Bab 20 - Membunuh permaisuri

...Kilas Balik...

Di hari yang sama, setelah Calista mendapatkan keringanan dari Kaisar, sang permaisuri mengajaknya unuk mengelilingi istana.

“Calista aku tidak pernah berharap kata-kata itu akan keluar dari mulutmu. Tapi aku paham seperti apa perasaamu.”

“Untuk itu aku akan tetap memberimu pelajaran bagaimana caranya menjadi permaisuri yang baik.”

“Lihatlah istana ini, istana putih yang di masa depan akan menjadi milikmu jika kau menajdi permaisuri.”

Calista tetap berjalan di belakang permaisuri sembari mendengarkan perkataanya, meski sang permaisuri menjelaskan segala seluk beluk istana, yang ada di pikiran Calista hanyalah kata-kata kaisar yang menyetujui permintaannya.

Saat hari itu tiba aku tidak akan ragu mengatakan tidak. Ya, aku akan membatalkan perjodohan ini. Calista.

“Dengar Calista, hal yang paling penting saat kau menjadi permaisuri, kau tidak boleh menunjukkan sisi lemahmu sedikit pun, dan kau tidak boleh menunjukkan celah, musuh selalu ada di mana pun.”

Tentang saja yang Mulia aku tidak akan punya banyak musuh, karna aku tidak akan pernah menempati posisi permaisuri, ha, ha. Calista

“Begitu juga dengan caramu berjalan. Kau harus meletakan kedua tangan ke depan dan pertahankan tubuhmu untuk tetap tegap, dan pasanglah ekspresi serius di wajahmu.”

Calista mengikuti arahan permaisuri, ia menegakkan tubuhnya dan memasang ekspresi serius, kini keduanya tampak seperti ibu dan anak karna kemiripan itu.

“Kaisar tampaknya tidak salah memilihmu, Calista kuharap kau dapat mengambil keputusan yang tepat untuk hidupmu,” ucap permaisuri lagi.

Di saat bersamaan, Calista dan permaisuri yang melewati lorong bertemu dengan Leonardo yang kala itu masih menjadi putra mahkota. Saat itulah Calista untuk pertama kalinya bertemu dengan Leon.

Wajahnya tampan tanpa cela, garis rahang yang kuat seolah padu dengan hidung mancung dan mata berwarna merahnya, di tambah dengan rambut hitam itu membuatnya tampak sangat sempurna.

Mata merah itu tampak malas berbicara pada sang ibu, setelah memberi salam dan menanyakan keadaan masing-masing ia kembali melanjutkan langkahnya.

Sedangkan untuk Calista, Leonardo sama sekali tak melihat kearahnya apalagi untuk bertukar salam pun tidak, seolah pria itu tak melihat keberadaan Calista di sana.

Calista tak menanggapi serius hal itu, meski melihat wajah tampan Leonardo hatinya sama sekali tak goyah.

...****************...

Sejak hari itu Calista belajar lebih keras, bukan hanya pelajaran yang ia kuasai tapi juga dasar-dasar menggunakan pedang, sang ayah lah yang langsung ambil bagian dalam mengajarkan Calista menguasai banyak teknik.

“Hei kalian berdua ayo sudahi itu, ini sudah waktunya makan siang!” teriak sang ibu yang sontak membuat ayah dan anak menengok secara bersamaan.

“Istriku, aku sedang mengajarkan putri kita berlatih pedang, kami akan makan nanti.”

“Oh, jadi kalian tidak ingin makan, baiklah aku tidak akan memasakkan kalian berdua makanan lagi.”

Kedrick dan Calista saling pandang, keduanya tak dapat menahan tawa, ayah dan anak itu segera melepaskan pedang dari tangan masing-masing dan berlari menghampiri sang ibu.

“Ibu apa kau marah pada aku dan ayah?” tanya Calista yang langsung memeluk sang ibu.

“Tidak kapan ibu pernah marah padamu, ibu hanya marah pada ayahmu. Dia benar-benar tega membuat putri satu-satunya ini belajar pedang.”

