"Pria itu..." gumam Maikel.
******
Di perusahaan Dimatracorps, Erkan sedang sibuk mengajari Rania persoalan pertemuan yang di adakannya sendiri dengan maksud tertentu.
Dari mengajari gaya bicara, gaya berjalan dan gaya-gaya yang lainnya, padahal itu bukan bentuk dari pekerjaan yang akan di lakukan Rania. Erkan hanya meminta Rania duduk manis di dalam ruangan yang nanti akan mereka kunjungi, dan menjaga barang-barang yang akan di bawahnya nanti.
"Tuan, apa ini juga perlu? Gaya berjalan, memangnya berpengaruh?" Tanya Rania yang sebenarnya sudah mulai capek.
"Tentu saja, Rania. Itu sangat penting! Angkat kepalamu Rania, seorang is... sekertaris. Ya, sekertarisku itu harus berjalan dengan menegakan kepalanya, jangan menunduk." Jelas Erkan.
Dengan berat hati, Rania kembali mengatur langkahnya di depan Erkan. Sudah seperti model saja, yang berjalan bolak-balik di tempat.
"Ya, seperti itu. Satu kali lagi, dan kau boleh istirahat." Ucap Erkan.
"Huuf" Rania terduduk lemas di kursinya. Kakinya sangat letih sudah satu jam dia berlenggak-lenggok di depan Erkan, hingga betisnya terasa nyut-nyut.
"Masih ada dua jam lagi untuk pertemuan nanti. Kita keluar untuk mencari pakaian!" Ucap Erkan segera beranjak dari kursinya.
"Sekarang, Tuan?" Rania melebarkan matanya, jika benar betisnya akan besar dalam beberapa jam saja.
"Sekarang Rania. Ayo, waktu kita tidak banyak!"
"Kenapa aku merasa seperti kerja rodi?" Gerutu Rania yang terdengar seperti bisikan oleh Erkan.
"Jangan menggerutu. Cepat jalan!" Rania hanya dapat mengikuti langkah Erkan dengan malas.
******
Erkan dan Rania sampai di sebuah butik terkenal di negara ini. Erkan turun dan di susul juga dengan Rania, mereka masuk bersama ke dalam butik.
Dengan cekatan Erkan memilih beberapa pakaian wanita hingga Rania terheran-heran melihatnya. "Kenapa pakaian wanita?" Batin Rania.
"Masuk ke kamar ganti, dan coba pakaian ini." Pinta Erkan.
"Saya, Tuan?" Tanya Rania meyakinkan.
"Iya. Memang ada siapa lagi di sini selain kamu!" Rania memalingkan wajahnya melihat ke sisi lain, ada orang tapi jauh dari mereka.
Dengan Segera Rania berlari ke dalam kamar ganti yang tersedia di dalam butik. Sepasang pakaian atasan dan bawahan, satu buah blous tanpa lengan, warna putih dengan belahan dada yang sedikit terbuka dan celana panjang bahan lembut berwarna coklat muda sangat cocok di paduhkan dengan warna kulit Rania yang cerah.
Tapi Rania kurang nyaman dengan blous yang di pakainya, belahan dadanya terlalu turun menurutnya. Dengan menutup sebagian dadanya Rania membuka hendel pintu dan berjalan keluar.
"Tuan!" Panggil Rania pelan.
Erkan membalikan badannya mendengar suara yang memanggil namanya. Wow. Itulah yang ada di pikiran Erkan saat ini.
Rania memang tidak terlalu memusingkan gaya berpakaian dan dandanannya, hingga di terlihat biasa saja walau memiliki wajah yang cantik.
"Tuan, saya boleh menggantinya lagi?" Tanya Rania menunduk malu.
"Kenapa kau menundukan kepalamu. Angkat!" Pinta Erkan. Rania mengangkat kepalanya tegak dan membuat Erkan menyunggingkan senyuman. "Ayo, kita pergi sekarang."
"Tapi, Tuan. Saya belum mengganti pakaian ini. Saya ganti dulu, Tuan." Ujar Rania.
Dengan cepat Erkan meraih jemari Rania dan membawahnya ke kasir. "Tidak perlu. Seperti ini terlihat lebih baik."
Erkan membayar pakaian yang telah di pakai Rania dan beberapa yang dipilihnya di masukan ke dalam paperbag.
"Tuan, saya risih dengan pakaian ini." Ungkap Rania di dalam mobil.
"Pakaian itu cocok untukmu. Terlihat anggun dan seksi." Ucap Erkan dengan tersenyum.
"Seksi. Astaga, Tuan. Blous ini terlalu terbuka belahannya." Bantah Rania. "Anda tidak bermaksud menjualku 'kan?" Lanjut Rania.
"Apa aku terlihat seperti kekurangan uang? Hingga harus menjualmu."
"Ya, tidak. Saya hanya tidak nyaman saja." Jawab Rania.
"Kau harus tau! Kau itu cantik, hanya perlu sedikit di beri pernak pernik." Ucap Erkan sambil menyetir.
Rania hanya diam, memandang wajahnya di spion. "Benar, selama ini aku tidak pernah memperhatikan penampilanku." Batin Rania membenarkan ucapan Erkan padanya.
Erkan menghentikan mobilnya di depan sebuah salon langganannya. "Turun," Pinta Erkan.
Erkan membawah Rania masuk ke dalam salon. Setelah masuk mereka telah di sambut oleh seorang wanita gadungan.
"Kau tau apa yang harus kau lakukan. Kerjakan sekarang waktuku tinggal satu ham lagi." Pinta Erkan.
"Siap, bos. Eke, akan membuat wow wanita ini." Ucap wanita gadungan itu.
Rania segera di bawah ke depan kaca besar untuk di rias. Rania hanya bisa diam tanpa bisa membantah lagi. Dia hanya mengikuti perintah atasannya saja.
.
.
.
.
By... By...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Amilia Indriyanti
wong lanang ko ngriwes koyo banci
2023-08-01
0
Umi Salsabilla
Astagaaa ,, pebinor sedang beraksi 😅
2023-06-27
0
Inna Sabrinna
Pengen tertawa ajahh 🫣🤣🤣🤣
2023-05-20
0