Bab 7 - Bertemu Kaisar

Pagi yang cerah menyambut Calista, terlihat ia telah di sibukkan kembali dengan berkas-berkas di meja kerjanya. Setelah bersiap dan mengantarkan putranya kembali ke istana pangeran, Calista langsung mengerjakan semua berkas tersebut, tak ada waktu baginya untuk keluar.

Sedangkan di luar ruangannya, Calista tak tahu bahwa pertengkaran dirinya menjadi topik hangat di istana dalam semalam. Baik para pelayan dan bangsawan semua membicarakannya.

Hingga ketika pintu terbuka ketiga pelayan Calista datang menghadap sambil menunduk memberi hormat.

“Salam, Yang Mulia. Kami datang menghadap untuk menyampaikan perintah baginda,” terang Alie.

Calista menatap ketiganya, menanti perkataan yang keluar dari mulut pelayannya itu.

“Yang Mulia, baginda meminta Anda untuk segera datang ke ruang kerjanya,” lanjut Alie terbata-bata.

“Oh, Baiklah, kalau begitu Alie tolong kau pisahkan berkas penting dan undangan yang datang padaku di meja ini,” Perintah Calista yang mulai beranjak dari tempat duduknya.

Calista merapikan gaunnya, dan kembali menatap dua pelayannya yang tersisa. “Daisy kau pergilah ke dapur, siapakan makan siangku. Dan untukmu Elisha, tolong pisahkan baju-baju yang kukatakan kemarin,” Perintah Calista lagi.

Ketika ketiga pelayannya mulai melakukan tugas masing-masing, Calista pun pergi dengan santainya ke ruang kerja sang kaisar.

“Salam Yang Mulia, saya datang atas perintah Anda!” ucap Calista.

Leonardo yang tadinya sibuk mencatat mulai melirik Calista, tatapan tajamnya menatap Calista dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sosok wanita yang selalu menegakan tubuhnya dengan wajah datar tanpa ekspresi, dialah Calista yang kini berdiri di hadapan kaisar.

“Apa yang membuat Anda memanggil saya kemari, Yang Mulia?” tanya Calista lagi.

“Kau tahu apa yang terjadi sekarang? Akibat ulahmu banyak orang membicarakan peristiwa kemarin.”

“Kau seorang permaisuri Calista, seharusnya kau menjaga etikamu. Bukannya malah menyerang Selene, ikutilah aturan istana,”

“Selene dia wanita yang tak tahu menahu apa pun tentang kekaisaran. Maka seh—“

“Maka seharusnya saya menjaga sikap! Bukan begitu, Yang Mulia?” sela Calista.

“Saya tegaskan sekali lagi pada Anda, Yang Mulia. Saya seorang permaisuri di kerajaan ini, posisi saya lebih tinggi dibandingnya. Saya tidak akan tunduk pada seseorang yang posisinya lebih rendah.” Tegas Calista penuh penekanan.

“Jika tidak ada yang Anda bicarakan lagi, maka saya akan pergi. Saya tidak bisa membuang waktu lebih banyak, untuk berita tak penting!” ucap Calista lagi.

“Calista, jangan bersikap kekanakan. Aku tak suka dengan sikapmu itu, sejak kau sadar kau jadi banyak berubah!” tegur Leonardo.

“Saya tidak bersikap kekanakan, saya bersikap sesuai seperti apa orang itu memperlakukan saya.”

Untuk sejenak keheningan menguasai.

“Baiklah, kalau begitu saya permisi . Saya tak ingin mengulur waktu lebih lama.” Calista berbalik dan mulai melangkah pergi, tetapi kaisar menahannya.

“Berhenti di tempatmu Calista. Aku belum menyuruhmu untuk pergi.”

Calista menghentikan langkahnya sedikit pun ia tak menengok, “Apa yang ingin Anda bicarakan lagi?”

“Aku ingin membicarakan tentang mahkota milikmu yang hancur kemarin. Aku membuatkan yang baru untukmu, Kemari dan ambillah mahkota ini,” perintah Leonardo.

“Saya tak memerlukan mahkota baru. Lagi pula mahkota yang hancur itu bukanlah mahkota resmi. Anda tak perlu menggantinya,” balas Calista sambil menekan ganggang pintu.

Melihat kepergian permaisuri, Leonardo terdiam. Dalam benaknya ia begitu kesal akan sikap Calista, tapi di sisi lain perasaannya terasa hampa ketika melihat sikap Calista yang begitu dingin dan acuh terhadapnya.

Entah mengapa ia merindukan sosok Calista yang selalu menyapa dan membawakannya teh setiap pagi. Sosok yang begitu hangat padanya, kini berganti dengan sosok dingin yang selalu memasang wajah datar.

‘Aneh, seharusnya aku senang wanita itu tak mengganggu hari-hariku lagi. Tapi mengapa rasanya begitu hampa?’ Leonardo.

“Fokuslah Leon, jangan memikirkan wanita itu,” gerutunya pada diri sendiri.

Di lorong istana, Calista bertemu dengan para pelayan yang memberi hormat padanya. Wajah mereka melukiskan ketakutan untuk menatap Calista.

“Lakukan pekerjaan kalian dengan benar,” perintah Calista.

Kata-kata singkat yang keluar dari mulut Calista begitu membuat para pelayan itu merasa segan. Entah mengapa, kata singkat dengan pembawaan yang dingin itu, lebih terasa menakutkan dari pada perkataan keras Calista dulu.

“Aku tak punya waktu untuk berbicara lebih banyak, kalian lakukanlah pekerjaan seperti yang sudah di tugaskan,” ucap Calista lagi, sambil melanjutkan langkahnya.

Saat Calista hampir sampai menuju istana putih, matanya teralih menatap sosok tak asing di taman istana. Ya, itulah putranya, Theodore yang tengah berlatih pedang bersama sang guru.

Langkah Calista pun membawanya menemui Theodore. Menyadari kehadiran permaisuri, latihan itu pun terhenti.

“Salam Yang Mulia, hormat saya pada Anda,” sapa sang pelatih yang juga seorang marquis.

“Maaf menggagu pelajaranmu marquis Carlo, silakan lanjutkan saja pelatihannya,” ucap Calista.

“Tidak, Yang Mulia. Latihan hari ini memang telah usai, Anda bisa berbincang dengan pangeran,” balas marquis Carlo.

“Terima kasih, marquis Carlo, kau banyak mengajarkan teknik berpedang pada putraku. Entah bagaimana caranya membalas kebaikanmu,”

“Tidak perlu, Yang Mulia. Mengajarkan pangeran sudah menjadi kewajiban saya,” balas marquis Carlo lagi.

Calista tersenyum sambil mengangguk, “Sepertinya wanita yang menjadi istrimu di masa depan akan sangat beruntung, memiliki suami tampan, ahli senjata, dan baik sepertimu,” puji Calista.

Pujian Calista membuat Marquis Carlo tertawa kecil, “Anda terlalu memuji, Yang Mulia. Saya tak sehebat itu,” bantah Carlo.

“Baik, Yang Mulia. Kalau begitu saya undur diri, maaf banyak mengganggu waktu Anda,” ucap Carlo sambil menunduk, dan pergi dari taman.

Calista kembali mengangguk, ia mendekat ke arah putranya. “Bagaimana latihanmu, Theo? Apa ada yang sulit?”

“Tidak, ada, Bu. Aku mengerti semua teknik yang di ajarkan marquis.”

“Bagus, putra ibu sangat padai. Ini sudah siang, apa kau sudah makan Theo?”

“Belum, Bu.”

“Nah, kalau begitu. Ayo, kita makan bersama, Theo, dan ya, jangan lupa lanjutkan ceritamu yang kemarin, ibu ingin sekali mendengar lanjutannya,”

Theodore mengangguk senang, ia segera meletakkan pedang kayunya dan menggandeng lengan Calista. Permaisuri pun membawa putranya itu ke istana putih, keduanya memutuskan untuk makan siang bersama di taman.

