"Ayo ikut denganku gadis kecil. Aku akan mengantarmu ke sekolah." Ucap Nilam tidak menghiraukan kehadiran Aldi.
"Mobilku tidak terlalu jauh dari sini, biarkan aku mengantar kalian." Ucap Aldi mencoba memberi tumpangan pada Nilam dan gadis kecil itu.
"Tidak terima kasih, kami bisa melakukannya sendiri." Balas Nilam ketus.
"Kau..." Aldi hendak mengumpat.
Nilam tidak menghiraukan Aldi sekali lagi dan berjalan menjauh dengan gadis kecil yang terlihat bahagia karena diantar ke sekolah oleh seseorang gadis yang disebutnya sebagai kakaknya saat ini.
"Gadis sialan ini, kenapa dia selalu bertingkah seperti ini padaku? Kelihatannya aku perlu untuk memberikan hukuman kepadanya." Ucap Aldi pada dirinya sendiri.
Dia merasa begitu kesal karena Nilam sekali lagi tidak menghiraukan dirinya.
Saat tiba di kampus, Aldi mencoba untuk mengajak Nilam berbicara. Tapi Nilam terus menghindari Aldi setiap saat dan selalu berjalan menjauh dari Aldi.
Siang harinya di lapangan kampus, dengan tujuan untuk menghukum Nilam, Aldi mendeklarasikan kepada semua gadis yang terus mengejarnya bahwa Nilam adalah kekasihnya sekarang tepat saat Nilam berjalan keluar dari dalam kelas. Namun Nilam melewati Aldi begitu saja.
Aldi dipikir bahwa Nilam akan tetap diam di dekatnya dan marah atas tindakannya. Tapi Nilam bahkan sedikitpun tidak melihat ke arahnya dan berjalan dengan cepat untuk menghindari kerumunan orang-orang itu. Nilam tidak peduli dengan deklarasi yang dilakukan Aldi akan hubungan mereka kepada semua orang. Karena Nilam yang terus menghindari dan tidak menghiraukan Aldi, membuat Aldi pun akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan.
"Nilam Yuniarta Widuri, berhenti di sana." Teriak Aldi.
"Nilam Yuniarta Widuri... aku katakan kepadamu untuk berhenti di sana." Ucap Aldi lagi mencoba untuk menghentikan Nilam, karena dia paling membenci orang yang tidak menghiraukannya dan Nilam tengah melakukan hal itu padanya.
Aldi lalu mempercepat langkahnya dan dengan cepat memegang tangan Nilam.
"Nilam Yuniarta Widuri.... Apakah kau mencoba untuk menguji kesabaran ku? Apakah kau tidak mendengar bahwa aku tengah memanggilmu?" Ucap Aldi saat dia menatap Nilam dengan tajam.
Nilam sekarang sudah terjebak oleh Aldi dan tak bisa menghindar lagi. Tapi dia tetap tidak mau berbalik untuk melihat ke arah Aldi.
"Nilam Yuniarta Widuri, aku bicara kepadamu. Jadi berbalik lah dan tatap aku." Ucap Aldi atau setidaknya dia tengah memerintahkan Nilam, tapi Nilam tetap tidak menghiraukannya.
"Aku sudah mengatakan kepadamu untuk menatap aku." Ucap Aldi beranjak mendekat ke arah depan Nilam dan menatap wajah Nilam.
Mata Aldi tampak membelalak saat dia melihat pipi kiri Nilam tampak memerah dan juga bengkak dengan air mata yang tampak menggenang di dalam matanya.
"Kau.... Siapa yang melakukan hal ini padamu?" Tanya Aldi.
Tapi Nilam tetap tidak mengatakan apapun.
"Katakan kepadaku Nilam Yuniarta Widuri...." Ucap Aldi begitu kesal.
...****************...
PoV Aldi
"Nilam Yuniarta Widuri, apakah kau mencoba untuk menguji kesabaran ku? Tidakkah kau mendengar bahwa aku memanggilmu?"
Aku terus saja berteriak memanggil namanya. Tapi dia terus tidak menghiraukan aku lagi dan lagi. Dia bahkan seolah tidak peduli bahwa aku tengah mengikuti dirinya.
"Nilam Yuniarta Widuri... Aku bicara denganmu jadi berbalik dan tatap aku." Teriakku memanggil namanya sekali lagi.
Tapi dia tetap tidak menghiraukan aku. Dia terus melakukan hal yang paling aku benci yaitu tidak dihiraukan. Jadi aku mengambil langkah cepat untuk mendekatinya dan memegang tangannya dengan sangat erat.
"Aku sudah mengatakan kepadamu untuk menatapku " Ucapku kepadanya lalu aku mendekat ke arahnya.
Tapi saat aku melihat wajahnya, mataku membelalak saat aku melihat pipi sebelah kirinya tampak memerah dan itu begitu bengkak. Matanya juga tampak berair dan dia terlihat putus asa.
Kelihatannya dia tengah menahan agar air matanya itu tidak terjatuh dan aku tiba-tiba merasa begitu marah dan sakit di dalam dadaku saat aku melihat wajahnya yang seperti itu.
"Kau.... Siapa yang melakukan hal ini padamu?" Ucapku.
Namun dia tetap tidak mengatakan apapun.
"Bicaralah Nilam Yuniarta Widuri." Ucapku lagi.
Aku terus memaksanya untuk bicara, tapi dia melepaskan pegangan tanganku dari tangannya dengan sangat kasar.
"Ini semua bukan urusanmu. Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, jadi tinggalkan aku sendiri." Ucap Nilam dengan marah kepadaku.
Dia hendak pergi tapi aku kembali menarik tangannya dengan erat dan menarik dia mendekat ke arahku.
"Beraninya kau mengatakan hal itu, tentu saja ini urusanku." Ucapku kepadanya.
"Apa yang membuatmu berpikir bahwa semua ini adalah urusanmu? Kau bukan orang terdekatku, juga bukan kekasihku. Jadi tinggalkan aku sendiri. Aku hidup dalam kedamaian sebelum kau datang dalam hidupku." Ucap Nilam padaku.
"Kau...." Ucapku dengan marah.
"Kau bukanlah siapa-siapa bagiku dan aku bukanlah siapa-siapa untukmu. Jadi lepaskan aku." Ucapnya lagi.
'Aku bukanlah siapa-siapa untuknya dan dia bukanlah siapa-siapa untukku.'
Aku terus memikirkan ucapannya itu di dalam kepalaku dan berpikir bahwa ada kebenaran dari yang dia ucapkan itu. Aku tetap merasa sakit hati saat dia mengatakan hal itu, aku merasa seolah ada yang menghilang dari dalam diriku.
Aku tiba-tiba merasakan hampa dalam hatiku saat aku melihat dia berjalan menjauh dari sisiku. Aku ingin menahan dirinya, tapi aku merasa putus asa saat itu. Sejak saat aku tertarik kepadanya, aku tidak bisa mengatakan apapun. Pikiranku sangat kacau dan aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku pikirkan saat ini.
"Aldi...."
Aku lalu tersadar dari lamunanku saat mendengar seorang gadis memanggil namaku, dan itu adalah Lila, sahabat baik dari Nilam.
"Kau adalah Lila bukan? Sahabat baik dari Nilam." Ucapku.
"Iya, itulah aku." Balas gadis itu.
"Katakan kepadaku, kenapa wajah Nilam bisa seperti itu. Apakah dia...."
"Aku hanya bisa mengatakan satu hal padamu. Nilam itu sudah seperti saudara bagiku dan aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakitinya dan aku akan melindungi dirinya dengan melawan siapapun yang mau menyakiti dirinya termasuk dirimu." Ucap Lila.
"Aku....? Tapi aku tidak pernah menyakiti dirinya." Ucapku kepada Lila.
"Bahkan jika kau bermaksud untuk tidak menyakitinya, aku tidak akan membiarkanmu mendekati dirinya jika kau tidak bisa melindungi dia." Ucap Lila.
"Tapi apa yang kau maksudkan?" Tanyaku bingung.
"Aku bicara tentang mantan kekasihmu yang gila itu." Ucap Lila.
"Mantan kekasihku yang gila? Bagaimana aku bisa mengerti akan hal itu? Aku punya banyak wanita yang tergila-gila kepadaku dan membohongi semua orang tentang memiliki hubungan denganku." Ucapku kepada Lila.
"Aku membicarakan tentang Sinta." Ucapnya.
"Sinta?" Ucapku dengan semakin bingung.
"Iya, mantan kekasihmu yang gila itu tiba-tiba muncul entah dari mana dan menyakiti sahabatku karena dirimu. Jadi, jika Nilam hanya sebuah mainan bagimu, lebih baik kau tinggalkan dia. Biarkan dia merasa aman. Nilam bukan seperti semua mantan kekasihmu. Jadi, biarkan dia pergi." Ucap Lila.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments