Aku benar-benar bingung. Alasan apa yang bisa untuk aku berikan kepadanya. Bahkan jika aku berkata bahwa aku tidak sengaja berada di sini, dia pasti tidak akan pernah percaya kepadaku.
"Siapa di sana? Keluarlah, sebelum aku membuat perhitungan denganmu...!!" Ucap pria itu lagi.
'Pria bajingand itu....'
Aku merasa kesal sekali.
Tidak bisa kah dia berpikir bahwa tadi hanya seekor tikus besar yang lewat. Kenapa dia harus begitu sensitif terhadap sebuah suara. Dan di sini aku hanya bisa berharap bahwa akan ada seekor kucing yang melompat dan entah dari mana datangnya. Sama seperti adegan di dalam sebuah film. Tapi tentu saja ini bukanlah sebuah film dan semuanya memang kenyataan yang terjadi kepadaku.
"Aku bilang tunjukkan dirimu..." Teriak pria itu lagi.
Aku tidak punya pilihan lain lagi. Aku pun keluar dan berdiri menghadapnya. Aku lalu melihat matanya yang tampak begitu marah. Tapi entah kenapa, kemarahannya itu langsung terlihat hilang begitu saja saat aku berjalan mendekat di hadapannya.
"Oh jadi kau lah orang yang memata-matai aku." Ucapnya dengan menyeringai padaku.
Entah kenapa, melihatnya seperti itu membuat aku merasa gemetar secara tidak sadar. Aku tidak yakin kenapa hal ini bisa terjadi padaku.
"Aku tidak memata-matai dirimu. Di samping itu, aku juga tidak melihat apapun dan bahkan aku juga tidak mendengar apapun." Ucapku.
"Oh ya? Apakah benar seperti itu?" Tanya pria itu lagi kepadaku.
"Tentu saja." Balasku dengan cepat.
Aku benar-benar ingin segera pergi dari tempat ini dan menghindar dari pria brengsek yang terus memperlihatkan senyuman licik di wajahnya ini padaku.
"Kalau begitu buktikan. Jika kau bersalah, maka kau harus menciumku." Balasnya.
"Huh, kenapa aku harus melakukan hal itu? Kenapa aku harus memberikan pembuktian kepada seorang pria brengsek seperti dirimu yang baru saja mengabaikan kekasihnya setelah menggunakan...."
Ucapan ku langsung terhenti dan aku menyesali apa yang baru saja aku katakan itu. Aku tidak bisa percaya bahwa aku baru saja mengatakan semuanya kepada pria brengsek ini. Mulut bodohku ini bicara terlalu banyak.
"Kau berani mengatakan kepadaku bahwa kau tidak memata-matai aku." Ucapnya dengan tatapan yang berubah begitu marah di matanya, namun bibirnya terlihat terus menyeringai dan membuat aku merasa semakin gugup.
"Tentu saja aku tidak melakukannya. Ini semua terjadi karena aku berada di tempat yang benar tapi hanya saja berada di waktu yang salah." Ucapku padanya.
"Kau akhirnya mengakui kesalahanmu dan juga kejahatan yang kau lakukan." Ucapnya padaku.
"Kejahatan apa? Kaulah orang yang jahat di sini. Semua orang bisa saja berpikir bahwa kau itu adalah malaikat. Tapi kenyataannya, kau adalah pria brengsek." Balasku.
"Karena kau sudah mengetahui hal itu, maka aku tidak akan melepaskan mu dengan begitu mudah." Ucapnya dan berjalan mendekat ke arahku membuat jantungku berdegup sangat kencang.
Tapi aku dengan cepat mencoba untuk menghindar dengan berjalan mundur sampai akhirnya punggungku mengenai tembok.
"Apa... apa yang akan kau lakukan? Jangan mendekat padaku atau aku akan...."
"Atau apa Nilam Yuniarta Widuri..." Ucap pria itu memotong ucapan ku.
"Apa?" Ucapku dengan begitu terkejut.
Bagaimana bisa pria brengsek ini mengetahui nama panjang ku. Tapi aku bahkan tidak mengenal siapa dia dan aku belum pernah bertemu dengannya sekalipun sebelumnya. Tapi dia menyebut nama panjang ku setiap ejaan katanya dengan benar dan membuat namaku seolah terdengar familiar disebut olehnya, dan juga terlihat begitu jelas disebutkan dari bibir seksinya itu.