Calista menatap lekat Theodore yang memakan makanannya.

“Ibu kau tidak makan?” tanya Theodore.

Calista tersenyum, “Nanti, ibu masih merasa belum lapar.”

“Ibu kau kan baru sembuh, jika ibu telat makan nanti ibu jadi sakit lagi.”

“Iya, iya, ibu akan makan,” balas Calista sembari menyuap sepotong daging ke mulutnya.

“Theodore jika ibu memasakkan makanan untukmu apa kau akan memakannya?”

“Tentu saja, apa pun makanan yang ibu berikan padaku pasti akan aku makan.”

“Bahkan jika makanan ini tidak enak, kau akan tetap memakannya?”

Theodore mengangguk.

“Theodore apa kau menyukai kehidupanmu sebagai putra mahkota?”

Untuk sesaat Theodore terdiam, “Sulit untuk mengatakan tidak, walaupun aku harus melewati banyak hal karena itu, Ibu.”

“Sejak lahir aku sudah mendapatkan gelar putra mahkota, dan karenanya aku dididik untuk menjadi kaisar sempurna di masa depan, ancaman bahaya dari segala arah dan tuntutan orang-orang untuk menjadi sempurna dalam semua hal membuatku merasa lelah, ibu.”

“Putra mahkota harus begini, putra mahkota harus begitu semuanya membuatku merasa kesal, tidak adakah waktu bagiku untuk menjadi diriku sendiri?

“Tapi Ibu, aku bisa menjadi seperti yang orang-orang inginkan tentangku itu semua karenamu.”

“Kau membuat semua itu seolah tak berarti apa pun. Mungkin memang dulu ibu menunjukkan sikap tegas ibu padaku, tapi di balik semua itu ibulah yang paling memperhatikanku dari yang lain.”

“Setiap aku menunjukkan sisi lemahku, hanya ada kata-kata bahwa putra mahkota tidak boleh begini dan putra mahkota tidak boleh begitu, tapi kau berbeda kau selalu mendukungku di setiap situasi.”

Mendengar perkataan Theodore, membuat buliran air tanpa sadar jadi dari balik kelopak matanya. Betapa putranya selalu berpikiran baik tentangnya.

“Dulu ibu pernah meracunimu hanya karena rasa iri, apa kau tidak membenci ibumu ini, Theodore?”

Theodore menggeleng, “Aku tidak bisa membencimu ibu,”

Air mata Calista keluar semakin deras, membuat putranya yang melihat itu pun Khawatir.

“Ibu jangan menangis, jika kau menangis aku juga ikut menangis,” ucap Theodore sembari menghapus air mata sang ibu.

Aku adalah ibu yang paling bodoh, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri atas apa yang kulakukan padamu. Calista.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

yah.....setidaknya kmu sdah berubah sekarang Calista.....jdi lebih baik dan kuat tentunya

2024-04-03

1

Amalia Khaer

Amalia Khaer

kereennnnn. tegang bnget bacanya 😂😂

2024-03-27

3

Travel Diaryska

Travel Diaryska

novel bawang 😭

2024-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Salahkah Aku Mencintaimu?
2 Bab 2 - Duke Kedrick
3 Bab 3 - Kilas Balik
4 Bab 4 - Pesta Perjamuan
5 Bab 5 - Aku menyayangimu Ibu
6 Bab 6 - Pertengkaran
7 Bab 7 - Bertemu Kaisar
8 Bab 8 - Sahabat Leonardo
9 Bab 9 - Kemarahan Calista
10 Bab 10 - Kemarahan Calista 2
11 Bab 11 - Membuat Pai
12 Bab 12 - Hanya pernikahan politik
13 Bab 13 - Surat Perceraian
14 Bab 14 - Belajar Memanah
15 Bab 15 - Festival
16 Bab 16 - Daerah Lizel
17 Bab 17 - Kenapa Kau Begitu Baik?
18 Bab 18 - Kebencian Leonardo
19 Bab 19 - Masa Lalu Calista
20 Bab 20 - Membunuh permaisuri
21 Bab 21 - Luka tusuk
22 Bab 22 - Hanya Mahkota
23 Bab 23 - Dia akan pergi
24 Bab 24 - Sakit
25 Bab 25 - Mengambil Alih
26 Bab 25 - Mengambil Alih
27 Bab 26 - Cemburu
28 Bab 27 - Mengambil Alih 2
29 Bab 28 - Freya
30 Bab 29 - Kabar Kedatangannya
31 Bab 30 - Kapan kau sadar?
32 Bab 31 - Bisakah Memulai Kembali?
33 Bab 32 - Perburuan
34 Bab 33 - Pergi
35 Bab 34 - Surat Perceraian 2
36 Bab 35 - Kabar Kematian
37 Bab 36 - Kabar kematian 2
38 Bab 37 - Kesedihan Leonardo
39 Bab 38 - Aaron dan Freya
40 Bab 39 - Kembalinya Sang Permaisuri
41 40 - Mengikuti Jejak
42 Bab 41 - Kehidupan Rodelis
43 Bab 42 - Tolong Selamatkan Permaisuri
44 Bab 43 - Masa Lalu Selene
45 Bab 44 - Mulai Bangkit
46 Bab 45 - Tahun berlalu
47 Bab 46 - Apa kau menyesal?
48 Bab 47 - Ayah Mertua
49 Bab 48 - Trodeim
50 Bab 49 - Kau Masih Hidup
51 Bab 50 - Benar Yang Dikatakan Kaisar
52 Bab 51 - Pengakuan Selene
53 Bab 52 - Maaf Permaisuri
54 Bab 53 - Penyesalan Leonardo
55 Bab 54 - Kenapa Memalsukan Kematian
56 Bab 55 - Ingin pulang (Freya dan Aaron)
57 Bab 56 - Trishan Menentang
58 Bab 57 - Pergi Ke Rodelis (Freya & Aaron)
59 Bab 58 - Bertemu Calista
60 Bab 59 - Tamparan Calista
61 Bab 60 - Maaf Freya
62 Bab 61 - Dia tetap Ayahku
63 Bab 62 - Kau tak Pantas (Freya & Aaron)
64 Bab 63 - Jangan lupakan dirimu
65 Bab 64 - Kondisi semakin buruk
66 Bab 65 - Permaisuri Masih Hidup
67 Bab 66 - Rencana Trishan dan Selene
68 Bab 67 - Kehamilan (Aaron & Freya)
69 Bab 68 - Cerita Lama Terulang Kembali
70 Bab 69 - Pembicaraan Leonardo dan Freya
71 Bab 70 - Aku akan pergi
72 Bab 71 - Menemui Kepala Desa
73 Bab 72 - Maafkan Aku Calista
74 Bab 73 - Bimbang Memaafkan
75 Bab 74 - Pelarian Freya
76 Bab 75 - Desa Tibelia
77 Bab 76 - Pembicaraan Leonardo dan Aaron
78 Bab 77 - Bayi ini lebih penting
79 Bab 78 - Kau Akan Baik-Baik Saja
80 Bab 79 - Akan membalas dendam
81 Bab 80 - Maaf Freya 2
82 Bab 81 - Kematian Kedrick
83 Bab 82 - Pemakaman Kedrick
84 Bab 83 - Perjalanan menuju Axios
85 Bab 84 - Anastasia
86 Bab 85 - Rencana Perceraian
87 Bab 86 - Serangan Elena
88 Bab 87 - Ratu (Tamat)
