Nilam Kembali

PoV Aldi

4 hari berlalu, merupakan hari yang tidak beruntung bagiku karena aku belum juga menemukan berita tentang keberadaan Nilam. Hidupku tiba-tiba menjadi begitu tidak beraturan dan aku merasakan sakit yang begitu dalam dan kedinginan juga kekosongan di dalam hatiku. Jika seseorang pernah mengatakan kepadaku bahwa ketidakhadiran dari seorang wanita bisa mengakibatkan hal seperti ini kepadaku maka aku hanya akan berteriak marah kepada orang itu.

Nilam Yuniarta Widuri bukanlah tipe wanita sembarangan. Dia adalah wanita yang aku cintai dan aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Tapi saat ini aku tidak tahu di mana dia berada. Bahkan Bu Amelia atau Lila tidak bisa mengatakan kepadaku di mana dia berada. Tapi aku merasa bahwa mereka semua tahu di mana aku bisa menemukan dirinya, namun mereka hanya tidak bisa mengatakan hal itu kepadaku.

'Sialan kau Nilam Yuniarta Widuri...'

Kau membuat aku gila di saat yang seperti ini. Aku memukuli setir mobil dan merebahkan kepalaku sebentar dan momen saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat sosok Nilam tengah masuk ke dalam sebuah taksi. Jantungku terasa berdebar penuh harapan dan juga gemetar melihat dirinya. Aku tahu bahwa dia akan kembali ke kosnya. Jadi aku dengan cepat pergi ke kosnya sebelum dia sampai lebih dulu. Aku bisa masuk ke dalam kosnya itu dengan kunci cadangan dan dengan sabar aku menunggu dirinya untuk pulang.

Setelah menunggu, beberapa saat kemudian pintu tiba-tiba terdengar terbuka dan Nilam pun masuk. Momen saat dia menghidupkan lampu, aku sudah berdiri di sana dan menatapnya. Dia begitu takut pada saat dia melihat aku. Dia mencoba untuk membuat aku bicara tapi aku tidak mengatakan apapun. Dia pun memutuskan untuk menyentuh aku, namun aku langsung memegang pinggangnya dan menarik dia ke arah tembok. Dia tidak punya waktu untuk mengatakan apapun saat aku langsung mencium mulutnya dengan begitu kasar dan bahkan dia tidak bisa menarik nafasnya. Aku pun melepaskan dirinya, tapi sebelum itu aku menggigit bibirnya lebih dulu.

"Ah... Aldi, kenapa kau lakukan itu?"

Aku mendengar dia berteriak kemudian aku melihat bibirnya yang berdarah dan dia melihat ke arahku dengan tatapan matanya yang begitu cantik.

"Aldi kau...."

"Kenapa kau meninggalkan aku?" Ucapku dengan cepat menyela ucapannya.

"Aku... aku harus pergi." Balasnya.

"Dan kau tidak berpikir bahwa sangat penting bagimu untuk mengatakan semuanya kepadaku tentang di mana lokasimu berada?" Ucapku.

"Aku tidak berpikir bahwa hal itu akan mengganggu dirimu." Balasnya.

"Tentu saja hal itu akan mengganggu aku. Apakah kau berpikir bahwa apa yang kita lakukan saat itu hanyalah cinta satu malam bagi mu? Atau mungkin saja kau menyesali apa yang sudah kita lakukan?" Ucapku kepadanya.

"Tidak, itu tidak benar. Hidupku terlalu rumit saat ini." Balasnya.

"Apakah itu semua karena Tante mu?" Ucapku.

Dia tampak semakin sedih saat aku mengatakan tentang Tante nya itu.

"Kau... Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?" Tanya Nilam kepadaku.

"Aku tidak terlalu banyak mengetahui tentang hal itu. Aku hanya tahu bahwa kau tidak diperlakukan dengan baik oleh Tante mu itu." Balas ku.

Sayangnya apa yang aku katakan itu memang benar dan dia tidak mengatakan apapun lagi. Jadi aku langsung menarik dia ke dalam pelukan ku. Aku tahu dia tidak bisa mengatakan apapun kepadaku sekarang tentang Tante nya itu. Tapi aku tetap ingin ada di sana untuknya.

"Aku akan selalu ada untukmu. Jika kau membutuhkan aku, panggil saja namaku dan aku akan ada untukmu. Suatu hari nanti, kita akan membangun keluarga kita sendiri yang damai dan aku akan membebaskan mu dari kurungan mu itu." Ucapku.

Nilam menangis dan dia memeluk aku. Aku pun memeluknya dengan begitu erat. Aku pikir bahwa dia akan meninggalkan dan mengabaikan aku, tapi ternyata itu semua terjadi hanya karena dia memiliki banyak beban di pundaknya Aku tidak tahu seberapa berat bebannya itu. Tapi aku mau mengambil beban nya itu.

Dia pun melepaskan pelukannya dariku dan mengangkat kepalanya untuk menatap ke arahku.

"Berjanjilah bahwa kau akan selalu ada untukku." Ucap Nilam dan aku mengangguk dengan tersenyum.

"Bukan seperti itu. Aku mau ucapan Aldi Erfandi." Ucapnya.

"Aku melihat kucing liar ku ini menjadi begitu nakal." Ucapku.

