Orang kaya pelit

Erkan menjadi salah tingkah dengan permintaan putrinya. Masalahnya Erkan tidak mungkin mempraktekan cara yang pernah dilakukannya pada Gelora dan melakukannya lagi pada Rania.

"Emp!! Putri Deddy sini." Gelora tidak mau turun dari ranjang yang didudukinya.

"Deddy... Cepat! Mommy kesakitan." Ucap Gelora lagi.

Novi dan Rania tidak mengerti dengan apa yang di minta Oleh Gelora. Mereka hanya menunggu apa yang akan di lakukan oleh Presdir di perusahaan besar itu.

"Sayang, Gelora. Tidak bisa ya, obat itu hanya ampuh untuk Gelora tidak untuk Tante itu." Jelas Erkan.

"Wah, pelit sekali. Padahal aku sudah menyelamatkannya tapi obat pun tak mau di berikan. Huu... Dasar, orang kaya pelit!" Umpat Rania dalam hati sedangkan Novi hanya meneruskan pekerjaannya menjadi dokter sementara untuk Rania.

"Deddy, bukan tante. Mommy, Ded. Mommy. Ingat ya!!" Ucap Gelora.

"Haa!! Terserah kau saja." Jawab Erkan.

******

Di tempat lain, di sebuah cafe. Maikel sedang bertemu dengan Liandra.

"Maikel, kapan kau akan menceraikan istrimu?" Ucap Liandra saat mereka sedang makan berdua di ruang vvip.

"Sabar Liandra. Aku berjanji akan mendesak papi, agar secepatnya mengalihkan semua hartanya atas namaku. Setelah itu Rania akan kuceraikan." Maikel berpindah duduk di samping Liandra.

Liandra tahu apa yang inginkan Maikel, dengan segera dia berpindah ke pangkuan pria di sampingnya dan menempelkan bibirnya di bibirnya Maikel dan me**matnya dengan penuh ga*rah.

Decapan demi decapan terdengar merdu di telingah dua insan yang sedang memadu kasih di dalam ruang vvip yang tertutup itu.

Tanpa terasa beberapa menit mereka lewati dengan penuh ga*rah, hingga de**han pun keluar dari bibir Liandra.

"Kau selalu mengga*rahkan Lian!" Seru Maikel.

"Tentu, aku lebih segalanya dari istrimu!" Jawab Liandra.

"Ya! Aku bahkan tidak bergairah saat melihatnya. Di pikiranku hanya ada kau seorang."

Liandra tersenyum. "Cepatlah resmikan hubungan kita, agar tidak sembunyi-sembunyi lagi."

"Tentu, secepatnya." Maikel mengangguk menyatakan setuju.

******

Sementara Rania yang kini tengah berada dalam taksi merasa perutnya merasa sangat lapar. Semenjak pagi dia tidak sarapan dan hari sudah semakin siang, dia harus makan sekarang.

"Pak berhenti di restoran depan," pinta Rania pada supir taksi.

Taksi berhenti di depan sebuah restoran seafood dan Rania turun dari taksi dan memasuki restoran yang sama di dalamnya berada Maikel dan Liandra.

"Pelayan," panggil Rania sambil membukabuku menu. "Aku pesan ini dan ini, minumnya lemon tea saja." Ujar Rania pada pelayan.

"Baik! Ditunggu ya." Jawab pelayan.

Rania mengelus lututnya yang masih terasa perih. Sambil menunggu pesanannya datang Rania mengeluarkan ponsel dari tasnya.

Tanpa sengaja Rania melihat bayangan Maikel dari pantulan kaca di depannya, dengan segera Rania memalingkan wajahnya dan mendapati Maikel yang berjalan beriringan dengan Liandra.

"Maikel tak akan pernah berubah." Gumam Rania. Hati Rania kini sudah beku, sudah sering kali dia melihat hal semacam itu bahkan Maikel tak segan-segan menunjukan kemesraan mereka di depan Rania jika di tempat tertutup.

Rania membiarkan saja pasangan pria dan wanita itu pergi, dia tetap menunggu makanannya datang. "Kau akan menyesal Maikel. Lihat saja."

******

"Deddy, kapan Mommy akan tinggal bersama kita?" Kini Erkan dan Gelora berada dalam mobil menelusuri jalan pulang.

"Bersabarlah! Tidak lama lagi mommy akan tinggal bersama kita."

Gelora menganggukan kepalanya, "aku yakin. Deddy tidak pernah berbohong!" Seru Gelora.

Erkan melajukan terus mobil yang di kendarainya kembali ke mansionnya.

******

Rania memasuki pintu pintu utama rumah mereka. Baru beberapa langkah saja dia menyusuri rumah itu kini Rania sudah dihadang dengan pertanyaan.

"Dari mana saja, kamu?" Suara seorang pria yang menggelegar di telinga Rania.

"Kamu bertanya padaku?" Ucap Rania ketus.

"Hei, yang sopan kamu sama suami. Apa kamu tidak di ajari sopan santun oleh orang tuamu?" Selah Mella, ibu mertua Rania.

"Jangan bawah-bawah orang tuaku." Pekik Rania tanpa rasa takut. "Dan tentang sopan santun sebaiknya Maikel yang di ajari sopan santun, bukan aku."

"Lancang kamu!" Mella hendak menampar Rania tapi dengan sigap Rania menangkap tangannya.

"Rania," bentak Maikel.

Plaak

.

.

.

.

Apa tuh bunyi ya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!