Nathan Dimatra

Bibir Rania kini sudah di bekap oleh bibir Erkan dengan tiba-tiba hingga Rania tak bisa melawan lagi karena tubuhnya yang sudah terkunci.

Lima detik kemudian...

"Mommy, Deddy!! Kalian sedang apa?

Sementara ada orang lain yang menyaksikan kejadian itu dengan dada yang terasa terbakar dengan api cemburu.

******

Di perusahaan yang dipimpin Erkan, sekertaris Soni sedang kelabakan dengan miting yang akan di mulai, namun sang pimpinan tidak juga muncul batang hidungnya di persahaan. Ponselnya pun tak bisa di hubungi sementara peserta rapat sudah bertanya-tanya di mana pimpinan mereka.

"Soni, apa-apaan ini?" Tanya salah satu peserta rapat.

"Maaf, Tuan! Saya akan menghubunginya lagi!" Seru Soni yang sudah panik.

Para peserta rapat menatap Soni, seakan-akan akan menelannya saja. Entah apa saja yang mereka pikirkan, sejak tadi mereka berbisik-bisik yang tak bisa di dengar oleh Soni. Sedangkan Soni sudah sudah kehabisan akal untuk menenangkan para peserta rapat yang seakan ricuh karena tak mendapat kehadiran Erkan Dimatra sejak hampir satu setengah jam tadi.

"Soni," panggil salah seorang lagi.

Soni mendekat dan mendapat jitakan di kepalanya.

"Aww" jerit Soni dengan suara pelan.

"Umumkan, rapat ini di tunda! Sampai waktu yang akan di tentukan." Seru pria paru baya yang telah memanggil Soni.

Akhirnya Soni pun mengumuman dan meminta maaf kepada seluruh peserta rapat, untuk rapat yang tertunda dan akan dilaksanakan di lain waktu.

Seluruh orang-orang pun pergi dengan wajah yang bisa di bilang, ada yang kesal serta juga kecewa dengan perilaku Erkan, terkecuali pria yang memanggil Erkan tadi.

"Soni, di mana sebenarnya anak itu?" Tanya pria paruh baya yang tertinggal di ruang rapat itu.

"Maaf, Tuan Nathan! Tadi, Tuan Erkan mengatakan akan menyusul Nona kecil dan sekertarisnya di taman bermain. Tapi sampai sekarang, Tuan Erkan tidak bisa di hubungi," jelas Soni.

"Sekertaris!" Seru Nathan dan mendapat anggukan.

Nathan mengerutkan alisnya, "sejak kapan Erkan punya sekertaris?"

"Kemarin. Saya juga baru tahu setelah pertemuan kemarin, jika Tuan Erkan sudah mengangkat seorang wanita sebagai sekertaris." Jelas Soni lagi.

"Dasar anak itu!" Kesal Nathan, yang entah apa yang dia pikirkan saat ini.

Nathan adalah paman Erkan, adik dari ayahnya. Setelah menikah dengan istrinya Erkan bagaikan orang asing bagi keluarganya.

Pernikahan Erkan yang dulu tak mendapat restu dari sang ayah, karena wanita yang dipilih Erkan hanya wanita dari club malam dan di jadikan istri olehnya.

Karena tidak mendapat restu Erkan nekat untuk kawin lari dan kembali setelah pernikahannya.

Pernikahan yang sudah terjadi pun menjadi bumerang untuk Erkan. Ayah drop karena penyakit jantung yang di deritanya.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit ayah Erkan pun menghembuskan nafas terakhirnya. Hal itu membuat semua keluarga mempersalahkannya, bahkan sang ibu pun pergi meninggalkan mansion besar itu karena kekecewaannya pada Erkan. Terkecuali Nathan yang yang selalu memberi dukungan pada keputusan Erkan.

Perusahaan Nathan berada dalam pengawasan Dimatracorps, maka dari hari ini Nathan harus hadir dalam miting kali ini. Nathan sangat tahu bagaimana cara Erkan bekerja dan baru kali ini Erkan mengabaikan miting yang menurutnya begitu penting setelah sebelumnya dia tidak pernah terlambat sedikit pun.

******

Beberapa hari berlalu. Pagi ini Maikel sedang sarapan bersama keluargany tetkecuali Rania yang tidak hadir di meja makan.

Papi Maikel pun telah kembali dari singapore, setelah mengurus perusahaan yang baru didirikannya di sana.

"Maikel, bagaimana keadaan perusahaan?" Tanya Luiz sambil mengunyah makanannya.

"Baik Pi! Saham juga seperti biasanya, masih stabil." Jawab Maikel.

"Bagus! Lalu di mana Rania sekarang? Kenapa dia tidak ikut sarapan bersama kita?" Tanya Luiz yang tidak melihat Rania bergabung bersama mereka.

"Dia ada di kamar, Pi!" Seru Maikel. "Lebih baik jika dia tidak bertemu Papi saat ini!" Batin Maikel.

Dia tidak ingin bermasalah dengan Papinya, jika Rania sampai mengaduh pada papinya entah apa yang akan terjadi.

Beberapa menit setelahnya Rania turun dari kamarnya, dengan pakaian lengkap khas orang yang akan pergi ke kantor. Dia menuju menuju meja makan untuk pamit pada Luiz.

"Rania!" Seru Luiz saat melihat Rania mendekatinya.

"Iya, Pi!"

"Kau ingin pergi?" Tanya Luiz saat melihat Rania sudah rapi di pagi hari.

"Aku sekarang bekerja, Pi!" Jawab Rania yang hanya bermaksud untuk pamit.

"Bagus! Di mana kau menempatkan Rania Maikel?" Luiz memalingkan wajah ke arah Maikel dengan pertanyaannya.

Maikel terpaku dengan pertanyaan Luiz. Wajahnya berubah pias, saat iya tidak tahu apa yang harus di jawabnya jika Rania tidak bekerja di perusahaan yanh sama dengannya.

"Pi, aku bekerja sebagai sekertaris," Rania mengambil alih jawaban Maikel yang dia tahu jika Maikel tak dapat menjawabnya. "Di perusahaan Dimatracorps," Lanjut Rania.

"Apa?" Sentak Luiz, terlihat sangat shok dengan jawaban Rania.

.

.

.

.

By... By...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!