'Ayolah Nilam...! Bisa-bisanya kau berpikir bahwa bibir pria brengsek ini seksi.' ucapku dalam hati mencoba menghilangkan pikiran nakal ku itu.
"Atau apa, Nilam Yuniarta Widuri?" Ucapnya lagi dengan suara yang begitu mengintimidasi dan membuat aku merasa gemetar.
Aku pasti berbohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak takut padanya saat ini. Aku takut jika dia akan melakukan suatu hal yang jahat padaku. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan ketakutan yang ada di dalam diriku. Aku benar-benar tidak mau membiarkan pria brengsek ini tahu bahwa aku tengah ketakutan dan hal itu tentu semakin bisa memberikan dia alasan lebih untuk bisa membully diriku lebih jauh lagi.
"Atau aku akan memberikanmu jurus kungfu ku nanti." Ucapku dengan bangga.
Padahal sebenarnya, jauh dalam diriku aku merasa tidak begitu percaya diri. Meski aku tahu jurus kungfu, aku sedikit tidak yakin apakah aku mampu untuk melawannya mengingat bentuk tubuhnya cukup berotot.
Apa yang terjadi berikutnya, dia malah tertawa seolah dia begitu terhibur dengan apa yang baru saja aku katakan padanya.
'Apakah dia menganggap bahwa aku ini lemah?'
Aku tidak bisa begitu saja membiarkan dia menganggap aku sebagai wanita lemah. Bagaimana pun jurus kungfu ku cukup hebat. Jadi aku langsung mencoba untuk meninju ke arah wajahnya. Tapi dia menangkap tanganku dengan begitu mudah dan langsung memutar tanganku di belakang kepalaku. Dia memegang tanganku dengan hanya menggunakan sebelah tangannya saja. Tapi aku tetap tidak bisa untuk melepaskan genggaman tangannya yang terasa semakin kuat itu. Saat itulah aku menyadari perbedaan kekuatan antara seorang pria dan seorang wanita.
Aku ternyata sama sekali bukan tandingannya.
'Sial! Kenapa dia begitu kuat?' Ucapku dalam hati.
Aku melihat dia tersenyum seperti iblis yang terus melihat kearah ku dengan wajah yang semakin dekat ke arahku dengan matanya yang entah kenapa terlihat begitu indah.
Dibalik, sikapnya yang sangat menyebalkan, pria ini sebenarnya cukup tampan. Dia memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dan juga berotot. Pantas saja wanita bernama Sinta tadi sangat tergila-gila padanya.
Sepertinya pria yang berdiri dihadapanku saat ini memang sosok pria yang diidolakan banyak kaum wanita. Aku tidak akan heran maupun terkejut dengan hal itu, karena pria ini memang terlihat begitu sempurna, kecuali sikap menyebalkan nya saja yang sulit membuat aku untuk bisa mengagumi ketampanan yang dia miliki.
'Andai saja dia itu sosok pria yang baik. Pasti akan ada banyak wanita yang tergila-gila padanya. Sedangkan saat ini saja, meski sikapnya cukup menyebalkan ada saja wanita yang tergila-gila padanya bahkan sampai merelakan tubuhnya bagi pria brengsek ini.'
"Menarik." Ucapnya yang langsung membuyarkan lamunanku.
"Apa?" Balas ku dengan begitu bingung.
"Kau adalah kandidat terbaik." Jawabnya namun hal itu semakin membuat aku bingung.
"Kandidat terbaik untuk apa maksud mu?" Tanyaku dan dia perlahan mendekat ke arahku.
Tapi aku langsung mengalihkan wajahku dari wajahnya dan aku bisa merasakan nafasnya yang berhembus perlahan di telingaku. Dengan jarak yang sedekat ini, membuat jantungku terasa berdegup semakin kencang.
"Aku mau kau menjadi kekasihku." Ucapnya padaku.
"Apa?" Ucapku begitu terkejut.
"Jadilah kekasihku, Nilam Yuniarta Widuri..." ucapnya lagi yang membuat aku semakin takut.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments