Menemani Aldi

PoV Nilam

Darah...

Ada begitu banyak darah dan itu adalah salahku sampai menyebabkan Aldi mendapat luka karena aku dan aku menyesal karena tidak mendengarkan dia beberapa saat yang lalu.

"Apakah kau baik-baik saja?"

Dia bertanya kepadaku. Tapi aku lah yang seharusnya menanyakan hal itu kepadanya dan bukan sebaliknya. Aku tidak bisa mengatakan apapun saat air mataku mulai mengambil alih situasi itu semua.

"Kenapa kau menangis? Mereka tidak menyakitimu bukan?" Tanya Aldi sekali lagi dengan suara yang panik.

Aku hanya membalasnya dengan gesture kepala yang simpel untuk menyatakan bahwa aku tidak kenapa-kenapa kepadanya.

"Lalu kenapa kau menangis? Apakah kau tahu bahwa itu sangat menakutkan bagiku karena melihatmu menangis?" Ucap Aldi.

"Tapi kau... kau terluka karena aku." Ucap ku.

"Tidak apa-apa aku bisa menahan rasa sakit kecil ini. Aku hanya senang jika kau baik-baik saja." Ucap Aldi.

"Tapi kau...." Ucapku.

"Cepat bantu aku pulang ke rumah." Ucap Aldi menyela ucapanku. "Aku tidak mau kehilangan banyak darah di jalanan." Lanjut Aldi.

Aku pun langsung membantunya untuk pulang ke apartemennya. Tidak lama setelah itu, ada seorang dokter yang datang dan langsung mengobati luka Aldi. Aldi terlihat seperti memiliki seorang dokter pribadi di keluarganya. Jadi aku meninggalkan mereka bersama di kamar Aldi dan berjalan ke arah dapur di mana aku mulai membuat bubur untuknya.

Aku tahu benar jika Aldi benci untuk makan malam, saat itu sudah lewat dari jam 10.00. Jadi aku selalu membuatkan bubur untuknya. Aku bukannya sering menghabiskan malam ku bersamanya, tapi dia sering menghabiskan waktu di kos kami dan pergi saat larut malam.

Saat dokter sudah keluar dari kamar Aldi, aku lantas membawa semangkuk kecil dari bubur itu untuk Aldi. Dia tampak tengah duduk di tempat tidur dengan sebuah perban di sekeliling lengannya.

"Ba... bagaimana dengan luka mu?" Tanyaku dengan gugup.

"Luka ini sudah baik-baik saja. Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa ini bukan apa-apa. Dokter sudah mengatakan hal itu. Luka ini hanya butuh waktu satu minggu untuk sembuh atau bahkan bisa kurang dari itu. Setelah itu, tidak akan ada tanda dari luka ini." Balas Aldi.

"Kalau begitu kau harus makan sesuatu." Ucapku membawa semangkuk bubur itu untuk Aldi.

"Suapi aku." Ucapnya.

"Apa?" Ucapku.

Sebenarnya aku ingin menolak. Tapi kemudian aku mengingat luka yang dia miliki. Jadi aku memutuskan untuk mengalah dan menyuapinya makan. Saat dia sudah selesai makan, aku pun hendak pergi. Tapi dia dengan cepat menarik pinggang ku dan memeluk aku dari belakang.

"Aldi..." Ucapku.

"Tolong tinggallah bersamaku malam ini saja." Ucap Aldi.

"Aldi, kau terluka." Ucap ku lagi.

"Itulah alasan nya kenapa kau harus diam di sini bersamaku. Aku hanya butuh seseorang untuk menemani aku." Ucap Aldi.

"Aku hanya... itu...." Ucap ku terbata.

"Tenang saja, memangnya apa yang sedang kau pikirkan?" Ucap Aldi.

"Tidak." Balas ku malu dengan pikiranku sendiri.

Kemudian aku pun memutuskan untuk duduk di samping tempat tidur Aldi saat dia berbaring.

"Kenapa kau tidak berbaring di sisiku?" Ucap Aldi.

"Tidak apa-apa. Kau boleh tidur." Ucapku kepadanya dan aku ingin terjaga sepanjang malam untuk melihat kondisinya.

Siapa yang menyangka bahwa saat aku kembali sadar, aku terbangun dengan cahaya matahari yang mengenai wajahku.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!