Menghajar Seseorang

"Apakah kau berpikir bahwa aku tidak berani untuk mengambilnya?" Ucap Nilam.

"Aku rasa begitu." Balas ku dan dia langsung mengambil gigitan lain dari bakso milikku dan langsung mengambil mangkuk yang ada di hadapanku.

"Aku mau mengambil semua ini untuk diriku sendiri. Kau pantas mendapatkannya." Ucapnya dan menaruh bakso milikku ke depannya.

Tapi aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan menatap dia yang tengah makan.

"Baiklah Aldi, jika kalian berdua sudah selesai dengan keromantisan kalian itu, apakah kita bisa menyelesaikan tugas kita."

Aku lalu mengalihkan pandanganku saat Ruben bicara untuk mengingatkan aku dengan kehadirannya bersama Lila.

Tentu saja aku hampir lupa bahwa mereka berdua ada di sini dan tidak hanya mereka tapi Jerry juga ada di sana. Jerry dan Ruben adalah teman terdekatku, jadi kami sering menghabiskan waktu bersama.

"Itu benar. Kita seharusnya pergi sekarang." Ucap Jerry melihat ke arah jam di tangannya.

"Aku harus pergi Nilam. Aku harap kau tidak terlalu merindukanku." Ucapku padanya.

"Siapa yang akan merindukan pria menyebalkan seperti dirimu, hah!" Ucapnya dan kembali menggigit bakso miliknya.

Tapi saat dia hendak menggigit bakso lainnya, aku memegang tangannya dan langsung mengarahkan tangannya ke arah mulutku dan menelan bakso itu.

"Aldi..... Kau menyebalkan."

Aku mendengar dia berteriak, tapi aku tidak berhenti dan terus berjalan bersama dengan Jerry dan juga Ruben.

Sebuah senyuman muncul di bibirku dan dari kejauhan, orang lain bisa mengatakan bahwa aku sangat bahagia.

"Semuanya terlihat begitu serius antara kau dan Nilam Yuniarta Widuri." Ucap Jerry berkomentar.

"Iya, awalnya aku pikir bahwa kau hanya tertarik kepadanya sama seperti yang kau lakukan kepada para mantan kekasihmu yang lainnya. Tapi cara kau memperlakukan dia sangat berbeda dengan bagaimana cara kau memperlakukan mantan kekasihmu yang terdahulu." Sambung Ruben.

"Itu benar sekali. Kau memperlakukan dia seolah dia itu merupakan sebuah harta karun yang sangat berharga bagimu." Ucap Jerry lagi.

"Karena dia memang adalah sebuah harta karun bagiku. Nilam sangat berbeda dari gadis lainnya saat aku bersamanya. Aku merasa bahwa dunia tidak akan bisa jauh lebih baik tanpa dirinya. Aku mau waktu berhenti saat dia tengah bersamaku dan setiap tindakan yang dia lakukan baik itu menyebalkan atau serius selalu membuat aku bahagia." Ucapku kepada kedua temanku itu.

"Apakah itu berarti kau jatuh cinta kepadanya?" Tanya Jerry padaku.

"Pada awalnya aku akan mengatakan tidak jika seseorang menanyakan hal itu kepadaku. Itu semua hanya imajinasiku saja. Tapi sekarang aku sangat yakin bahwa aku mencintai dia lebih dari segalanya. Setelah Mama ku, dia lah yang menjadi alasan bagiku untuk terus hidup." Ucap ku kepada Jerry.

"Apakah itu artinya bahwa kau sudah siap untuk menikah dengannya?" Tanya Jerry lagi.

"Tentu saja aku akan siap untuk menikah dengannya hanya untuk membuat dia menjadi milikku seutuhnya." Balasku.

Di masa lalu, aku begitu trauma dengan kata pernikahan karena pengalamanku terhadap hubungan pernikahan orang tuaku yang tidak berjalan dengan baik. Aku menjadi berpikir bahwa pernikahan itu tidak akan membuat bahagia. Aku takut jika hal yang sama terjadi pada pernikahanku, sama seperti yang terjadi pada pernikahan kedua orang tuaku.

Dulu, jika seorang wanita bicara kepadaku tentang pernikahan, aku mungkin bahkan akan membunuh mereka. Tapi sekarang, itu semua berbeda. Aku bahkan tidak bisa membayangkan hidupku tanpa seorang bernama Nilam Yuniarta Widuri itu.

Wanita itu benar-benar membuat aku menjadi gila dan untuknya aku mau membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan dan aku mau menjadi orang yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Setiap detik terasa hampa sebelum aku bisa melihat dirinya lagi.

Aku begitu bersyukur karena untungnya kelas berakhir dengan cepat hari ini.

"Guys, aku harus pergi." Ucapku.

"Begitu cepat?" Tanya Ruben.

"Iya, aku harus bertemu dengan Nilam untuk latihan beladiri kami." Balas ku.

"Tentu saja Nilam. Siapa lagi yang bisa membuat kau meninggalkan kampus dengan begitu cepat." Goda Jerry tapi aku tidak menghiraukannya dan dengan cepat mengambil tas ku untuk segera pergi bertemu dengan Nilam.

Aku merasa sedikit kesal saat di jalan, aku tidak sengaja melihat Nilam dari kejauhan tengah mengobrol dengan seorang pria yang aku rasa merupakan teman satu kelasnya. Alisku mengkerut saat aku melihat dia bicara dengan laki-laki itu dengan tertawa.

Aku merasa semakin jauh lebih kesal saat aku mendengar ada dua orang-orang laki-laki yang tengah membicarakan tentang dirinya. Mereka tengah membicarakan tentang Nilam dengan hal yang tidak senonoh dan mengatakan sesuatu hal yang buruk dan juga menjijikkan tentang dirinya.

"Sial, gadis itu sangat seksi." Ucap salah seorang pria berkomentar dan tampak menjilat bibir bawahnya.

"Iya. Tidakkah kau melihat bagaimana bentuk tubuhnya yang seksi itu. Di juga memiliki dada yang bulat, padat dan cukup besar, sangat menggoda. Aku harap aku bisa memegang dada itu. Dan aku bisa mendengarkan suara rintihannya saat aku melakukan hubungan itu dengannya." Ucap pria lainnya dengan tatapan yang tak kalah menjijikkannya melihat ke arah Nilam.

"Iya, itu pasti akan sangat hebat jika kita bisa mendapatkan wanita seperti dirinya berbaring dengan kita diatas ranjang. Aku benar-benar tidak sabar untuk mendengarkan rintihannya." Balas pria lainnya.

Mereka terus mengatakan hal yang kotor tentang Nilam. Tapi sebelum mereka bisa melanjutkan obrolan mereka lebih jauh, sebuah tinjuan yang sangat keras dariku mendarat tepat di wajah mereka.

"Beraninya kalian melihat ke arah kekasihku dan mengatakan hal menjijikkan tentang dirinya seperti itu." Ucap ku dengan marah.

"Kau...."

Para pria brengsek itu mencoba untuk bicara. Tapi aku tidak membiarkan mereka untuk bicara bahkan aku tidak mau memberikan kesempatan kepada mereka untuk sekedar memikirkan tentang Nilam. Aku pun terus meninju mereka bahkan aku tidak peduli lagi dengan darah yang keluar dari hidung mereka.

Keributan tiba-tiba tercipta di kampus. Tapi tidak ada orang yang bisa menghentikan aku karena mereka semua tentu tidak mau berurusan denganku. Mereka semua hanya bisa melihat aku yang terus menghajar para pria brengsek itu sampai babak belur. Dan akhirnya, Nilam pun datang dan berteriak padaku.

"Hentikan.... Hentikan sekarang juga Aldi... Kau akan membunuh mereka jika kau terus seperti ini." Teriak Nilam.

Tapi saat aku pikir apa yang para pria itu katakan tentang dirinya, aku ingin melanjutkan memukuli mereka sampai mereka mati.

"Alden.... Hentikan semua ini segera. Jika kau tidak mau melakukannya. Aku tidak akan pernah mau bicara denganmu lagi." Ucap Nilam.

Ucapan yang dia katakan itu langsung masuk ke dalam kepalaku seolah aku tengah merekamnya di dalam kepalaku dan itu membuat seolah waktu tiba-tiba berhenti dengan cepat.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!