Maikel menatap Rania tajam, seperti mempertanyakan maksud dari Erkan. "Pulang sekarang!!" Seru Maikel pada Rania.
Rania melihat tatapan yang tak mengenakan dari suaminya kemudian beranjak dari kursi mengikuti langkah sang suami yang akan kembali ke rumah mereka. Rumah yang bagai neraka untuk Rania, tidak ada kebahagiaan di rumah itu. Apalagi saat Rania di tuduh mandul oleh sang ibu mertua.
Di dalam mobil tak cakap antara kedua pasangan suami istri itu, keduanya hanya diam tanpa sepata kata pun.
******
Di tempat lain, Erkan pun telah kembali ke mansionnya. Dia menaiki anak tangga menuju kamarnya sendiri, namun sebelum tidur Erkan mempunyai kebiasaan yang mengharuskan dia untuk mengecup sang putri sebelum terus menuju kamarnya.
Kamar Gelora berada di samping kamar Erkan. Dia akan mampir untuk mengecup wanita cilik itu sebelum melanjutkan ke kamarnya sendiri.
Klek
Suara hendel pintu yang terbuka. Dilihatnya sang wanita cilik yang yelah terlelap di kasur seorang diri. Dia masuk menuju sisi ranjang sang putri kecil yang selama ini menjadi penyemangatnya. Di usapnya kepala putri semata wayang itu lalu mengecupnya.
"Kau akan segera mempunyai mommy, sayang! Bersabarlah. Deddy tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, wanita itu akan menjadi mommymu!" Seru Erkan dalam gumamannya.
"Benarkah, Deddy?" Pelukan hangat di berikan Gelora pada Deddynya.
"Haa! Peri kecilku tidak tidur?" Kaget Erkan saat Gelora membuka suara.
"Hihihi! Deddy, aku bertanya padamu. Sungguhkah, aku akan punya mommy?" Tanya Gelora antusias.
Dengan anggukan Erkan sekaligus menjawab pertanyaan putrinya, "tentu saja, sayang! Deddy tidak pernah berbohong padamu."
Kecupan bertubi-tubi di berikan Gelora saking bahagianya karena di janjikan mommy oleh Erkan, hingga wanita cilik itu kini sudah berada di atas tubuh sang Deddy.
"Hore... Deddy benar! Deddy tak pernah bohong." Seru gadis yang berusia hampir 6 tahun itu.
"Baiklah! Kau harus tidur sekarang. Agar mommy cepat datang." Ujar Erkan.
"Tentu saja! Aku tidak akan nakal sampai mommy datang ke rumah." Ucap Gelora dengan semangat.
Erkan menganggukan kepalanya dan menidurkan sang anak di ranjangnya. Dia menunggu hingga putrinya terlelap setelah itu kembali menuju ke kamarnya.
******
Sementara di tempat Maikel dan Rania sudah sampai dan berada dalam kamar mereka, Maikel tak henti-hentinya memaki pada Rania. Dia berpikir mungkin saja Rania menjelek-jelekannya di hadapan Erkan sewaktu dia tidak ada, bahkan dia pun berpikir jika Rania menggoda Erkan saat itu.
"Dasar ja**ng! Kau sungguh tidak tahu diri. Apa kau menggoda Erkan saat aku tidak ada? Lalu kau menjelekanku padanya!" Pekik Maikel.
"Astaga, Mas. Tidak ada yang seperti itu. Aku bahkan mengusirnya saat duduk di meja kita." Bantah Rania.
"Meja kita? Haa!! Ingat, itu mejamu sendiri. Bukan meja kita."
"Tega kamu, Mas. Apa kau pikir aku tidak tahu, kau bersama siapa di sana! Lalu kau ingin menuangkan segala kesalahanmu padaku." Air mata Rania tak dapat dibendung lagi, jatuh menetes dan membasahi pipinya.
"Jadi kau mau bilang, jika itu semua salahku! Kau yang menggoda Erkan dan kau mengatakan aku yang salah." Rania tak lagi membantah, kini dia dudul di tepi ranjang menuangkan segala kekesalannya." Apa yang cari dari laki-laki itu Rania. Apa kau haus akan belaian laki-laki lain?" Kini Maikel telah mengcengkram dagu Rania dengan ketat.
"Mas! Jangan lancang kamu." Suara rania menggelegar di ruangan tertutup itu.
"Lalu apa? Untuk apa kau mengoda Erkan, jika bukan karna ja**ng sepertimu yang haus akan sentuhan pria-pria seperti kami!" Rania sungguh merasa terhina akan kata-kata suaminya, dia tak dapat membantah lagi. Hanya air mata yang bisa menkawab kebungkamannya
"Diamnya dirimu, mengartikan itu benar Rania. Jika kau memang membutuhkan belaian aku akan memberikannya." Lanjut Maikel yang sudah lepas kendali karena emosinya.
"Jangan mendekat, Mas! Aku tidak mau." Ucap Rania mencoba menghindar dari serangan Maikel.
"Apanya yang tidak mau? Akan ku berikan apa yang kau cari!" Dengan segera Maikel menangkap Rania dan membantingnya di atas kasur.
"Aku membencimu, Mas! Aku membencimu." Hanya itu kata-kata yang dapat di ucapkan Rania dengan airmata yang tak henti-hentinya mengalir.
.
.
.
.
By... By...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Shuhairi Nafsir
Thor jangan biarkan kesucian Rania diragut. oleh suaminya.
2023-03-18
0
Nurlaela
jangan lemah Rania...
2023-02-04
0