“Kenapa, itu kan bagus untuknya, sehingga nanti jika dia dalam keadaan terdesak, putri kita bisa mengatasinya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.”

“Iya, ibu. Kan ibu sendiri yang mengatakan padaku untuk belajar sebaik mungkin jika ingin menjadi seorang permaisuri.”

“Hei, kalian berdua ini benar-benar,” gerutu sang ibu yang tak menerima kekalahannya.

Waktu terus bergulir, tak terasa Calista hampir berusia 18 tahun, hanya tinggal dua bulan, acara debutnya akan dimulai.

Calista pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya ia harus kehilangan sosok sang ibu yang begitu disayanginya. Harapan Calista mulai pudar, sejak meninggalnya duchess tak ada lagi rasa semangat dalam dirinya.

Calista selalu berharap hari cepat berlalu sampai acara debutnya tiba. “Ibu maaf, Abela tidak bisa memenuhi harapanmu untuk menjadi permaisuri.”

Sang Ayah yang melihat Calista berdiri diam di jendela lantas menghampirinya.

“Putriku, ayo kita makan. Jangan siksa dirimu seperti ini.”

Calista menoleh ke arah Kedrick sorot matanya sendu dan wajahnya tampak pucat.

“Bagaimana aku bisa makan, bahkan untuk menelannya saja aku tidak sanggup, Ayah.”

Untuk menghilangkan rasa kesepiannya Calista sering kali pergi dari mansion, wanita itu akan duduk di atas pohon sembari melihat pemandangan di bawahnya.

Pemandangan pasar dengan banyak para wanita dan pria berlalu lalang melewati dagangan yang berjejer rapi di pinggir jalan, membuat perasaannya sedikit terobati.

Hampir setiap harinya Calista selalu datang dan duduk di tempat yang sama. Hingga pada suatu hari di antara banyaknya orang-orang yang lewat, padangan Calista tertuju pada satu orang yang ia kenali.

“Putra mahkota?”

Meski kali ini ia menutup dirinya dengan jubah, tapi Calista sangat mengenal sosok berambut hitam dan mata merah khasnya, ya, walaupun ia baru sekali bertemu dengannya.

Calista memperhatikan apa yang dilakukan oleh pria tersebut, awalnya Clista pikir pria itu ingin pergi ke suatu tempat, tapi nyatanya ia hanya berputar-putar di sekitar pasar sembari sesekali membatu orang yang kesusahan si sana.

Karna terlalu sibuk memperhatikan, Calista tanpa sadar kehilangan keseimbangan, yang seketika membuatnya terjatuh dari atas pohon. Saat dirinya mengira akan jatuh ke tanah ia segera menutup matanya.

Dan persis seperti apa yang terjadi kini, kala itu Calista mendarat di gendongan Leonardo yang dengan cepat tanggap membantunya, akan tetapi Leonardo sama sekali tak mengetahui jika orang yang ia tolong adalah Calista – wanita yang dijodohkan dengannya.

...Kilas Balik Selesai...

“Kenapa itu harus terulang lagi sekarang?”

“Kenapa aku tidak bisa membencimu sepenuhnya?”

Tanpa terasa air mata Calista mulai mengalir di pipinya, mengingat sang ibu dan masa lalunya bersama Leonardo membuatnya ingin kembali ke masa itu.

“Ibu andai jika kau masih hidup sampai saat ini, pasti aku dan ayah tidak akan sesepi ini,”

Calista menghapus air matanya dan mulai kembali duduk di meja kerja untuk mengalihakan pikirannya.

...****************...

Seperti yang telah direncanakan, hari itu saat malam tiba sang permaisuri dan pelayannya pergi ke pelabuhan, ia menemui pelayan itu untuk terakhir kalinya.

“Permaisuri terima kasih atas kesempatan yang anda berikan pada saya, bahakn rasa terima kasih ini tak akan cukup untuk membalas kebaikan Anda.

