Egois untukmu

Maikel menjadi sangat frustasi saat bayangan-bayangan Rania yang begitu menantang muncul di pikiran. Saat ini dia butuh pelepasan, namun hingga kini Rania tak kunjung pulang ke rumah. Entah di mana dia sekarang, pikir Maikel.

******

Sementara Rania kini yang telah membakar gelora Maikel, sedang bersama dengan Erkan yang tak mengijinkan Rania untuk pulang ke rumahnya.

"Aku tidak mau kau pulang ke rumah itu. Aku tidak suka, aku cemburu. Aku tidak rela kau di sentuh olehnya." Ujar Erkan yang menunjukan sikap tidak sukanya.

"Tapi dia suamiku!" Jawab Rania.

"Rania. Jangan sebut dia suamimu, aku tidak suka." Ucap Erkan lagi.

"Tapi itu kenyataannya."

"Kau benar! Kau masih istrinya. Tapi jangan ke sana. Aku tidak mau si brengs*k itu menyentuhmu." Ucap Erkan lagi. Sungguh dia tidak rela, jika tubuh wanita di depannya ini menjadi santapan pria lain, walau suaminya sekali pun.

"Tenanglah. Aku tidak akan membiarkan dia menyentuhku, aku juga sudah jij*k padanya." Jelas Rania.

"Bagaimana tidak menyentuh, jika kalian tidur bersama di rumah itu. Tidak bisa ku bayangkan dia akan menidurimu malam ini, akan kupatahkan seluruh tulang-tulangnya nanti." Erkan mengelus wajahnya kasar.

"Tidak ada yang seperti itu!" Bantah Rania. "Bahkan aku sudah memutuskan pisah kamar dengannya sejak semalam."

"Baru semalam? Dan sebelumnya... Aah.., Rania aku tidak bisa membayangkan tubuhmu di jamahnya. Aku cemburu Rania, aku cemburu." Ucap Erkan mengaduh.

"Baiklah! Jika kau tidak siap dengan yang terjadi sebelumnya padaku, sebaiknya kita berhenti sampai di sini." Rania sudah kesal dengan pria dihadapannya sekarang.

"Tunggu! Tidak seperti itu. Maaf! Sungguh aku egois untukmu. Aku hanya takut kau kembali padanya. Apalagi dengan perubahanmu skarang, dia pasti ingin menelanmu bulat-bulat." Erkan mencegah Rania yang akan pergi dari ruangan mereka saat ini.

Erkan tak melepas dekapan pada Rania, dia sangat takut jika Rania pergi dan tak akan kembali.

"Enak saja! Emangnya aku klepon, ditelan bulat-bulat!"

"Ya, siapa tahu dia melihatmu seperti makanan yang bisa di telan." Ucap Erkan melepas pelukannya.

"Terus, maunya sekarang bagaimana?" Rania berbalik menghadap Erkan yang berada di belakangnya.

"Maunya kamu tinggal sama aku!" Ujar Erkan tersenyum nakal.

"Beberapa hari lagi. Setelah ayah mertuaku pulang dari Singapore." Ujar Rania.

"Sungguh?" Erkan mendapat anggukan dari Rania, namun belum mengijinkannya untuk pergi. "Sebentar," Erkan beralih kembali ke mejanya, mengambil sesuatu yang disimpannya dalam paperbag.

"Apa ini?" Tanya Rania saat Erkan menyerahkan paperbag itu padanya.

"Ganti pakaianmu dulu. Kalau tidak si brengs*k Maikel akan mengeluarkan liurnya saat melihatmu seperti sekarang." Ujar Erkan.

Rania tersenyum kemudian segera beralih ingin keluar dari ruangan.

"Tunggu!" Cegah Erkan lagi.

"Apa lagi?" Rania memalingkan wajahnya lagi dengan kesal.

"Mau kemana?"

"Katanya ganti baju!"

"Di sini saja!"

"Apa kau sudah gila?" Rania semakin kesal karena mengira Erkan memintanya berganti pakaian di ruangan itu.

"Maksudku, di sini ada kamar!" Seru Erkan berjalan lalu membuka hendel pintu yang menuju kamar pribadinya.

Rania membulatkan bibirnya, melihat ruangan dalam sebuah ruangan menurutnya.

"Kukira ini toilet khusus untukmu!" Ucap Rania sambil tersenyum memasuki ruangan itu.

Erkan hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya saat Rania berujar. Sungguh polos wanita ini, pikirnya.

Rania keluar lagi dari kamar pribadi Erkan, usai mengganti pakaiannya yang di berikan Erkan, sebuah celana panjang jeans dan juga hodie yang menutup lekuk tubuhnya.

"Aku akan mengantarmu!" Seru Erkan saat melihat Rania keluar dari kamar pribadinya.

Belum sempat Rania menjawab, namun Erkan sudah berkata lagi.

"Tidak ada penolakan!"

Rania hanya bisa menggangguk, tidak ada gunanya membantah pria ini. Rania mengikuti langkah Erkan dari belakang hingga sampai di mobil.

******

Erkan mengantarkan Rania hingga depan gerbang rumah Maikel, saat ingin turun Erkan mencegahnya lagi.

"Pria ini suka sekali mencegahku!" Batin Rania lalu memalingkan wajahnya lagi.

"Jangan membatin. Aku hanya ingin bilang! Jangan biarkan tubuhmu di sentuh pria jahanam yang di dalam itu. Aku akan membunuhnya jika itu terjadi." Rania mengangguk patuh dan srgera turun dari mobil itu.

Hari sudah hampir gelap dan saat ini Rania baru memasuki pintu utama rumah Maikel. Dengan langkah yang sedikit di percepat, Rania melaju untuk menuju kamarnya.

"Dari mana saja kamu?" Pekik Maikel.

.

.

.

.

By... By...

Terpopuler

Comments

SEPTi

SEPTi

ayo buruan masuk k kamar

2023-06-29

0

Neneng cinta

Neneng cinta

mas Duda belum jg jd istri udah posessif bgt...😁

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!