Lila pun pergi meninggalkan aku yang masih berdiri bingung mencerna semua yang dia katakan padaku.
Nilam tentu saja tidak seperti gadis lain yang pernah bersamaku. Aku bahkan tidak tahu apa yang membuatnya berbeda. Tapi di mataku dia memang berbeda. Itu semua bukan hanya karena kecantikannya, sosoknya yang baik, atau alasan apapun itu. Aku tidak bisa mengatakannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang menarik perhatianku kepadanya. Ada aura dari dalam dirinya yang membuat aku mendekatinya dan aku tidak bisa melepaskannya.
Aku tidak bisa melepaskan dirinya sampai aku mengerti kenapa dia bisa menarik perhatianku. Entah itu suatu perasaan penasaran saja atau ada perasaan yang lebih dari itu.
Setelah perkuliahan selesai, aku meminta sopir untuk mengantarku ke apartemenku, satu-satunya tempat yang bisa aku panggil sebagai rumah. Tempat tanpa adanya Papa dan orang-orang tidak berguna di sekelilingku.
Beberapa kilometer dari tujuanku, aku melihat sosok Nilam yang tampak masuk ke dalam sebuah taksi. Dia baru saja keluar dari sebuah rumah sakit mungkin karena lukanya pikirku. Tapi aku mau meyakinkan semua hal itu secara langsung. Jadi, setelah dia pergi aku mulai melakukan sebuah investigasi kecil. Tentu saja dengan uang, aku bisa mendapatkan informasi apapun yang aku inginkan. Aku akhirnya mengetahui bahwa Nilam berada di sana untuk mengunjungi Mama nya yang sedang sakit.
Aku lalu mengikuti pergi ke sebuah ruangan pasien di mana dia pergi tadinya. Kemudian aku melihat seorang wanita yang berada di depan ruangan rumah sakit itu.
"Nilam kau kembali." Ucap wanita itu.
Wanita itu tampak cukup cantik diusianya yang sudah tidak lagi muda. Aku pun tersadar bahwa dia tampak mirip dengan Nilam. Wanita ini pastilah Mama Nilam. Tak heran jika Nilam tampak menawan, semua itu turunan dari Mama nya.
Aku awalnya bingung saat dia menyebutku sebagai Nilam. Namun aku pun menyadari bahwa dia sebenarnya buta dan aku ingin bicara padanya tapi dia terus melanjutkan ucapannya.
"Kau pergi dengan begitu cepat dan tidak mendengarkan apa yang ingin Mama katakan kepadamu." Ucap wanita itu dan kembali melanjutkan ucapannya lagi. "Ngomong-ngomong, Mama tahu bahwa kau mengkhawatirkan Mama dan anak dari kakakmu. Tapi kau harus menjalani hidupmu sendiri. Mama tahu bahwa kau selalu dipermalukan oleh saudara Mama dan keluarganya demi tujuan untuk mendapatkan biaya rumah sakit Mama dan juga untuk bisa mengurus Arka. Jika saja Mama tidak sakit dan Papa mu juga tidak meninggal, semua ini tidak akan pernah terjadi. Maaf karena Mama tidak bisa melindungi mu sayang." Ucap wanita itu panjang lebar.
Setelah mendengarkan semua yang dia ucapkan, saat itu aku pun menjadi tahu banyak hal tentang Nilam yang sebenarnya tidak akan pernah dia katakan kepadaku. Aku akhirnya melihat sisi terlemah Nilam dan aku mulai menyadari bahwa dibalik dari kucing liar yang ditunjukkan oleh Nilam, ada banyak kesedihan yang dia tanggung di pundaknya.
"Nilam.... Kenapa kau tidak bicara?" Tanya wanita itu lagi.
Aku tidak dapat mengatakan apapun saat ini dan aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada wanita ini bahwa aku bukanlah putrinya. Jadi aku pun memutuskan akan pergi meninggalkannya.
"Kau itu bukan Nilam kan? Jadi siapa dirimu? Apakah teman dari Nilam? Tolong mendekat lah agar aku bisa merasakan dirimu." Ucapnya.
Seperti ada sebuah kekuatan magnet yang tengah mengontrol diriku. Aku berjalan mendekat ke arahnya dan membiarkan dia menyentuh wajahku.