"Kucing liar mu ini butuh kata-kata. Maka ucapkan saja sekarang padaku." Balasnya dengan nada yang menggoda.

"Baiklah, aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu." Ucapku padanya.

"Dan kau tidak akan pernah melihat wanita lain lagi." Ucapnya lagi.

Aku tersenyum dan menarik tubuhnya mendekat ke arahku, kemudian memasukkan tanganku ke dalam pakaiannya.

"Kenapa aku harus mencari wanita lain saat aku sudah punya kekasih yang paling seksi di sini." Ucapku.

"Kau jangan jangan mengolok-olok aku." Ucapnya.

"Aku tidak berani, biarkan aku membuktikannya kepadamu." Ucapku.

Tanganku beralih ke arah punggungnya dan aku dengan cekatan membuka pengait penutup dadanya itu yang membuat dia terkejut dan menganga. Saat dia menganga aku langsung menciumnya sepanjang menit sebelum melepaskan bibirnya untuk dia bisa mengambil nafas. Tanganku kini sudah berada di dadanya dan mengusapnya.

"Aldi..." Ucapnya dengan lemah.

"Biarkan saja Nilam Yuniarta Widuri." Ucapku lalu menggendongnya dan membawa dia ke kamarnya dan aku membaringkan dia di atas tempat tidur.

"Terakhir kali aku begitu lembut padamu. Jadi kau kabur dariku. Hari ini aku akan membuatmu merasakan betapa liarnya aku ini. Jadi kau tidak akan bisa kabur dariku setelah ini." Ucapku.

Aku pun melakukan apa yang aku katakan tadi dengan tidak membiarkan dia beristirahat sepanjang waktu. Hanya hatiku yang bisa mengatakan bagaimana aku sangat merindukan dirinya, kehangatan tubuhnya, suaranya, aroma tubuhnya dan semua hal tentang dirinya.

Momen saat aku mengeksplor dan mengusap setiap bagian tubuhnya, tidak ada hal yang tidak aku tahu tentang dirinya. Dia memiliki tahi lalat di bagian dada sebelah kirinya dan tanda lahir di punggungnya, di mana bahkan tangannya sendiri tidak bisa menggapai tempat itu dan aku mengetahui itu semua dan aku tidak akan membiarkan orang lain mengetahui hal itu.

"Aku mencintaimu Nilam Yuniarta Widuri. Kau milikku dan hanya milikku. Kau hanya bisa menjadi milikku di sepanjang hidup ini." Ucapku kepadanya.

...****************...

"Apa menulis ulang semua laporan itu?" Ucap Nilam saat Lila mengatakan kepadanya tentang tugas essay yang sudah dia kumpulkan.

Sudah 8 bulan sejak kami bersama dan dua bulan sejak dia kembali dari rumah keluarganya dan semuanya berjalan dengan baik di antara kami.

"Iya memang itulah yang tertulis di papan tulis." Ucap Lila.

"Butuh usaha yang keras bagiku untuk bisa melewati ujian lainnya. Bagaimana aku bisa mengulangnya lagi hanya karena para dosen yang tidak peduli dengan kertas ujian kita." Ucap Nilam yang tampak marah kemudian mengambil jusnya dan meminumnya dengan menggunakan sedotan.

"Aku bebas dan aku bisa menjadi tutor mu." Ucapku dan dia melihat ke arahku dengan tatapan mata yang kesal dan memutar matanya malas.

"Tidak... tidak perlu. Aku akan melakukannya dengan bantuan Lila." Ucapnya.

"Kenapa tidak, aku cukup hebat dalam urusan membuat essay itu." Ucapku.

"Ini bukan karena kau tidak hebat dalam urusan essay itu. Tapi setiap kali kau mengajari aku, kita berakhir dengan melakukan hal lainnya." Ucap Nilam.

"Akui saja bahwa itu bisa membantumu." Ucapku.

Nilam tampak merona dan mengalihkan wajahnya dariku Aku tahu bahwa dia tengah memikirkan tentang hal lain yang kami lakukan karena telinganya tampak memerah dengan cepat. Aku tidak bisa menahan diriku setiap kali aku hanya bersama dengan dirinya di sebuah tempat.

"Oh aku mengerti apa hal lain yang kalian bicarakan itu. Nilam, kau menjadi gadis yang nakal." Ucap Lila.

"Tidak, itu bukan seperti yang kau pikirkan." Ucap Nilam.

"Ya, sebenarnya aku belum memikirkan apapun. Tapi kau bisa mengatakan kepadaku jika kita memiliki pikiran yang sama." Ucap Lila lagi.

"Oh ya Tuhan, aku hampir terlambat. Aku punya kelas ekonomi 5 menit lagi. Aku harus pergi sekarang." Ucap Nilam.

Dia pergi dengan begitu cepat dan aku hanya tersenyum karena aku tahu bahwa dia hanya mencoba untuk kabur.

Dia tidak memiliki kelas ekonomi hari ini karena aku sudah mengecek jadwalnya. Aku tahu semua hal tentang aktivitasnya sehari-hari. Tapi aku membiarkan dia pergi karena aku memang masih ada kelas hari itu. Jadi aku meninggalkan Lila sendirian di meja kantin itu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!