Syukurlah, Rania tak menangkap maksud dari perkataannya tadi. Batin Novi.
"Udah ah! Ini ruangannya, kamu masuk aja. Kasih berkasnya sama orang yang di dalam itu. Aku tinggal dulu, yah!" Novi segera melangkah meninggalkan Rania yang masih berdiri di depan pintu.
"Eh, tunggu!" Rania kembali mengejar Novi yang baru beberapa langkah darinya.
"Ada apa lagi?" Tanya Novi berbalik.
"Itu ruangan Presdir?" Rania melihat tulisan presiden direktur di depan pintu.
Novi menganggukan kepalanya, "nggak jadi, ah! Presdir itu yang kemarin 'kan?" Lanjut Rania.
"Eeh, kok nggak jadi. Udah masuk aja. Kamu kenapa, sih. Udah di kasih kerjaan, gajinya gede nggak mau. Udah coba aja dulu!" Ucap Novi.
"Tapi..."
"Nggak ada tapi-tapi." Novi kembali menarik Rania ke depan pintu ruangan Erkan. Sedangkan yang menunggu di dalam ruangan sudah tak sabar untuk bertemu Rania.
Tok tok tok tok
"Masuk!!" Dengan cepat Erkan membalas ketukan pintu ruangannya karena dia sudah tahu siapa yang datang.
Rania menatap Novi yang telah mengetuk pintu di depannya.
Klek
"Tuan, saya mengantarkan orang yang akan di interview." Ucap Novi setelah pintu ruangan di buka oleh dirinya sendiri.
"Silakan." Erkan menunjuk kursi sofa untuk Rania duduk.
"Saya permisi, Tuan!" Seru Novi, segera berlalu dari tempatnya berdiri.
Rania hanya pasrah. Kini di ruangan itu tertinggal dia dan pria yang beberapa kali tak sengaja bertemu dengannya.
"Saya harus panggil apa? Nyonya Rania atau Nyonya Palak?" Tanya Erkan.
"Tidak perlu seperti itu Tuan. Panggil Rania saja." Jawabnya lalu memberikan berkas lamarannya ke hadapan Erkan. "Ini berkas lamaran saya!"
Erkan menyambut map berwarna biru tua itu ke tangannya, membuka dan melihat sebagian dari kertas-kertas itu. Sebenarnya itu tidak perlu, bahkan tanpa berkas pun Erkan akan menerimanya dengan sukarela.
"Baiklah, kau bisa bekerja hari ini." Ucap Erkan.
"Apa? Ha-hari ini Tuan. Apa saya di terima?"
"Ya, kamu bisa 'kan mulai bekerja hari ini." Tanya Erkan balik.
"Tapi, kita belum melakukan intetview Tuan. Bagaimana bisa saya di terima begitu saja." Rania merasa aneh dengan interviewnya. Hanya dia seorang dan tak ada tanya jawab selayaknya orang yang melamar pekerjaan.
"Bisa saja. Karna saya bosnya di sini!" Seru Erkan yakin.
"Sombong sekali!!" Umpat Rania, di batinnya.
"Jangan mengumpat di hati, sekarang ini meja kamu dan mulailah bekerja. Aku akan membantumu karena belum ada pengalaman." Ucap Erkan.
Rania terdiam dan tak berani membatin lagi, karena takut akan ketahuan. Rania memandang meja yang berada dekat dengan meja Erkan dalam satu ruangan.
"Tuan, apa kita akan satu ruangan?" Tanya Rania heran.
Erkan mengganggukan kepalanya dan menjawab, "agar aku mudah memantaumu, mengawasi maksudku mengajarimu!" Erkan jadi salah tingkah dengan ucapannya sendiri.
Rania hanya diam, dan beranjak menuju mejanya sendiri.
******
Di tempat lain, Maikel sedang merenung. Memikirkan bukti apa yanv di miliki Rania, dan dia harus menemukannya sebelum sampai di tangan papinya.
Tok tok tok tok
Klek
"Slamat siang Tuan!" Sapa seorang pria.
Maikel menganggukan kepalanya tanpa menjawab kepada pria yang masuk.
"Tuan, sore ini kita ada pertemuan untuk tender di aceh, Tuan!" Ujar pria itu yang merupakan asisten dari Maikel.
"Apa kamu sudah menyiapkan berkas untuk memenangkan Tender itu?"
"Iya, Tuan." Jawab Rendi sang asisten.
"Di mana pertemuannya?"
"Perusahaan Dimatracorps."
"Baiklah, beritahu saya jika waktunya berangkat." Ucap Maikel.
"Baik. Saya permisi!" Rendi mendapat anggukan dari Maikel dan segera pergi dari sana.
"Dimatracorps, itu perusahaan Erkan. Dia yang malam itu..." Gumam Maikel, memikirkan malam di mana Erkan menyinggungnya tentang Rania.
"Pria itu..."
.
.
.
.
Apa Maikel akan bertemu dengan Rania di sana?....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ika Riana
gmna" thor,? apakah Maikel akan bertemu dengan Maikel disana?🤔😯
2023-01-10
1