Satu bulan berlalu dan setelah menjalani terapi selama dua tahun lebih, akhirnya Sean benar-benar bisa berjalan dengan sempurna seperti sedia kala.
Di suatu pagi setelah satu hari sebelumnya menjalani terapi di rumah sakit, Sean berada di kamarnya dan dia merasa bosan seharian berada di sana terus menerus.
“Aku ingin berjalan keluar dan menghirup udara segar.”ucap Sean kemudian berdiri dari tempat tidur dan menampakkan kakinya di lantai tanpa menggunakan bantuan apapun.
“Tuan kruk Anda.”ucap seorang pelayan yang ada di ruangan itu dan segera mengambilkan kruk lalu menyerahkannya pada Sean.
“Tidak... aku tidak mau memakai kruk lagi. Simpan saja alat itu mulai besok aku tak akan memakainya lagi.”balas Sean menolak tak mau menerimanya sama sekali.
Pelayan tadi menaruh kembali kruk ke tempatnya dan mengulurkan tangannya untuk pegangan Sean saat dia berjalan.
“Tuan mari ku bantu anda berjalan keluar.”ucap apa yang tadi menawarkan bantuan.
Sean merasa kakinya saat ini tidak terasa berat seperti biasanya. Bahkan dia merasa seperti memiliki kaki baru yang terasa ringan.
“Tidak perlu membantu ku. Aku ingin mencoba berjalan sendiri tanpa bantuan.”jawab Sean kembali menolak tawaran bantuan dari pelayannya.
“Tapi tuan, kondisi anda belum sepenuhnya pulih.”ucap pelayan tadi mengkhawatirkan kondisi Sean.
“Kau berjalan saja di sampingku jika memang aku jatuh atau takkan berjalan nanti kau bisa membantuku.”balas Sean menjelaskan.
Pelayan tadi tak berani menolak perintah tuannya dan terpaksa berjalan di samping Sean dan menemani lelaki itu berjalan keluar ruangan.
“Aku pasti bisa kembali berjalan normal.”batin Sean bersemangat dan optimis.
Sean mengangkat dan menapakkan kakinya perlahan secara bergantian lalu melangkah dengan berirama.
“Aku bisa...”gumamnya lirih sambil tersenyum kecil saat dia sudah sampai di luar rumah.
Pelayan yang menemani Sean pun seolah tak percaya dengan progres yang dia lihat pada tuannya yang terbilang cepat.
“Tuan mau kemana ?” tanya pelayan saat mereka sudah berada di luar rumah.
“Aku ingin ke kebun bunga tulip.”jawab Sean berhenti berjalan dan bisa berdiri tegak di atas tanah tanpa jatuh.
“Bukan ke sana arahnya tuan, tapi ke arah sini.”ucap pelayan tadi menunjukkan arah yang tepat dan membantu Sean berbalik menuju ke arah yang benar.
Sean berjalan dengan pelan dan hati-hati menuju ke kebun tulip. Dia pun bisa merasakan aroma harum bunga tulip yang tertiup oleh hembusan angin lembut.
“Bantu aku duduk.”ucap Sean pada pelayan yang menemaninya.
“Baik tuan, sebaiknya duduk di sebelah sana saja tempatnya rata sedangkan di sini kurang nyaman.”balas pelayan tadi melihat kontur tanah yang akan Sean duduki.
Sean kemudian berjalan lebih ke tengah dengan bantuan dari pelayan nya. Dia pun kemudian duduk.
“Sudah berapa lama aku tidak ke sini ? Terakhir kali aku ke sini bersama dengan Alexa di hari terakhirnya berada di sini.”batin Sean menatap ke depan dan berimajinasi jika Alexa ikut duduk di depannya, seperti dulu.
Hembusan angin yang menerpa rambutnya mamanya teringat saat terakhir kalinya bersama dengan Alexa di sana.
“Aku masih ingat dengan jelas kau tidur di sini bersama ku dalam buaian angin.”batin Sean teringat dan merasa kejadian itu baru terjadi kemarin.
Lelaki itu kemudian mencoba merebahkan diri di sana di tengah kebun bunga. Dia memejamkan mata dan merentangkan kedua tangannya dan tidur untuk beberapa saat.