"Kau pemuda yang tampan. Tapi siapa dirimu? Apa hubunganmu dengan putriku?" Tanya wanita itu lagi.
Siapa aku baginya, aku tidak bisa mengatakan apapun akan hal itu. Jadi bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini dan aku merasa bersalah untuk berbohong kepada wanita buta yang terlihat begitu baik ini.
"Tidak apa-apa jika kau tidak bisa mengatakan apapun sekarang. Kau tampak seperti pemuda yang baik dan aku yakin bahwa Nilam bahkan tidak mengetahui kehadiranmu di sini." Ucapnya.
"Aku... aku... berada di sini secara tidak sengaja. Maaf, aku tidak tahu bahwa Nilam sebenarnya memiliki Mama yang tengah sakit di sini." Ucapku.
"Iya, putriku memang tipe gadis yang misterius. Tapi dia bukanlah orang yang jahat. Dia hanya butuh seseorang untuk bisa mengurangi beban di pundaknya." Ucap Mama Nilam.
Aku tidak tahu kenapa, tapi wanita ini begitu jujur kepadaku. Tentu saja aku tidak bermaksud untuk menyakiti dirinya dan juga putrinya. Tapi aku merasa jika dia terlalu jujur kepadaku. Tidakkah dia takut dengan mengatakan banyak hal tentang putrinya kepada orang asing, mungkin saja akan membuat masalah untuknya?
"Kenapa kau begitu diam? Mungkin kau berpikir Kenapa aku begitu jujur kepada seorang asing sepertimu." Ucap Mama Nilam yang membuat aku tersenyum.
"Aku mungkin saja buta. Tapi aku masih punya perasaan yang sensitif dan aku bisa dengan mudah mengatakan aura dari orang yang baik dan aura dari orang yang jahat. Aku bisa mengatakan bahwa kau sebenarnya bukanlah orang jahat." Ucapnya.
"Terima kasih atas kepercayaannya." Balas ku.
"Oh, tapi aku tidak 100% mempercayai dirimu." Ucapnya lagi yang membuat aku bingung.
"Tapi..." Ucapku.
"Membutuhkan banyak hal untuk memenangkan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu bisa dimenangkan. Tapi sekarang kau hanya memenangkan apresiasi dariku sebagai orang baik dariku. Aku bisa memberikanmu memenangkan persahabatan ku dan kemudian kita akan melihat nanti tentang kepercayaan ku kepadamu." Ucapnya lagi.
"Tentu." Balas ku tersenyum.
Aku lalu terus melanjutkan obrolanku dengan Mama Nilam dan semuanya terasa menyenangkan. Aku merasa takjub karena aku seolah tengah dengan Mama ku sendiri. Kami mengobrol tentang banyak hal sampai aku tidak menyadari begitu cepatnya waktu berlalu.
Setelah obrolan yang panjang, aku akhirnya memutuskan untuk pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada Mama Nilam yang ternyata bernama Bu Amelia. Aku lalu pulang ke apartemenku.
Aku sebenarnya belum mengetahui apa status Nilam Yuniarta Widuri bagi diriku. Tapi ada suatu hal yang aku yakinkan, bahwa aku tidak akan pernah melepaskan dia. Tidak sampai aku mendapatkan jawabanku.
...****************...
Hari berikutnya...
Aku pergi ke kampus dan mulai mencari keberadaan Nilam. Tapi dia tidak ada di dalam kelasnya. Aku akhirnya mengetahui bahwa dia pergi ke toilet. Tentu saja aku tidak bisa masuk ke dalam toilet wanita. Jadi aku memutuskan untuk menunggu dirinya di pintu masuk toilet. Jika aku tidak menunggu di sana, maka aku tidak akan tahu kemana dia pergi lagi nantinya..
Aku memutuskan untuk terus menunggu di pintu masuk. Tapi suara gaduh yang aku dengar dari dalam toilet menarik perhatianku. Jadi aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam toilet wanita itu. Aku begitu terkejut dengan apa yang aku lihat dan mataku tampak membelalak dengan jantungku yang terasa terjatuh ke perutku.
"Nilam...." Ucapku dengan ketakutan dan juga dengan suaraku yang terdengar gemetar.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments