Panas

Rania segera di bawah ke depan kaca besar untuk di rias. Rania hanya bisa diam tanpa bisa membantah lagi. Dia hanya mengikuti perintah atasannya saja.

Dua puluh lima menit berlalu, kini Rania sudah selesai di rias. "Ok! Nyonya baru!" Ujar sang perias tadi.

"Haa! Nyonya baru?" Kaget Rania.

"Ye, hadap depan." Wanita setengah jadi-jadian itu mendorong sedikit wajah Rania ke depan, menghadap cermin.

Rania terkesiap memandang wajahnya sendiri, hingga dia tersenyum puas. "Ternyata aku cantik jika seperti ini!" Gumamnya.

"Tentu saja!" Seru Perias di samping Rania.

Rania menjadi malu dan segera memalingkan wajahnya.

"Ayo!" Ajak Perias itu pada Rania, membawahnya menuju ke tempat Erkan.

Erkan yang sudah menunggu mereka sejak tadi, terkesiap dengan buatan tangan wanita jadi-jadian itu.

"Perfeck" gumam Erkan.

Rania keluar dengan rambut yang telah di sanggul rambut yang tersanggul ke atas memperlihatkan leher jenjang wanita itu.

Erkan sampai tak bisa mengkondisikan pusaka sakti miliknya, lansung saja berdiri tegak saat melihat pemandangan di depannya. Sungguh mengairahkan hingga tenggorokannya menjadi sangat kering.

"Ekhem, ekhem. Ok. Akan ku tranfers bayaran untukmu!" Ucap Erkan dan berlalu dari tempat itu dengan menggandeng jemari Rania untuk ikut dengannya.

Erkan mengambil air yang berada di di samping jok mobil dan memompanya hingga tandas. Seluruh tubuhnya kini terasa panas bagai ada sesuatu yang terbakar, hingga dia harus membuka jendela mobilnya lebar-lebar.

"Tuan, anda haus sekali. Minuman itu penuh dan kau menghabiskan semuanya!" Cerocos Rania.

"Kita harus segera pergi dari sini. Jangan sampai ada setan yang menemani." Ucap Erkan.

"Hahaha... Tuan ada-ada saja. Mana ada setan siang bolong begini. Anda pandai bercanda." Rania tertawa renyah mendengar perkataan Erkan yang menurutnya tidak masuk akal itu.

Erkan mengendarai mobilnya dengan mengebut, saat ini pikirannya hanya untuk cepat sampai ke perusahaannya.

******

Sampai di perusahaan Novi menyambut sahabatnya dengam riang.

"Wow, sekarang kau sudah seperti nyonya Erkan Dimatra." Ucap Novi.

"Huss, bagaimana kalau ada yang mendengar."

"Ya, udalah. Tuan Erkan itu duda, sayang. Ngapain di pikirin." Jawab Novi tak peduli.

"Iya, dia duda. Tapi aku punya suami." Jelas Rania saat mereka berjalan keruangan Erkan.

"Sudah mau sampai. Diam! Jangan sampai dia mendengar ucapanmu. Nanti fi pikir aku ingin menggodanya lagi."

"Tenang saja! Dia sudah duluan ke ruang pertemuan." Jelas Novi lalu membuka pintu ruangan Erkan. Dan benar saja, Erkan tidak ada di sana.

"Bagaimana kamu tau?" Rania terlihat penasaran pada Novi.

"Tadi, Tuan Erkan menghubungiku buat jemput kamu karna dia akan langsung ke sana." Jelas Novi.

Rania menganggukan kepalanya. "Trus aku ke sana sama siapa dong?" Tanya Rania.

"Ntar ku anterin kalau sudah selesai dengan persiapan kamu." Novi mendudukan Rania di sofa lalu memerintahkannya untuk tidak beranjak dari sana. "Diam sini! Jangan ke mana-mana!"

"Kamu mau ngapain?" Tanya Rania saat melihat Novi membuka laci di meja Erkan.

"Ternyata, Tuan sudah menyiàpkan semuanya." Batin Novi. Dia mengambil sebuah kotak perhiasan dari dalam laci dan membawahnya pada Rania. "Diam ya!!"

"Apa itu?" Tanya Rania penasaran.

"Tuan Erkan bilang. Jika kau akan pergi ke ruang pertemuan, harus memakai ini!" Novi memakaikan sebuah kalung dan sepasang anting pada Rania. Terlihat sederhana namun elegan.

"Tapi ini pasti mahal!" Seru Rania melihat kalung yang di kenakan padanya.

"Tenang saja! Dia tidak akan memotong gajimu untuk ini. Kalau juga dia memotong gajimu, maka kembalikan saja." Ujar Novi.

"Ini sudah waktunya mulai, kenapa kita tidak pergi?" Rania melihat jam dinding yang terpampang di dinding ruangan itu.

"Tuan Erkan bilang, pergilah setelah lewat sepuluh menit." Jawab Novi yang telah selesai memasangkan anting di telinga Rania.

Sementara di ruang pertemuan seluruh peserta yang akan mengikuti tender sudah lengkap bersama juga Erkan dan asistennya, Soni Wirata.

"Tuan, apa kita akan memulai sekarang?" Tanya seorang peserta.

"Sebentar lagi, kita akan menunggu sekertarisku!" Jawab Erkan sambil melirik kepada Maikel yang juga berada di sana.

"Tuan, bukannya anda tidak punya sekertaris?" Bisik Soni dan mendapatkan anggukan dari bosnya.

Soni kembali berdiri di samping Erkan sambil menunggu dengan penasaran siapa sekertaris yang di katakan bosku.

Tok tok tok tok

"Permainan di mulai!" Batin Erkan dengan senyuman smirik.

.

.

.

.

By... By...

Terpopuler

Comments

Dewi Rukmini

Dewi Rukmini

😀😀😀😀

2023-03-14

1

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

😂😂😂😂😂

2023-02-15

0

Manoy Cagar

Manoy Cagar

jeng jeng jeng 😁

2023-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!