“Tuan Sean... semoga penglihatan anda segera kembali.”batin pelayan tadi merasa iba melihat kondisi tuannya saat ini.
Di lain tempat di kota Paris, seorang wanita memegang brosur tentang pencarian donor mata. Dia masuk ke rumah sakit menuju ke ruangan tempat ayahnya dirawat.
“Ayah... aku baru datang, maaf.”ucap wanita itu saat masuk ke ruangan dan berdiri di samping lelaki yang berbaring di tempat tidur.
“Ya Angel... tak apa, ayah tahu masih sibuk.”jawab lelaki itu tersenyum kecil menatap putrinya.
Angel kemudian duduk di kursi yang berada di dekat ayahnya. Dia melihat lelaki itu semakin pucat dari hari sebelumnya dan terlihat lebih lemah daripada sebelumnya.
“Ayah... bagaimana keadaan ayah saat ini ?”tanya Angel yang mencemaskan kondisi ayahnya.
“Ayah baik-baik saja, kau tak perlu khawatir. Apa yang kau pegang itu ?”ucap lelaki itu rasa sakitnya dan menunjukkan pada putrinya Jika dia merasa lebih baik dari sebelumnya.
Angel menunjukkan selebaran yang dia bawa pada ayahnya.
“Ini ayah... selebaran tentang donor mata. Ada seseorang yang mencari donor mata dan sebagai kompensasinya akan mendapatkan banyak uang.”balas Angel menjelaskan.
Lelaki tadi kemudian diam dan tampak berpikir.
“Usia ku mungkin tak akan lama lagi, karena dokter bilang kelenjar pankreas ku sudah pecah. Mungkin tinggal menghitung waktu saja dan tak sampai dua minggu. Alangkah baiknya jika aku memberikan mataku pada seseorang yang membutuhkannya.”batin lelaki itu berpikir dan merasa jika dirinya harus berbuat baik dan berguna bagi sesama sebelum dirinya meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya.
“Boleh ayah lihat brosur yang pegang itu ?”tanya lelaki itu.
Angel, putrinya kemudian menyerahkan brosur itu pada ayahnya.
“Kompensasinya memang besar, tapi bukan itu yang ku cari. Siapa tahu saja lelaki entah siapa yang membutuhkan donor mataku ini, juga mau membantu ku balik nanti.”batin lelaki itu terpikirkan sebuah ide sambil menatap putrinya dengan tersenyum.
“Ada apa ayah ?”tanya Angel sedikit heran melihat senyuman ayahnya yang tak biasa.
“Angel setelah Ayah pergi kau akan hidup sendirian. Kau sudah cukup umur untuk menikah. Ayah ingin kau segera mencari pasangan hidupmu, jangan larut dalam pekerjaan mu.”balas lelaki itu.
Angel merasa sensitif jika ayahnya membahas tentang masalah pernikahan. Karena memang dia tak punya kekasih atau teman dekat lelaki saat ini.
“Ayah bicara apa ? Jangan bilang seolah-olah ayah akan meninggalkan dunia ini. Ayah akan sembuh, dokter di sini adalah dokter yang terbaik. Jangan bicarakan tentang pernikahan dulu, yang penting ayah sembuh.”balas Angel panjang lebar dan menolak saran dari ayahnya untuk segera menikah dalam waktu dekat.
“Angel... meskipun dokter terbaik yang merawat ku namun jika kondisi ku sudah kritis apa yang bisa dilakukan dokter ? Sebelum hal itu terjadi aku minta pada mu untuk menghubungi kontak person di brosur yang kau bawa tadi. Bilang padanya Aku mau mendonorkan mataku sebelum aku meninggal dan aku ingin bertemu dengan orangnya. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan.”ucap lelaki itu mencoba menjelaskan kondisi dirinya saat ini pada putrinya.
“Ayah... apa yang ayah lakukan ? Aku tidak setuju dengan itu !”balas Angel menolak permintaan ayahnya.
Namun lagi itu terus mendesak dan menjelaskan kondisi riil nya saat ini, yang akhirnya membuat gadis itu menyetujui permintaan terakhir ayahnya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
dewi api
Bagus tapi jangan pamrih
2023-01-28
0
dark evil
Untunglah ya Sean mendapatkan pasien yang mau menyerahkan matanya dengan sukarela
2023-01-15
0