89 Bab 88 - Extra Bab
90 Novel Baru Kleo
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 - Salahkah Aku Mencintaimu?
2
Bab 2 - Duke Kedrick
3
Bab 3 - Kilas Balik
4
Bab 4 - Pesta Perjamuan
5
Bab 5 - Aku menyayangimu Ibu
6
Bab 6 - Pertengkaran
7
Bab 7 - Bertemu Kaisar
8
Bab 8 - Sahabat Leonardo
9
Bab 9 - Kemarahan Calista
10
Bab 10 - Kemarahan Calista 2
11
Bab 11 - Membuat Pai
12
Bab 12 - Hanya pernikahan politik
13
Bab 13 - Surat Perceraian
14
Bab 14 - Belajar Memanah
15
Bab 15 - Festival
16
Bab 16 - Daerah Lizel
17
Bab 17 - Kenapa Kau Begitu Baik?
18
Bab 18 - Kebencian Leonardo
19
Bab 19 - Masa Lalu Calista
20
Bab 20 - Membunuh permaisuri
21
Bab 21 - Luka tusuk
22
Bab 22 - Hanya Mahkota
23
Bab 23 - Dia akan pergi
24
Bab 24 - Sakit
25
Bab 25 - Mengambil Alih
26
Bab 25 - Mengambil Alih
27
Bab 26 - Cemburu
28
Bab 27 - Mengambil Alih 2
29
Bab 28 - Freya
30
Bab 29 - Kabar Kedatangannya
31
Bab 30 - Kapan kau sadar?
32
Bab 31 - Bisakah Memulai Kembali?
33
Bab 32 - Perburuan
34
Bab 33 - Pergi
35
Bab 34 - Surat Perceraian 2
36
Bab 35 - Kabar Kematian
37
Bab 36 - Kabar kematian 2
38
Bab 37 - Kesedihan Leonardo
39
Bab 38 - Aaron dan Freya
40
Bab 39 - Kembalinya Sang Permaisuri
41
40 - Mengikuti Jejak
42
Bab 41 - Kehidupan Rodelis
43
Bab 42 - Tolong Selamatkan Permaisuri
44
Bab 43 - Masa Lalu Selene
45
Bab 44 - Mulai Bangkit
46
Bab 45 - Tahun berlalu
47
Bab 46 - Apa kau menyesal?
48
Bab 47 - Ayah Mertua
49
Bab 48 - Trodeim
50
Bab 49 - Kau Masih Hidup
51
Bab 50 - Benar Yang Dikatakan Kaisar
52
Bab 51 - Pengakuan Selene
53
Bab 52 - Maaf Permaisuri
54
Bab 53 - Penyesalan Leonardo
55
Bab 54 - Kenapa Memalsukan Kematian
56
Bab 55 - Ingin pulang (Freya dan Aaron)
57
Bab 56 - Trishan Menentang
58
Bab 57 - Pergi Ke Rodelis (Freya & Aaron)
59
Bab 58 - Bertemu Calista
60
Bab 59 - Tamparan Calista
61
Bab 60 - Maaf Freya
62
Bab 61 - Dia tetap Ayahku
63
Bab 62 - Kau tak Pantas (Freya & Aaron)
64
Bab 63 - Jangan lupakan dirimu
65
Bab 64 - Kondisi semakin buruk
66
Bab 65 - Permaisuri Masih Hidup
67
Bab 66 - Rencana Trishan dan Selene
68
Bab 67 - Kehamilan (Aaron & Freya)
69
Bab 68 - Cerita Lama Terulang Kembali
70
Bab 69 - Pembicaraan Leonardo dan Freya
71
Bab 70 - Aku akan pergi
72
Bab 71 - Menemui Kepala Desa
73
Bab 72 - Maafkan Aku Calista
74
Bab 73 - Bimbang Memaafkan
75
Bab 74 - Pelarian Freya
76
Bab 75 - Desa Tibelia
77
Bab 76 - Pembicaraan Leonardo dan Aaron
78
Bab 77 - Bayi ini lebih penting
79
Bab 78 - Kau Akan Baik-Baik Saja
80
Bab 79 - Akan membalas dendam
81
Bab 80 - Maaf Freya 2
82
Bab 81 - Kematian Kedrick
83
Bab 82 - Pemakaman Kedrick
84
Bab 83 - Perjalanan menuju Axios
85
Bab 84 - Anastasia
86
Bab 85 - Rencana Perceraian
87
Bab 86 - Serangan Elena
88
Bab 87 - Ratu (Tamat)
89
Bab 88 - Extra Bab
90
Novel Baru Kleo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!