Lowongan kerja

"Rania," bentak Maikel.

Plaak

Wajah Rania memerah, saat sebuah tamparan terasa di pipinya. Terasa panas dan perih, namun tak seperih hatinya sekarang.

"Kamu akan menyesal Maikel."

Rania berlari memasuki kamar yang di tempatinya bersama Maikel, namun bukan untuk tinggal di kamar itu. Dia mengepak semua pakaiannya dan seluru perlengkapan make upnya di meja rias.

"Mau kemana kamu, Rania?" Tanya Maikel.

"Aku mau pisah kamar. Aku tidak sudih lagi sekamar denganmu!" Ketus Rania.

"Jangan macam-macam kamu Rania. Tidak bisa! Papi akan pulang 3 hari lagi, kamu harus tetap di sini." Ujar Maikel.

"Tidak! Biar papi tahu sekalian sifat kamu yang sebenarnya."

Maikel menarik lengan Rania agar tak pergi dari kamar itu, namun Rania terus memberontak.

"lepasin!" Pekik Rania.

"Tidak, kamu harus tinggal di sini." Ucap Maikel ketus.

"Lepasin, atau aku akan memberi tahu hubunganmu dengan Liandra!" Ancam Rania, saat ini hanya itu yang terpikir olehnya agar Maikel tak berani macam-macam padanya.

"Coba saja! Jika kamu punya buktinya, aku tidak akan menyangkal." Tantang Maikel.

"Aku punya bukti. Kau pikir aku bodoh yang selama ini hanya menerima sikapmu." Maikel segera melepas cengkramannya di lengan Rania.

Maikel terdiam, saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan sampai bukti yang di miliki Rania sampai di tangan papinya, dia bisa di tendang dari keluarganya jika itu sampai terjadi.

Rania keluar dari kamar itu, meninggalkan Maikel sendiri dalam kamar itu. Rania berpindah kamar di kamar tamu, saat ini hanya itu yang bisa dilakukannya.

*****

Keesokan harinya, Rania yang sedang duduk di balkon kamar memandang ke arah luar dengan menyandarkan kepalanya di kursi, menikmati indahnya pemandangan, namun di kejutkan oleh bunyi ponselnya sendiri.

Rania melihat layar ponselnya dan tertera nama Novi di sana.

"Halo" Jawab Rania.

"Halo, Ra. Kamu mau kerja nggak?" Tanya Novi cepat.

"Ya, maulah. Kerja di mana?"

"Di kantor ku. Sekarang lagi buka lowongan, kamu mau?" Tanya Novi lagi meyakinkan dirinya.

"Kerjanya apa? Sebagai apa?" Rania mengerutkan keningnya padahal kemarin tidak ada info apa-apa di sana mengenai lowongan.

"Sebagai sekertaris!" Seru Novi. "Ini kesempatan bagus, Ra. Kalau kamu mau, siapa tau aja di trima." Lanjut Novi.

"Masa sih. Kemarin 'kan nggak ada info apa-apa, masa sekarang mendadak."

"Aduh! Bisa ketahuan Rania nih." Batin Novi. "Iya. Sekertarisnya mendadak masuk rumah sakit dan pekerjaan lagi banyak banget, jadi bos butuh sekertaris secepatnya." Bohong Novi.

Padahal yang sebenarnya, Erkan yang telah meminta Novi mengajak Rania bekerja di sana dan kebetulan juga Rania yang ingin mencari pekerjaan.

"Oklah. Terus aku harus bagaimana?" Rania menerima tawaran Novi, karena bosan juga di rumah tanpa melakukan sesuatu.

"Ok. Kalau begitu. Kamu langsung datang aja ke kantor, bawah berkas kamu untuk interview. Eh, jangan lupa pake pakaian formal." Ucap Novi lalu menutup panggilannya.

"Orang ini, main tutup aja." Gerutu Rania. "Sudahlah! Sekarang siap-siap saja."

Sedangkan yang di sebrang sana, Novi sedang mengelus dadanya pelan. Karena takut ketahuan oleh Rania.

******

Saat ini Rania sudah sampai di perusahaan Dimatracorp. Rania meyakinkan langkahnya untuk masuk ke dalam perusahaan itu.

"Siang" sapa Rania pada resepsionis.

"Siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis wanita itu pada Rania.

"Saya mau mengantar lamaran," jawab Rania.

"Tapi...." Belum sempat tesepsionis itu menyelesaikan kata-katanya namun di sudah di selah oleh Novi yang tiba-tiba datang.

"Rania. Ayo, ikut aku. Interviewnya di atas." Novi segera menarik Rania untuk ikut dengannya menaiki lift.

Sebelumnya Erkan telah menelvon Novi agar menjemput Rania yang akan menuju meja resepsionis. Erkan tahu cctv yang di pantaunya sejak tadi, jika Rania akan bertanya pada resepsionis itu, yang sebenarnya tak tahu apa-apa tentang lowongan kerja yang direncanakannya dengan bantuan Novi.

"Kamu kenapa sih?" Rania bingung dengan sikap sahabatnya yang tak biasa itu.

"Kenapa, apanya? Aku baik-baik saja. Jangan-jangan kamu lagi yang sakit! Orang mau di bantuin cari kerja, jadi kenapa-kanapa!" Ucapan yang tak masuk akal menurut Rania.

"Kamu kayak aneh, sih. Aku pikir kamu lagi dapet, makannya aneh." Ujar Rania.

"Bukan aku yang dapet, tapi kamu!" Seru Novi keceplosan.

"Dapet apa, sih. Aku tuh baru minggu kemarin datang bulan, masa skarang udah lagi." Ujar Rania lalu melihat bagian belakang tubunya.

Syukurlah, Rania tak menangkap makaud dari perkataannya tadi. Batin Novi.

"Udah ah! Ini ruangannya, kamu masuk aja. Kasih berkasnya sama orang yang di dalam itu. Aku tinggal dulu, yah!" Novi segera melangkah meninggalkan Rania yang masih berdiri di depan pintu.

.

.

.

.

By... By...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!