Mandi madu

Rania menatap heran dua orang pria itu lalu bertanya.

"Siapa kalian?" Ucapnya masih menatap dua orang itu.

"Kami di utus oleh tuan Erkan!" Jawab salah satu dari mereka.

"Jadi kalian ini. Seperti apa ya... Semacam bodyguard begitu?" Mereka menganggukan kepalanya.

"Jangan hanya menggangguk, jawab dong!" Bentak Rania kesal. Tapi sesungguhnya kekesalan itu lebih kepada Erkan bukan pada mereka.

"Iya!" Jawab mereka serempak.

"Halo, sayang!" Sapa seseorang dari belakang Rania.

Rania memalingkan wajahnya, begitu pun Gelora, mereka melihat ke arah suara yang menyapa.

"Deddy!" Seru Gelora. "Deddy datang ke sini! Telat!!" Ucap Gelora.

"Telat!! Apa yang Deddy lewatkan?" Tanya Erkan.

"Tadi mommy di selamatin sama om-om itu. Seharusnya Deddy yang selamatin mommy. Biar Deddy terlihat keren..." Ujar Gelora panjang lebar, walau tak sepanjang yang sesungguhnya.

"Oh, ya! Jadi papi terlambat dong! Nggak bisa jadi superheronya Mommy." Ujar Erkan yang berpura-pura tidak tahu.

"Iya! Entar Mommy nggak mau nikah sama papi. Nikahnya sama om-om otu saja." Ujar Gelora lagi.

"Kalian! Pergilah. Kesal aku melihat wajah kalian." Ujar Erkar pada kedua orang bodyguard itu.

"Apa ini? Kenapa kau mengusir mereka?" Tanya Rania.

"Aku tidak suka mereka! Besok ku cari yang lain."

"Apa? Nggak perlu!"

"Apa kamu mau menikah dengan mereka?"

"Menikah! Kamu menganggap Gelora serius?"

"Untuk jaga-jaga saja!"

"Astaga. Kau ini sungguh terlalu!" Kesal Rania. "Aku itu tidak mau pakai bodyguard segala. Aku bisa jaga diri."

"Tidak. Tetap harus. Aku tidak bisa membiarkan kejadian tadi terjadi lagi, atau sebagainya."

"Terserah kau!" Rania sudah malas berdebat dengan Erkan lagi.

******

Ditemapt lain, sebuah apartemen mewah milik seorang wanita yang berprofesi sebagai model. Siapa lagi, kalau bukan Liandra.

Maikel sedang berbaring di kasur dengan Liandra yang berada di atasnya.

"Owh. Lagi, lagi!!" Seru Maikel pada Liandra.

Liandra terus menggoyangkan p****tnya, ke atas dan ke bawah, bahkan semakin bertambahnya waktu semakin cepat pula Liandra menggoyang pusaka Maikel di dalamnya.

"Ah, ah, ah, ah," suara Liandra bagaikan lirik lagu dangdut yang di bawahkan mbak Elvi sukeisy 'Mandi madu'.

Tapi mereka bukanlah mandi madu, melainkan mandi keringat karena perbuatan mereka sendiri.

"Maikel, aku sudah tidak tahan!!" Seru Liandra dengan tergesa-gesa.

Maikel segera membalik posisi mereka, mengantikan pekerjaan Liandra, menggoyang dengan cepat milik Liandra.

Liandra yang sudah tidak tahan lagi, mwnyuruh Maikel untuk mempercepat ritmenya.

"Cepatlah Maikel. Aku su-sudah tidak tahan lagi." Ujar Liandra yang tengah terguncang.

"Sabarlah Lian, ini sebentar lagi!" Jawab Maikel dengan nafas yang tersengal-sengal.

Ritme semakin di percepat, hingga sesuatu rasanya ingin meledak dari inti keduanya.

"Lian... Aku mau keluar!" Ucap Maikel seperti sedang menahan sesuatu.

"Aku juga, lakukanlah!! Ah...."

De**han panjang di lontarkan oleh keduanya, pertanda mereka sudah mencapai puncaknya.

"Kau selalu nikmat, Lian." Ucap Maikel yang tubuhnya telah tertumpu di tubuh Liandra.

"Menyingkirlah Maikel. Kau berat sekali." Ucap Liandra mendorong tubuhnya.

"Tidak bisakah kau memberikanku pelukan setelah penyatuan kita. Kau seperti mengusirku saat ini." Ucap Maikel.

"Sudahlah Maikel. Jangan membuat moodku tidak bagus." Ujar Liandra dan segera berlalu ke kamar mandi.

Maikel selalu kesal setelah berhubungan dengan Liandra, karena setelah semua selesai kejadian seperti itu pasti akan terjadi.

Maikel bagai hanya pemuas nafsu bagi Liandra. Saat Liandra menginginkannya, Maikel selalu tidak bisa menolak. Tapi di saat Maikel yang menginginkannya, Liandra tidak akan mau jika dia ingin, bahkan jika Maikel akan meledak di depannya.

Karna dari itu serimg kali Maikel memaksa Rania jika hasratnya tidak di tuntaskan bersama Liandra, Rania akan menjadi tempat pelampiasannya.

Dan jika melakukannya bersama Rania, kerap kali Maikel menyebut nama Liandra.

******

Saat ini Rania, Erkan dan Gelora telah kembali dari taman bermain. Tapi bukan kembali ke kantor, melainkan ke mansion Erkan.

"Ayo, turun." Ajak Erkan.

Rania turun dari mobil memandang rumah besar di depannya. Namun ada pemandangan lain di depannya, wanita yang hampir seumurannya berdiri dengan mengenakan dres sebatas paha tanpa lengan bahkan dengan dandanan yang sangat menor.

.

.

.

.

By... By...

Terpopuler

Comments

Neneng cinta

Neneng cinta

heheheh...gelora lucunya...😘😘😘

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!