Sementara di depan pintu kamar Rania, seseorang sedang berdiri dengan hati yang sudah terbakar mendengarkan percakapan Rania di telvon.
******
Di pagi hari, Maikel telah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Namun dia masih menunggu Rania untuk keluar dari kamar tamu.
Sedangkan Rania sedang mengamati Mobil Maikel yang berada di teras. Dia menunggu Maikel untuk pergi, lalu dia akan berangkat juga ke kantor.
Lama menunggu dan karena ada miting di kantornya pagi ini. Maikel memutuskan untuk pergi ke kantor saat ini juga.
Rania yang melihat Maikel telah pergi, segera bergerak menuju luar kamar untuk pergi. Sebenarnya sudah sejak tadi Rania bersiap-siap, namun dia takut untuk turun jika Maikel masih ada di rumah. Dia takut jika kejadian tadi malam terulang kembali. Maikel pasti sangat marah padanya setelah kejadian kemarin tadi dan tadi malam, pikir Rania.
******
Kini Rania sudah riba di perusahaan Dimatra. Dia segera menaiki lift menuju ruangan Erkan.
Ting
Rania keluar dari lift dan melangkah maju, hari ini dia sudah terlambat gara-gara menunggu Maikel berangkat lebih dulu.
Klek
"Pagi," sapa Rania yang mengetahui jika Erkan sudah menunggunya swdari tadi.
"Mommy!!" Seru Gelora dan segera berlari memeluk Rania.
"Halo, Nona kecil." Sapa Rania mencubit kecil pipi anak itu.
"Pagi Rania!" Sapa Erkan.
Rania duduk di kursinya, meletak tas gendong di meja kerjanya.
"Mommy, katanya mau main dengan Gelora. Ayo main sekarang!" Ajak Gelora.
"Sabar, ya sayang. Tante kerja dulu! Setelah itu kita bermain." Ucap Rania.
"Mommy!! Bukan Tante." Gelora mengkritik panggilan untuk Rania.
"Oh, ya! Mommy." Sebenarnya, Rania sangat canggung menyebut dirinya Mommy di depan Erkan. Namun dia juga tak bisa menolak permintaan anak itu. Dia tak ingin mengecewakan wanita kecil yang sebenarnya sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri.
Semenjak menikah dengan Maikel, dia sudah di paksa untuk melakukan suntikan kb oleh Maikel. Padahal dia ingin sekali mempunyai seorang anak sebagai pelengkap keluarganya. Dan sejak beberapa tahun terakhir ibu mertuanya selalu menuduhnya mandul karena belum mempunyai anak, sedangkan Maikel tak mengijinkan dia memberitahu mertuanya jika dia melakukan kb.
"Ayo, Mommy. Kita Main." Rengek Gelora.
"Ok. Sebentar, Mommy selesaikan ini dulu. Nanti kita pergi ke taman bermain di mall, ijin sama Deddy dulu." Bisik Rania pada anak itu.
Gelora pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Sekarang, Gelora duduk di sofa dulu ya. Sambil tunggu Mommy selesai." Anak itu pun pergi dengan wajah sumringah karena janji dari Rania.
Erkan yang melihatnya, sangat penasaran dengan bisikan Rania yang membuat putrinya bisa menurut dengan cepat. Karena rasa penasaran yang tidak bisa dijaqab oleh dirinya sendiri, Erkan akhirnya beranjak dari kursinya menuju Rania yang kini sedang menatap laptopnya.
"Ekhem"
Rania memalingkan wajahnya mendengar deheman itu, menatap Erkan dengan mengerutkan dahi.
"Ada apa?" Tanya Rania.
Erkan sedikit merapat kembali tubuhnya di samping Rania lalu mengsejajarkan kepala mereka.
"Apa yang kamu bisikan padanya?" Tanya Erkan dengan penasaran.
"Haa! Kukira ada pekerjaan lain yang harus ku lakukan!" Seru Rania kembali menatap laptopnya.
"Maksudmu?" Erkan berpikir, mungkin Rania berpikir dia akan menjadikan Rania sebagai beby sister untuk Gelora dan menambah pekerjaannya.
"Kau di sini, hanya untuk menanyakan bisikanku pada anak kecil yang di sini. Kukira kau akan memberikanku pekerjaan." Jawab Rania.
"Owh! Sorry. Tapi sangat jarang ada orang lain yang bisa membujuknya dengan sangat cepat. Anak itu sedikit keras kepala! Dan aku kurang yakin saja, apa yang kau katakan padanya." Ucap Erkan, menegakan kembali badannya.
"Apa? Jadi kamu pikir, aku berkata yang tidak-tidak padanya. Astaga! Aku tidak seperti wanita lain, yang mendekati anakmu karena kau!" Kesal Rania dengan berdiri menghadap Erkan, menunjukan wajah bahwa dia akan marah besar.
Karena suara Rania yang sedikit di keraskan, Gelora memandang ke arah dua orang dewasa itu.
"Bukan seperti itu Rania!" Seru Erkan yang ingin membujuk Rania, yang sudah akan marah.
"Deddy!!" Pekik Gelora. "Apa yang Deddy lakukan pada Mommy?" Ujar Gelora dengan setengah berteriak.
Dua orang dewasa itu malingkan wajah ke arah Gelora yang kini terlihat kesal. Lalu kembali menetralkan keadaan.
Gelora berlari memeluk Rania dan berujar pada Deddynya.
"Deddy! Aku dan Mommy cuma mau ke taman bermain, kenapa Deddy harus marah-marah?" Ujar Gelora.
"Taman bermain?" Dengan sedikit berpikir Erkan mengerti kini, jika Rania menjanjikan untuk pergi ke taman bermain bersama Gelora.
Rania memandang Erkan dengan sinis, lalu kembali duduk membawah Gelora ke dalam pangkuannya.
"Sayang! Deddy ngijinin kok, kita pergi ke taman bermain." Ucap Rania membujuk anak itu yang wajahnya sudah cemberut mengira Erkan tak mengijinkan mereka pergi. "Iya 'kan Deddy?" Seru Rania dengan tatapan tajam.
"Ya! Tentu saja. Pergilah. Sekarang juga boleh." Ucap Erkan. "Wanita memang selalu menang!" Batinnya, seraya kembali ke kursinya.
Gelora bersoray gembira, lalu memeluk kembali Rania. "Ayo, Mommy. Kita pergi!"
Rania menganggukan kepalanya. Mengambil tas dan melangkah keluar bersama Gelora.
"Bahkan mereka tidak pamit padaku!" Seru Erkan malas.
.
.
.
.
Halo readers, jangan lupa dukungannya buat author.
Like, coment and hadiahnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
SEPTi
Wanita kecil di ganti dengan gadis kecil sepertinya terasa lebih enak kalau di baca 🙏
2023-06-29
0