Suatu hari di rumah Sean, terlihat lelaki itu duduk di tempat tidurnya. Meskipun tak bisa melihat, dia bisa merasakan sesuatu dengan tangannya.
“Aku haus...”gumam Sean sambil menyentuh lehernya.
Di meja Sean sudah tersedia semua yang diperlukan oleh lelaki itu yang sudah disiapkan oleh pelayan di rumahnya.
Namun meskipun begitu Sean tak mau menyuruh klien yang ada di rumah untuk membantunya kecuali jika dia tak bisa melakukannya sendiri.
Sean berdiri dan berjalan dengan tertatih karena kakinya belum sembuh total. Dia berjalan dengan menyentuh dinding kemudian menghitung langkah kakinya.
“Cuur...”Sean berhasil menemukan dispenser dan gelas di meja lalu menekan tombol pada dispenser untuk mengalirkan airnya.
Meskipun lelaki itu tak meminta bantuan tapi pelayanan yang ada di sana tetap berjaga di kamar atau di sekitarnya dan selalu siap kapan saja di saat lelaki itu memanggilnya atau membutuhkannya.
“tap... tap... tap...”Sean berjalan pelan sambil menghitung langkah kakinya menuju ke tempat tidurnya.
Sean duduk sambil mengambil tongkat yang ada di dekatnya dan menaruhnya ke dekat dinding supaya tidak mengganggu langkah kakinya di saat nanti berjalan kembali.
“tap... tap... tap...”seorang pelayan lain berjalan masuk ke ruangan Sean.
“Ya ada apa ?”ucap Sean saat melayani itu berhenti di depannya.
“Tuan... tiga puluh menit lagi waktunya terapi dan nyonya Marion memintaku untuk memberi tahu tuan.”ucap pelayan itu menyampaikan perintah nyonya nya.
“Baik... aku akan bersiap sekarang. Ambilkan celana hitam dan kemeja berwarna ungu di lemari sekarang.”jawab Sean menatap pelayan dengan tepat meskipun dia tak bisa melihatnya.
“Baik tuan.”jawab pelayan.
Pelayanan lelaki itu kemudian menuju ke lemari baju, mengambilkan baju dan celana sesuai dengan permintaan Sean.
“Ini tuan baju dan celananya.”ucap pelayan tadi membawa baju dan celana Sean.
Sean segera berdiri dan pelayan lelaki itu melepas baju dan memakaikannya dengan baju yang barusan diambil dari lemari.
“Parfum...”ucap Sean setelah selesai berganti baju.
“Baik tuan.”jawab pelayan tadi singkat.
Pelayan mengambil satu botol parfum yang ada di meja dan menyerahkannya pada Sean.
“Ini sudah, tolong kembalikan lagi ke tempatnya.”ucap Sean setelah selesai menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya dan menyerahkan parfum itu pada pelayannya.
Tiga puluh menit kemudian dengar suara langkah kaki kembali masuk ke kamarnya. Sejak penglihatannya hilang, Sean mencoba menghafal langkah kaki setiap orang yang ada di rumah nya.
“Ibu...”ucap Sean segera berdiri dan yakin suara berdecit itu adalah heels milik ibunya.
“Sean ayo kita berangkat ke rumah sakit sekarang untuk menjalani terapi agar kakimu segera sembuh.”jawab wanita itu kembali berjalan dan berhenti di samping Sean.
“Ya ibu.”jawab Sean merentangkan tangannya dan merangkul bau ibunya dengan erat.
Marion berjalan dengan pelan dan sabar menuntun satu-satunya putranya berjalan keluar kamar menuju ke depan rumah.
“Nyonya kruk milik tuan Sean ketinggalan.”ucap seorang pelayan yang ada di ruangan menggambarkan grup dan menyerahkannya pada ibunya Sean.
“Tak perlu... ada ibu yang membantuku berjalan. Selain itu aku juga ingin lepas dari alat bantu itu agar bisa segera berjalan normal kembali.”jawab Sean menolak, sehingga pelayan tadi menaruh kembali kruk milik Sean.
Setibanya di depan rumah, ada sebuah mobil yang sudah siap sudah dari tadi menunggu.
“klak...”driver turun dari mobil dan membukakan pintu mobil. Dia juga membantu Sean masuk dan duduk di kursi belakang.
Sedangkan ibunya Sean masih ada di luar mobil dan terlihat berbicara dengan orangnya.
“Bagaimana apakah sudah ada kabar dari iklan yang terpasang di media cetak tentang pendonor mata ?”tanya Marion pada seorang lelaki berbaju serba hitam.
“Belum nyonya hingga saat ini belum ada seseorang yang menghubungi untuk menjadi pendonor mata.”jawab lah lagi tadi menjelaskan.
Marion terlihat menarik nafas dengan berat karena berbagai upaya dan cara sudah dia tempuh untuk mencari pendonor mata tapi kenapa rasanya sulit sekali menemukan pendonor mata untuk Sean.
“Apa mungkin aku perlu membuat selebaran dan memasangnya di tempat umum ?”batin wanita itu mengira dan berpikir jika iklan yang dipasangnya di media cetak belum mengenal ke semua dan diperlukan tindakan lainnya.
“Coba kau buat pamflet, brosur atau sejenisnya lalu pasang di tempat keramaian atau bagikan kepada siapa saja yang lewat.”ucap wanita itu dengan putus asa karena sudah melakukan berbagai upaya dan belum membuahkan hasil juga.
“Baik nyonya Marion.”jawab lelaki tadi.
Marion kemudian masuk ke mobil dan duduk di samping Sean. Dia melihat putranya itu sambil menarik nafas panjang dan berat karena merasa iba dengan kondisi Sean yang berubah drastis.
Mobil kemudian meluncur menuju ke rumah sakit tempat Sean menjalani terapi.
Selama empat tahun ini Sean tidak pergi ke kantor semenjak dia koma selama dua tahun, dan dia sama sekali tak mengetahui bagaimana kondisi perusahaanya saat ini. Bahkan dia pun tak tahu jika ibunya merahasiakan sakitnya itu dari seluruh pekerja perusahaannya demi keselamatan Sean, dan menyampaikan pada mereka semua jika Sean sedang bertugas di Jerman.
“Ibu... bagaimana perusahaan saat ini ?”ucap Sean di tengah jalan.
“Kau tak perlu memikirkan perusahaan, untuk saat ini yang terpenting adalah kesehatan mu. Kau harus cepat boleh agar bisa segera kembali bekerja karena ibu harus segera kembali ke Jerman.”balas wanita itu menjelaskan dan juga menyemangati Sean.
Tak lama kemudian mobil tiba di rumah sakit. Sean berjalan dibantu oleh ibunya masuk ke rumah sakit dan menjalani fisioterapi yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir ini.
Di ruang terapi Sean mencoba merangsang kakinya untuk bisa berfungsi dengan normal. Dia berdiri di dinding dengan pegangan besi dan berjalan pelan.
“Alexa... tunggu aku. Sebentar lagi jika aku sudah bisa berjalan dan bisa kembali melihat, aku akan menjemput mu.”batin Sean bersemangat menjalani terapi. Bahkan dia pelan-pelan melepaskan tangannya dari pegangan besi dan berjalan sambil merentangkan kedua tangannya dan terus berjalan meskipun dia menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Di lain tempat utusan Marion bergerak dengan cepat dan kini terlihat mereka menyebar membagikan browser pada orang-orang yang lewat di jalanan. Dan sebagian dari mereka memasang pengumuman Itu di dinding dinding jalanan juga di pepohonan dan di tempat umum lainnya.
“Donor mata dan pendonornya akan mendapatkan $ 3000 ?”ucap seorang gadis membaca pamflet yang dipasang di dinding jalanan. Namun sayang sekali meskipun hadiahnya sangat menggiurkan baginya namun tak mungkin baginya untuk menukar mata berharganya dengan sejumlah uang.
“Semoga dalam waktu dekat ini akan ada pendonor mata. Kasihan tuan Sean.”gumam lelaki yang merupakan utusan dari ibunya Sean berjalan keluar dari tengah keramaian setelah selesai membagikan pamflet dan brosur pada orang-orang di sana.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Tasya
Bagus kak kasihan si Sean kok kecelakaannya parah sekali
2023-01-15
0
cupcake manis
Ayo Sean yang semangat menjalani terapinya agar kamu bisa kembali pulih seperti sediakala dan mencari Alexa
2023-01-15
0