BAB 3.

BAB 3.

Suasana nyaman sungguh terasa, manakala Bima melewati pintu utama, kehadirannya mengundang tanya dari ibu dan dua kakak Sherin yang ada di ruangan tersebut.

"Lho … ada tamu toh," tanya Bu Roro pada Fandy.

"Iya bu, ini atasan Sherin." Fandy Menjawab pertanyaan ibu nya.

"Oh … bos Andre rupanya." Seloroh bu Roro.

Bima terkesiap.

"Bukan bu, ini pak Bima, asisten Bos Andre, beliau juga atasan ku." Jawab Sherin pelan.

"Owalaaahhh, kirain bos Andre, yang katamu ganteng itu." Celetuk bu Roro, yang membuat Bima semakin merasa kikuk.

"Buk … yang ini juga ganteng," bisik Tari, menantu pertama bu Roro.

"Mosok toh … kok menurut ibu lebih ganteng bos Andre." Bu Roro terus berbicara, tanpa peduli bahwa Bima menelinga setiap perkataan nya.

"Memang ibu sudah pernah bertemu bos Andre?" Tanya Tari iseng.

Bu Roro nyengir, "Belum, nanti pas 7 bulanan mu, kita undang saja, sekalian ibu pengen kenalan sama bos nya Sherin."

Sherin … menatap Bima yang wajahnya masih tetap datar, kentara sekali jika ia tak nyaman karena Ibu nya sedang membicarakan Bos mereka.

"Maaf pak, ibu saya memang suka ceplas ceplos," 

"Nggak papa, aku sudah biasa mendengar nya, bos kita memang banyak dikagumi para wanita," jawab Bima dingin, "aku baru tahu kalau kamu juga penggemarnya." Sindir Bima.

"Bukan pak, saya cukup tahu diri, tak bisa bersaing dengan Mely, model kenamaan dari Singapura,"

"Tapi ternyata yang jadi istrinya bukan Mely kan?" 

"Iya … berarti bu Bos kita wanita luar biasa yang bisa menyingkirkan Mely." 

Keduanya malah sibuk membicarakan bos mereka, sementara ditempat lain, Andre yang sedang minum tiba tiba tersedak tak jelas, "kenapa aku tiba tiba tersedak?" Tanya nya bingung.

😂

Sedang asik membicarakan bos mereka, tiba tiba Fandy memanggil. "Kalian ini sedang apa? Kenapa masih berdiri di depan pintu?" Teriak Fandy. "Mau sampai kapan jadi penjaga pintu?" 

"Eh iya mas," jawab Sherin.

"Mari pak," Sherin mempersilahkan.

Sherin adalah anak perempuan satu satunya, kedua kakak nya laki laki dan keduanya sudah berkeluarga, kakak pertamanya memiliki dua anak laki laki, begitu pula kakak keduanya, total Sherin memiliki empat keponakan laki laki, dan satu calon keponakan perempuan yang baru akan lahir tiga bulan kedepan, karena inilah mereka berkumpul malam ini, minggu depan akan diadakan acara 7 bulanan.

Selama makan malam berlangsung, obrolan ringan terus mengalir, percakapan seputar kehidupan mereka sehari hari, dan Bima cukup tahu diri untuk menjaga sikap, ia benar benar jadi pendengar yang baik, karena tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan keluarga Sherin, walau beberapa kali Fandy dan Bagas bertanya tentang kehidupan pribadinya, Bima hanya menjawab ala kadarnya, jujur tak ada yang ia tutupi.

Pembicaraan berlanjut ke rencana acara syukuran 7 bulanan Tari.

"Jangan lupa, pakde Cokro di undang Gas, rencananya ibu mau mengenalkan Pras pada Sherin, siapa tahu mereka jodoh, lagi pula sejak Kecil, Sherin sudah ibu jodohkan dengan Pras." 

Pakdhe Cokro adalah sepupu jauh dari bu Roro.

Sherin seketika membeku, ia sungguh tak nyaman ketika lagi lagi berhadapan dengan orang yang bermaksud menjodohkannya, tidak cukupkah hanya di kantor saja, ia menolak di jodohkan dengan Bima, masak iya di rumah juga ibunya masih membahas masalah perjodohan, di tambah lagi ada Bima, Sherin ingin malu setengah mati, tapi sepertinya Bima bersikap biasa saja, wajahnya pun tetap datar seperti triplek.

Tatapan Bima kini justru terfokus pada empat bocah berbeda usia, yang tengah sibuk bermain dengan gadget nya, karena tak ingin ikut campur, Bima pun undur diri.

"Maaf, saya tidak ingin ikut campur, silahkan dilanjutkan, biar saya menemani anak anak itu bermain." Pamit Bima.

Tanpa menunggu persetujuan, Bima pun bergabung dengan keempat keponakan Sherin, tak ingin ikut pusing memikirkan perjodohan Sherin, dan acara 7 bulanan,dan entah apa lagi, Bima terlalu pusing memikirkannya.

Mudah bagi Bima mendekati keponakan Sherin, karena ia sudah terbiasa akrab dengan anak anak, tinggal di panti asuhan, dan menjadi yang tertua di sana, membuat Bima menjadi sosok pengayom yang selalu dirindukan anak anak.

Tak berhenti hanya berkenalan, Bima bahkan tak segan mengambil tabletnya, agar ia bisa ikut bermain bersama, nyatanya keberadaan tablet Bima, justru membuat anak anak melupakan gadget mereka, karena Bima mengizinkan keempatnya bermain bersama hanya dengan menggunakan tablet miliknya.

Jam 10 malam,

Dengan terpaksa Bima undur diri, karena anak anak harus istirahat.

"Terima kasih om Bima …" ucap keempatnya bersamaan.

"Sama sama." Jawab Bima ramah, wajahnya kini berhias senyuman, dan hal itu membuat Sherin merasa iri.

'kenapa dia selalu datar jika berhadapan denganku.' gerutu Sherin.

"Om … minggu depan datang yah, kita main lagi." Ucap Adit si sulung.

"Wah … belum tahu yah, Om Bima ada pekerjaan atau tidak," 

Keempat bocah itu mendadak cemberut, wajar saja, mereka baru saja mulai nyaman dengan kehadiran Bima di samping mereka.

"Tak usah pedulikan mereka," ujar Fandy yang kini ikut mengantar Bima sampai ke mobil, begitupun Sherin, yang lebih banyak memilih diam.

"Sekali lagi Terima kasih pak, sudah mengantar saya, dan bersedia bergabung makan malam bersama kami, maaf jika menunya seadanya." 

"Tidak papa, terima kasih juga sudah mengundangku, bahkan mengizinkanku bermain bersama keponakanmu."

Balas Bima datar, sebelum akhirnya memasuki mobil.

Terpopuler

Comments

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

muka datar sm muka dingin apa bedanya /Grin//Grin/

2024-12-13

1

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

mas Bima datar amat..

2024-09-13

1

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

ada yang gibahin kamu Ndre..

2024-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!