Tok tok tok tok
"Permainan di mulai!" Batin Erkan dengan senyuman smirik.
Klek
Pintu ruangan terbuka dan muncul seorang wanita dengan membawah map ditangannya. Rania berjalan dengan anggun dengan kepala di tegakan dan sedikit membungkuk hormat kepada peserta yang berada di dalam ruangan. Rania melakukan seperti yang di ajarkan Erkan padanya, menjadi wanita elegan.
Sontak seluruh peserta yang ada di dalam ruangan itu terkesiap, bahkan Maikel hampir tak mengenali Rania yang saat ini terlihat begitu cantik dan anggun.
"Slamat Siang!" Sapa Rania dsngan sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya. Bahkan Erkan mengajarkannya cara tersenyum di dalam pertemuan itu.
"Wah, saya tidak tahu jika Tuan Erkan memiliki sekertaris secantik nona ini." Puji salah satu pria yang berada di ruangan itu.
"Anda terlalu berlebihan, Tuan. Kenalkan, sekertarisku. Rania Sutesja." Rania menganggukan kepalanya lalu duduk di samping Erkan tanpa sadar jika Maikel berada di sana.
"Mari kita mulai!" Ucap Erkan.
Seluruh peserta memulai presentasenya satu-persatu. Sedangkan Erkan sibuk memperhatikan Maikel, yang kini sudah terbakar api cemburu saat Erkan dengan sengaja menyentuh hingga berbisik di dekat telinga Rania yang terlihat seperti sedang mengecup.
"Kau ingin tahu sesuatu?" Bisik Erkan.
Rania mengerutkan dahinya seperti mempertanyakan 'apa'. Erkan kembali membisikan sesuatu di telinga Rania membuat dia harus memalingkan wajahnya.
"Lihat di sudut sana! Tapi, jaga sikapmu." Seru Erkan dengan mengangkat alis menunjuk ke arah sudut.
Deg deg deg deg
Jantung Rania berdegup kencang menatap ke sudut, ada Maikel di sana. Tengah duduk dengan wajah yang tak bisa diartikan oleh Rania.
Sementara yang di tatap saat ini merasa sangat panas hatinya, bagai melihat musuh yang tengah menang melawannya.
Keterkejutan yang di buat Erkan pada Rania belum habis hinga dia harus menyenggol kaki Rania hingga wanita itu memalingkan wajah kembali padanya.
"Jangan menatapnya terus, aku tidak suka!" Bisik Erkan lagi.
"Apa dia tidak tau kalau Maikel, suamiku?" Batin Rania yang heran dengan bisikan Erkan padanya.
Rania kembali menetralkan dirinya dan mengajak Erkan kembali fokus pada presentase yang tengah berlangsung.
Erkan mengikuti saran Rania untuk fokus pada presentase yang berlangsung hingga satu jam kemudian semuanya pun selesai.
"Bagaimana Tuan? Apa anda sudah ada bayangan untuk presentase hari ini?" Tanya seorang peserta.
"Akan ku kabarkan nanti." Jawab Erkan.
"Baiklah. Kalau begitu kami permisi." Ucap salah seorang yang sudah paruh baya.
"Kami juga. Tapi, sebelum itu. Apa saya bisa berkenalan dwngan sekertaris anda ini?" Ucap seorang lagi yang terlihat genit.
"mungkin lain waktu, Tuan! Saat ini saya sedang bekerja." Selah Rania.
"Saya harap anda sudah mendapat jawabannya!" Seru Erkan.
"Sayang sekali! Saya permisi kalau begitu." Pria itu pamit.
Orang-orang kini mulai keluar dari ruangan, namun Maikel memilih keluar paling akhir dari yang lain. Setelah Maikel hampir dekat dengan Rania, Erkan menarik jemarinya memindahkan Rania ke sisi sebelahnya.
"Tuan Maikel. Apa anda tidak ingin keluar?" Ujar Erkan saat berhadapan dengan Maikel.
"Maaf! Tapi saya ada urusan dengan sekertarismu itu?" Ucap Maikel ketus.
"Maaf! Ini masih jam kerja. Sebaiknya masalah pribadi di selesaikan di luar!" Ucap Rania.
"Rania itu istriku!" Geram Maikel.
"Saya tidak peduli! Ini perusahaan saya dan Rania saat ini karyawan saya. Selama jam kerja berlangsung Rania adalah tanggung jawab saya." Ucap Erkan tenang.
"Rania! Ikut aku." Bentak Maikel yang telah terbakar emosi.
"Apa begitu sikap anda pada seorang istri dan kekasih? Atau hanya pada istri anda saja?" Ujar Erkan menatap tajam pada Maikel yang kini berhadapan dengannya.
"Apa maksudmu?" Tanya Maikel dengan menahan geram.
"Sudah ku katakan, jaga baik-baik istrimu. Atau seseorang akan mengambilnya."
"Kau!!" Maikel menunjuk wajah Erkan lalu dengan tenang menurunkan jarinya.
"Mungkin, Tuan Luiz tidak tahu apa-apa tentang anda. Tapi saya tahu semuanya." Ucap Erkan lalu melirik Rania. "Rania, ayo kembali."
Rania segera melangkahkan kakinya mengikuti langkah Erkan dari belakang, meninggal Maikel tanpa bicara sepatah kata pun.
"Rania!!" Pekik Maikel, namun Rania tidak peduli bahkan tidak berpaling padanya sedikit pun. "Berani sekali kau!" Kesal Maikel lalu meninju meja dalam ruangan itu.
Sementara Erkan dan Rania sudah sampai di ruangan mereka.
"Tuan, saya ingin bicara?" Erkan menatap Rania yang berkata padanya.
Erkan kembali duduk di sofa, dan mengajak Rania juga. "Duduklah!"
Rania mengikuti arahan Erkan dan duduk di hadapan Erkan.
"Saya ingin bertanya!" Ucap Rania.
"Katakanlah!" Pinta Erkan.
"Apa tujuan Tuan, dengan semua ini?" Rania menegakan kepalanya saat bertanya.
"Aku ingin merebut kamu... dari suamimu!" Jawab Erkan dengan nada serius.
.
.
.
.
Wah-wah beraninya Erkan!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Susi Sidi
Erkan baru laki.. aku suka cara mu😍😍
2023-04-19
2
Ani
bagus aku setuju pake banget kalau Rania direbut Erkan
2023-03-15
0
khumairah
nah ini ni bguss thor gentlemen
2023-03-06
0