sherin kini menjadi perhatian sepasang suami istri, mereka adalah Fandy dan Riska istrinya.
Tak menyadari dirinya tengah diperhatikan, Sherin kini berdiri di sisi pintu kemudi, Bima pun menurunkan kaca mobilnya.
“Terima kasih pak, sudah bersedia memberikan tumpangan pada saya.” ucap Sherin basa basi.
“Hmm … sama sama, aku pulang dulu yah.”
Sherin mengangguk, “hati hati pak …”
“Kok tamunya tidak di persilahkan masuk?” tanya Fandy.
“Eh mas Fandy … sudah lama datangnya.”
Secara bersamaan, Sherin dan Bima terkejut, tapi Sherin segera menyapa saudara sulungnya demi menutupi rasa kagetnya, Bima pun demikian, demi menunjukkan sopan santunnya, Bima sengaja turun dan menyapa Fandy dan istrinya.
Fandy dan Istrinya tersenyum ramah, “Ayo masuk saja, kebetulan kami mau makan malam bersama.” Fandy mempersilahkan tamu adiknya untuk ikut bergabung.
“Eh, tidak saya tidak mau mengganggu acara keluarga kalian,” Tolak Bima yang tidak menyangka akan diajak bergabung di acara makan malam keluarga Sherin.
“Tidak perlu sungkan, ayo aku memaksa,” Fandy bahkan menyeret Bima agar bersedia menerima ajakannya.
.
.
.
.
.
.
semoga berkenan.
.
.
.
.
.
hanya selingan, biar gak jenuh dengan Andre dan Bella 😁
.
.
.
.
.
.
Sarangeeeeee 💛❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Fatmiyati89
hadir kak...baca kisah anaknya baru orangtuanya..
baru Nemu cerita krya kakak...
menarik....
Lanjut...
2024-11-04
1
Sulis Tyawati
dluan tau cerita adhisty,, dri pada ayh Bima dan bunda Sherin
2025-01-10
1
rinny
aku baca bima sama serrin dulu baru nanti baca Andre dan bella
2025-04-14
0