“Sudahlah jangan banyak bicara,” balas Calista singkat dengan wajah datar khas permaisurinya.

“Kau sudah menulis semuanya di surat untuk apa lagi kau mengatakan itu?”

“Ma-maafkan saya yang mulia,”

Calista hanya diam, lengannya kemudian bergerak mengambil sekantong emas dari sakunya.

“Aku tidak bisa membantu banyak, tapi setidaknya ini cukup untuk memulai usaha dan menghidupi adik-adikmu.”

Pelayan itu menatap tak percaya sosok yang berdiri di hadapannya, sudah cukup permaisuri mau mengampuninya dan sekarang ingin memberikannya uang.

Uang emas yang sebanyak itu bahkan dapat menghidupi ia dan adik-adiknya selama 10 tahun ke depan.

“Kenapa kau diam? Kau tidak ingin menerima ini?”

Pelayan tersebut menunduk, “Permaisuri saya sudah sangat senang anda mau mengampuni saya, tapi emas ini? Rasanya saya tak pantas untuk menerimanya.”

“Aku tidak menerima penolakan, ambil ini dan cepat pergi.”

“Jika kau terus di sini, maka nyawamu dan adik-adikmu itu yang akan dalam bahaya,” ucap Calista yang langsung memberikan kantong emas itu ke tangan sang pelayan.

“T-terima kasih Yang Mulia, saya tidak akan bisa seperti ini tanpa permaisuri. Terima kasih Anda mau menolong saya yang hanya perempuan hina ini.”

“Jangan merendahkan dirimu sendiri, sekarang pergi dan mulailah hidupmu yang baru,”

Sang pelayan memberi salam perpisahan untuk terakhir kalinya, dan segera setelahnya masuk ke kapal yang akan segera berangkat. Saat kapal itu mulai berlayar, orang-orang yang melepas kepergian anggota keluarganya itu pun mulai pergi dari pelabuhan.

Begitu pula dengan Calista dan Elisha, keduanya pergi dari pelabuhan menyusuri jalanan kota yang kini sepi dan gelap.

“Yang Mulia aku merasa tidak enak melewati jalanan ini, p-padahal kita sudah sering melewatinya.”

“Tenanglah Elisha, jika kau takut berlindung lah di belakangku,” balas Calista yang melihat tubuh Elisha bergetar ketakutan.

Baru saja Calista berkata seperti itu, tiba-tiba muncul muncul sekelompok orang tak dikenal yang mengepung keduanya.

“Yang Mulia bagaimana ini, p-pasti mereka ingin berniat jahat pada kita.”

“Tenanglah Elisha,” ucap Calista lagi.

“Apa yang kalian inginkan? Aku tidak punya uang yang bisa diberikan pada kalian.”

Salah satu ketua dari kelompok tersebut menertawakan perkataan Calista. “Permaisuri Lezarde, kami tidak semiskin itu sampai harus merampas harta dari wanita yang akan mati,”

Calista tersenyum, “Kalian sepertinya sangat percaya diri, baiklah silakan jika kalian ingin membunuhku.”

“Wah tidak kusangka, ternyata Anda sangat cepat menyerah bahkan tanpa perlawanan sama sekali.” Ketua kelompok itu melangkah maju mehampri Calista.

“Ya, tapi sebelum kalian membunuhku katakan siapa yang menyuruh kalian, agar permaisuri yang menyerah ini tak penasaran sampai akhir siapa yang ingin membunuhnya.”

“Karna Anda akan segera mati, tidak ada gunanya kami menyembunyikan rahasia. Kami ingin Selene—”

‘Craak!’

Belum sempat pria itu menyelesaikan kata-katanya, Calista langsung menusuk pria tersebut dengan pisau tajam yang ia sembunyikan dibalik gaunnya.

Seketika pria itu rubuh, para anggota kelompok pun terkejut melihat ketua kelompoknya yang kalah di tangan seorang wanita.

Calista lalu berbalik menghadap ke arah orang-orang berjubah hitam itu dengan seringai miring, ia masih tampak tenang meski pisau yang ia gunakan berlumur darah. “Ayo, kemarilah siapa yang ingin membunuhku?”

Sedangkan Elisha semakin takut melihat situasi disekitarnya.

“Elisha sekarang pergi, aku akan menangani ini.”

“T-tapi Yang Mulia.”

“Sudah kukatakan cepat pergi,” balas Calista dengan nada yang meninggi.

Elisha menuruti perintah tuannya ia berlari meninggalkan Calista, “Aku akan segara kembali dengan membawa bantuan untuk Anda, Yang Mulia.”

“Hei jangan biarkan wanita itu pergi, cepat kejar!”

Belum sempat salah satu dari mereka mengejar, di tangan Calista orang itu berakhir sama seperti ketua kelompok tersebut.

“Jika kalian ingin mengejarnya, maka langkahi mayatku terlebih dahulu.”

Calista mulai menyerang dengan membabi buta, meski ia tahu tak akan bisa mengalahkan seluruh anggota yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang tersebut, apalagi hanya dengan sebilah pisau. Tapi ia tak peduli, Calista pasrah jika ia harus terbunuh.

Aku tidak peduli jika harus mati di sini, lagi pula tidak akan ada yang menangisi kematianku. Calista.

Semakin lama Calista merasa kewalahan, harus melawan para penjahat yang masih saja bisa bangkit meski Calista telah menusuknya, ia merasa ingin menyerah saat itu juga.

Theodore, pikirkan Theodore Calista. Dia kembali kesepian jika kau mati di sini, bertahanlah untuknya. Calista.

Ayo kau pasti bisa, ini demi putramu Calista! Calista.

Dan benar saja hal tersebut tak bertahan lama, satu-persatu para penjahat tumbang dibuatnya. Merasa mereka tak akan bangkit melawannya lagi, Calista melepaskan pisau dan menyesuaikan deru nafasnya yang kini tak beraturan.

“Hah, Hah, Hah, Theo ibu berhasil karnamu.”

Calista tak menyadari jika di belakangnya salah satu penjahat kembali bangkit, ia diam-diam berjalan mendekati Calista dan menikamnya.

‘Craak..!’

.

.

.

.

Sorry, ya, Kleo baru up. Soalnya banyak kerjaan di rl, jadi sampai ketemu di bulan maret, nanti kleo bakal up setiap hari kalo pengajuan kontrak novel ini di terima, see you 😉

Terpopuler

Comments

Nf@. Conan 😎

Nf@. Conan 😎

pkirkan anak mu

2024-10-07

0

Leng Loy

Leng Loy

Selene Selir ga tau diri bener kata Calista dasar perempuan rendahan

2024-07-27

0

Yura_K🦖(?)

Yura_K🦖(?)

selene sialan gatau diri banget sih.. moga aja calista nggak mati

2024-07-14

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Salahkah Aku Mencintaimu?
2 Bab 2 - Duke Kedrick
3 Bab 3 - Kilas Balik
4 Bab 4 - Pesta Perjamuan
5 Bab 5 - Aku menyayangimu Ibu
6 Bab 6 - Pertengkaran
7 Bab 7 - Bertemu Kaisar
8 Bab 8 - Sahabat Leonardo
9 Bab 9 - Kemarahan Calista
10 Bab 10 - Kemarahan Calista 2
11 Bab 11 - Membuat Pai
12 Bab 12 - Hanya pernikahan politik
13 Bab 13 - Surat Perceraian
14 Bab 14 - Belajar Memanah
15 Bab 15 - Festival
16 Bab 16 - Daerah Lizel
17 Bab 17 - Kenapa Kau Begitu Baik?
18 Bab 18 - Kebencian Leonardo
19 Bab 19 - Masa Lalu Calista
20 Bab 20 - Membunuh permaisuri
21 Bab 21 - Luka tusuk
22 Bab 22 - Hanya Mahkota
23 Bab 23 - Dia akan pergi
24 Bab 24 - Sakit
25 Bab 25 - Mengambil Alih
26 Bab 25 - Mengambil Alih
27 Bab 26 - Cemburu
28 Bab 27 - Mengambil Alih 2
29 Bab 28 - Freya
30 Bab 29 - Kabar Kedatangannya
31 Bab 30 - Kapan kau sadar?
32 Bab 31 - Bisakah Memulai Kembali?
33 Bab 32 - Perburuan
34 Bab 33 - Pergi
35 Bab 34 - Surat Perceraian 2
36 Bab 35 - Kabar Kematian
37 Bab 36 - Kabar kematian 2
38 Bab 37 - Kesedihan Leonardo
39 Bab 38 - Aaron dan Freya
40 Bab 39 - Kembalinya Sang Permaisuri
41 40 - Mengikuti Jejak
42 Bab 41 - Kehidupan Rodelis
43 Bab 42 - Tolong Selamatkan Permaisuri
44 Bab 43 - Masa Lalu Selene
45 Bab 44 - Mulai Bangkit
46 Bab 45 - Tahun berlalu
47 Bab 46 - Apa kau menyesal?
48 Bab 47 - Ayah Mertua
49 Bab 48 - Trodeim
50 Bab 49 - Kau Masih Hidup
51 Bab 50 - Benar Yang Dikatakan Kaisar
52 Bab 51 - Pengakuan Selene
53 Bab 52 - Maaf Permaisuri
54 Bab 53 - Penyesalan Leonardo
55 Bab 54 - Kenapa Memalsukan Kematian
56 Bab 55 - Ingin pulang (Freya dan Aaron)
57 Bab 56 - Trishan Menentang
58 Bab 57 - Pergi Ke Rodelis (Freya & Aaron)
59 Bab 58 - Bertemu Calista
60 Bab 59 - Tamparan Calista
61 Bab 60 - Maaf Freya
62 Bab 61 - Dia tetap Ayahku
63 Bab 62 - Kau tak Pantas (Freya & Aaron)
64 Bab 63 - Jangan lupakan dirimu
65 Bab 64 - Kondisi semakin buruk
66 Bab 65 - Permaisuri Masih Hidup
67 Bab 66 - Rencana Trishan dan Selene
68 Bab 67 - Kehamilan (Aaron & Freya)
69 Bab 68 - Cerita Lama Terulang Kembali
70 Bab 69 - Pembicaraan Leonardo dan Freya
71 Bab 70 - Aku akan pergi
72 Bab 71 - Menemui Kepala Desa
73 Bab 72 - Maafkan Aku Calista
74 Bab 73 - Bimbang Memaafkan
75 Bab 74 - Pelarian Freya
76 Bab 75 - Desa Tibelia
77 Bab 76 - Pembicaraan Leonardo dan Aaron
78 Bab 77 - Bayi ini lebih penting
79 Bab 78 - Kau Akan Baik-Baik Saja
80 Bab 79 - Akan membalas dendam
81 Bab 80 - Maaf Freya 2
82 Bab 81 - Kematian Kedrick
83 Bab 82 - Pemakaman Kedrick
84 Bab 83 - Perjalanan menuju Axios
85 Bab 84 - Anastasia
86 Bab 85 - Rencana Perceraian
87 Bab 86 - Serangan Elena
88 Bab 87 - Ratu (Tamat)
89 Bab 88 - Extra Bab
90 Novel Baru Kleo
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 - Salahkah Aku Mencintaimu?
2
Bab 2 - Duke Kedrick
3
Bab 3 - Kilas Balik
4
Bab 4 - Pesta Perjamuan
5
Bab 5 - Aku menyayangimu Ibu
6
Bab 6 - Pertengkaran
7
Bab 7 - Bertemu Kaisar
8
Bab 8 - Sahabat Leonardo
9
Bab 9 - Kemarahan Calista
10
Bab 10 - Kemarahan Calista 2
11
Bab 11 - Membuat Pai
12
Bab 12 - Hanya pernikahan politik
13
Bab 13 - Surat Perceraian
14
Bab 14 - Belajar Memanah
15
Bab 15 - Festival
16
Bab 16 - Daerah Lizel
17
Bab 17 - Kenapa Kau Begitu Baik?
18
Bab 18 - Kebencian Leonardo
19
Bab 19 - Masa Lalu Calista
20
Bab 20 - Membunuh permaisuri
21
Bab 21 - Luka tusuk
22
Bab 22 - Hanya Mahkota
23
Bab 23 - Dia akan pergi
24
Bab 24 - Sakit
25
Bab 25 - Mengambil Alih
26
Bab 25 - Mengambil Alih
27
Bab 26 - Cemburu
28
Bab 27 - Mengambil Alih 2
29
Bab 28 - Freya
30
Bab 29 - Kabar Kedatangannya
31
Bab 30 - Kapan kau sadar?
32
Bab 31 - Bisakah Memulai Kembali?
33
Bab 32 - Perburuan
34
Bab 33 - Pergi
35
Bab 34 - Surat Perceraian 2
36
Bab 35 - Kabar Kematian
37
Bab 36 - Kabar kematian 2
38
Bab 37 - Kesedihan Leonardo
39
Bab 38 - Aaron dan Freya
40
Bab 39 - Kembalinya Sang Permaisuri
41
40 - Mengikuti Jejak
42
Bab 41 - Kehidupan Rodelis
43
Bab 42 - Tolong Selamatkan Permaisuri
44
Bab 43 - Masa Lalu Selene
45
Bab 44 - Mulai Bangkit
46
Bab 45 - Tahun berlalu
47
Bab 46 - Apa kau menyesal?
48
Bab 47 - Ayah Mertua
49
Bab 48 - Trodeim
50
Bab 49 - Kau Masih Hidup
51
Bab 50 - Benar Yang Dikatakan Kaisar
52
Bab 51 - Pengakuan Selene
53
Bab 52 - Maaf Permaisuri
54
Bab 53 - Penyesalan Leonardo
55
Bab 54 - Kenapa Memalsukan Kematian
56
Bab 55 - Ingin pulang (Freya dan Aaron)
57
Bab 56 - Trishan Menentang
58
Bab 57 - Pergi Ke Rodelis (Freya & Aaron)
59
Bab 58 - Bertemu Calista
60
Bab 59 - Tamparan Calista
61
Bab 60 - Maaf Freya
62
Bab 61 - Dia tetap Ayahku
63
Bab 62 - Kau tak Pantas (Freya & Aaron)
64
Bab 63 - Jangan lupakan dirimu
65
Bab 64 - Kondisi semakin buruk
66
Bab 65 - Permaisuri Masih Hidup
67
Bab 66 - Rencana Trishan dan Selene
68
Bab 67 - Kehamilan (Aaron & Freya)
69
Bab 68 - Cerita Lama Terulang Kembali
70
Bab 69 - Pembicaraan Leonardo dan Freya
71
Bab 70 - Aku akan pergi
72
Bab 71 - Menemui Kepala Desa
73
Bab 72 - Maafkan Aku Calista
74
Bab 73 - Bimbang Memaafkan
75
Bab 74 - Pelarian Freya
76
Bab 75 - Desa Tibelia
77
Bab 76 - Pembicaraan Leonardo dan Aaron
78
Bab 77 - Bayi ini lebih penting
79
Bab 78 - Kau Akan Baik-Baik Saja
80
Bab 79 - Akan membalas dendam
81
Bab 80 - Maaf Freya 2
82
Bab 81 - Kematian Kedrick
83
Bab 82 - Pemakaman Kedrick
84
Bab 83 - Perjalanan menuju Axios
85
Bab 84 - Anastasia
86
Bab 85 - Rencana Perceraian
87
Bab 86 - Serangan Elena
88
Bab 87 - Ratu (Tamat)
89
Bab 88 - Extra Bab
90
Novel Baru Kleo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!