Ibunya Sean diam mendengar persyaratan yang di ajukan oleh tuan White. Sementara Angel terlihat syok dengan persyaratan di ajukan oleh ayahnya dan menatap ibunya Sean.
“Ayah... apa yang ayah bicarakan ?”ucap gadis itu menanggapi perkataan ayahnya.
Lelaki itu hanya menatap Angel saja dan tidak menanggapi ucapannya. Dia kemudian beralih menatap Marion.
“Bagaimana nyonya, apa anda setuju dengan syarat ku ?”ucap lelaki itu mengulangi pertanyaannya.
Marion terlihat diam dan berpikir, baginya sebenarnya calon istri Sean bukanlah sembarang wanita. Namun dia tahu jika putranya itu sebelumnya pernah menjalin hubungan dengan gadis dan sampai menikah.
Satu hal yang disayangkan, dia belum melihat seperti apa rupa istri Sean. Dia juga tidak tahu apakah Sean masih mencintai gadis itu, juga hubungan mereka setelah kecelakaan yang hampir merenggut nyawa putranya.
“Selama akta pernikahan mereka masih di tangan ku dan belum didaftarkan di sini, maka status pernikahan mereka belumlah resmi.”batin Marion melihat peristiwa ke belakang yang sudah terjadi.
Marion kembali menatap Angel dan mengamatinya.
“Gadis ini cantik dan sepertinya dia bukan orang biasa juga. Tapi aku tidak yakin jika Sean mau menerimanya.” batin wanita itu yang tahu bagaimana karakter putranya.
“Tapi jika aku tidak menyetujui persyaratannya maka Sean akan selamanya buta. Apa sebaiknya aku terima saja persyaratannya dulu dan mengenai Perjodohan ini aku akan membicarakannya pelan-pelan nanti dengan Sean.”batin Marion kembali memikirkan kondisi Sean yang harus segera pulih seperti sedia kala.
“Ehm...tuan White...baiklah aku menyetujui persyaratan darimu. Namun tolong dimengerti aku tak bisa mengajak putraku kemari untuk menemui. Tapi bisa Aku pastikan perjodohan ini akan tetap berlangsung.”jawab Marion terserah lama terdiam dan akhirnya mengambil keputusan.
Tuan White terlihat tersenyum dengan jawaban yang diberikan oleh Marion dan merasa lega karenanya.
“Apa sebenarnya yang dipikirkan oleh Ayah ? Kenapa memutuskannya sendiri dan tak bertanya padaku terlebih dulu ?”batin Angel merasa kesal dengan perjanjian sepihak ayahnya itu.
“Nyonya marion jika begitu aku akan segera mendonorkan mataku secepatnya.”ucap tuan White menjelaskan jika kondisi kesehatannya memburuk dan hanya perlu menghitung hari saja dan menurut firasatnya itu tak sampai dengan seminggu.
Ayahnya Angel terlihat melakukan obrolan serius dengan Marion, sementara Angel hanya bisa diam dan mendengarkan saja obrolan mereka tanpa bisa berbuat apapun. Di satu sisi dia kesal dengan tindakan ayahnya yang seenaknya sendiri. Di lain sisi dia juga ingin membuat ayahnya itu tersenyum dalam hari terakhirnya di dunia ini.
“Baik tuan White... terimakasih atas kebaikannya sudah mau mendonorkan mata untuk putraku. Aku akan kembali sekarang.”ucap Marion tersenyum lebar dan berpamitan pada lelaki itu juga pada putrinya.
“Sama-sama Nyonya Marion. Aku juga berterima kasih padamu karena kau mau menerima perjodohan ini.”jawab lelaki itu membalas senyuman Marion.
Ibunya Sean kemudian keluar dari rumah sakit dan masuk ke mobilnya ke rumah.
Setelah kepulangan Marion, Angel menghampiri ayahnya dan menjebak mengajaknya bicara baik-baik.
“Ayah...menurut ku Ayah melakukan hal yang konyol sekali. Jika memang ingin mendonorkan mata aku tidak masalah tapi jangan lanjutkan perjodohan ini. Ayah tahu, Aku tidak suka dengan Perjodohan ada lagi aku bisa mencari sendiri lelaki yang ku suka.”ucap gadis itu panjang lebar meluapkan semua keluh kesahnya dan tidak menyetujui perjodohan yang dibuat oleh ayahnya itu.
“Angel... aku tahu kok bisa mendapatkan lelaki seperti apapun untukmu tapi nyatanya sampai saat ini kau tetap tidak mempunyai pasangan dan mungkin saja kau cocok dengan putra dari Nyonya tadi, siapa yang tahu ?”jawab tuan White bersikeras pada pendiriannya dan menurutnya itu terbaik yang dia lakukan untuk kebaikan putrinya.
Angel pun tak ingin berdebat dengan ayahnya dan tak ingin membuat lelaki itu berpikir sehingga menyebabkan kesehatannya memburuk.
“Mungkin aku terima saja dulu, nanti setelah ayah tiada aku bisa membatalkannya.”batin Angel menarik nafas panjang dan berat.
Beberapa saat kemudian Marion tiba di rumah. Dia segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat menuju ke kamar Sean.
Di dalam kamar, Sean yang sedang merebahkan diri di tempat tidur segera duduk setelah mendengar dalam langkah kaki yang dihafalnya masuk ke kamarnya.
“Ibu... ada apa ibu terburu-buru menemui ku ?”ucap Sean saat suara langkah kaki itu berhenti tepat di depannya.
Marion dengan segera memeluk Sean dari samping.
“Akhirnya... setelah lama menunggu akhirnya kau akan segera melihat sebentar lagi.”ucap wanita itu melepas pelukannya kemudian menyentuh pipi Sean.
Sean tersenyum lebar mendengar perkataan ibunya barusan.
“Ibu...apakah itu artinya sudah ada seseorang yang mau mendonorkan mata untukku ?”tanyanya tak percaya.
“Ya... dalam waktu dekat kau akan segera mendapatkan donor mata dan penglihatan mu akan kembali. Maka kau bisa beraktivitas dan bekerja lagi seperti sedia kala.”jawab Marion menjelaskan dan merasa senang melihat senyum Sean.
Sean memeluk ibunya, dan dia merasa bersyukur sekali Setelah lama menanti akhirnya dia akan bisa melihat kembali dan tentunya yang terpenting dia bisa melihat Alexa lagi.
“Ibu... siapa orang yang menjadi pendonor mataku ?”ucap Sean lalu melepas pelukan pada ibunya.
Marion seketika terdiam mendengar pertanyaan dari Sean, dan berada dalam kondisi dilema apakah dia harus menceritakan yang sebenarnya atau tidak.
“Sean pendonor mu seorang lelaki, tuan White. Dia saat ini sedang sakit keras dan dia bersedia memberikan retina matanya padamu tanpa aku perlu memberikan biaya sebagai gantinya.”balasnya tanpa menjelaskan ada persyaratan di balik semua itu.
“Ibu... antarkan aku menemui tuan White, aku ingin berterima kasih padanya.”balas Sean penasaran dengan sosok anak yang baik hati itu.
“Kondisi mu masih seperti ini, sebaiknya kau tidak menemuinya dulu. Cukup Ibu saja yang bertemu dengannya ataupun berterima kasih padanya.”balas wanita itu melarang Sean bertemu secara langsung karena dia takut lelaki itu mungkin akan menceritakan syaratnya pada Sean, dan putranya akan menolak donor mata darinya.
Marion kemudian berdiri dan dia tak ingin berlama-lama berada di kamar Sean, sebelum dia mendapatkan banyak pertanyaan seputar pendonor matanya.
“Sean.... beristirahatlah kembali Ibu masih banyak urusan yang harus diselesaikan.”ucap Marion.
Sean kembali berbaring tidur setelah ibunya keluar dari kamarnya.
Di sebuah ruangan, terlihat Marion duduk dan mengeluarkan ponselnya, sedang berbicara dengan seseorang.
“Dokter... aku sudah mendapatkan donor mata untuk putra ku. Kapan kira-kira Sean akan di operasi ?”ucap Marion di telepon.
“Secepatnya nyonya, jika pendonor mata sudah siap maka aku akan segera menanganinya.”jawab dokter di telepon.
Marion segera menutup ponselnya setelah panggilan mereka berakhir. Dia kemudian melakukan panggilan telepon lain dan memberi kabar pada suaminya yang berada di Jerman jika sebentar lagi Sean akan menjalani operasi cangkok mata.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
juru kunci
Lanjut ka semakin seru
2023-01-15
0
agen hijau
Si ayah ini mengambil kesempatan dalam kesempitan Apakah dia pantas disebut sebagai orang tua juga membantu dengan niat yang tidak ikhlas dan ada pamrihnya
2023-01-15
0